Langsung ke konten utama

Kenangan Terindah Dalam Hidupku

Kami berdua telentang di jok kami masing-masing, dengan kemaluan kami yang masih terbuka. Kami saling berpandangan dan tersenyum puas. Tangan kanan Lisna meremas tangan kiriku, Akutidak tahu apa artinya, apakah ucapan terima kasih, pujian ataukah janji untuk mengulangi lagi apa yang telah kami lakukan.

Setelah istirahat sejenak, Lisna mengambil tisue dan membersihkan cairan kental yang belepotan di perutku dan kemaluan saya. Lisna memmbersihkannya dengan mesra dan terkadang bercanda dengan mencoba meremas dan membangunkan kembali rudal saya.

“Mbak. Jangan digoda lagi lho, kalau ngamuk lagi gimana..?” kataku bercanda.
“Coba aja kalau berani, siapa takut..!” jawabnya sambil menirukan iklan di TV.

Setelah membersihkan kemaluanku, dia juga membersihkan kemaluannya dengan tisue, dan memakai kembali CD-nya, merapihkan rok, blus dan BH-nya yang kusut. Sementara Akujuga merapihkan kembali celana saya.
janda muda

Dia menyisir rambutnya, dan merapikan kembali riasan wajahnya, sambil melirik dan tersenyum ke Akupenuh bahagia.
“Mbak.., besok tetap lho ya jam sepuluh pagi.” Akumengingatkan.
“Pasti donk, mana sih yang nggak pengin sarang burungnya dimasukin burung.” canda dia.
“Apalagi sarangnya sudah kosong lama ya Mbak..?” godaku.

“Pasti enak kok kalau udah lama.” jawab dia.
Lisna
Setelah kami semua rapih, Lisna aku antar pulang dengan tetap berdekapan, dia tertidur di dadaku, tangan kiri Akuuntuk mendekap dia dan tangan kanan Akuuntuk pegang stir.
Sesampainya di rumah Lisna, cuaca masih gerimis. Lisna menawarkan untuk mampir sebentar di rumah.
“Vi, masuk dulu yuk..! Aku buatkan kopi hangat kesukaanmu.” ajak Lisna.

“Oke dech, aku parkir dulu mobilnya ya..?”

Sampai di dalam rumah Lisna, ternyata Tarno tidak ada. Menurut Bi Inah, pembantu Lisna, katanya Tarno hari ini tidak pulang, karena diminta atasannya dinas ke luar kota.
“Vi, ternyata Tarno malam ini nggak pulang. Kamu tidur aja disini, di kamar Tarno.” pinta Lisna sambil senyum penuh arti.
Aku tahu kemana arah pembicaraan Lisna.
“Nggak mau kalau tidur di kamar Tarno, aku takut sendirian.” godaku.
“Emangnya takut sama siapa..?”
“Ya takut kalau Lisna nanti nggak nyusul ke kamarku.”
“Ssstt..! Jangan keras-keras, nanti ada yang denger.” Lisna cemberut, takut kalau ada yang dengar.

“Ya udah, aku tidur sendiri di kamar Tarno, kalau nanti malam Akudimakan semut, jangan heran lho Mbak..!” Akupura-pura merajuk.
“Nggak usah ribut, mandi sana dulu, nanti malam kalau semua orang udah pada tidur, kamu boleh nyusul aku ke kamar, nggak Akukunci kamarku.” bisik Lisna pelan.
“Siip dach..!” aku ceria dan langsung pergi mandi.

Habis mandi, badanku terasa segar kembali. Akulangsung pergi ke kamar, pura-pura tidur. Tetapi di dalam kamar Akumembayangkan apa yang akan Akulakukan nanti setelah berada di kamar Lisna. Akuakan bercinta dengan orang yang sudah bertahun-tahun Akuidamkan.
Jam di kamarku menunjukkan pukul 12:30 malam. Kudengarkan kondisi di luar kamar sudah kelihatan sepi. Tidak terdengar suara apapun. TV di ruang keluarga juga sudah dimatikan Bi Inah kira-kira jam 11 tadi. Bi Inah adalah orang yang terakhir nonton TV setelah acara Srimulat yang merupakan acara kegemaran Bi Inah. Untuk mempelajari suasana, Akukeluar pura-pura pergi ke kamar mandi. setelah benar-benar sepi, Akumengendap-endap masuk ke kamar Lisna.

Lampu di kamar Lisna remang-remang. Lisna tidur telentang dengan mengenakan daster tipis yang semakin memperindah lekuk tubuh Lisna. Tubuh Lisna yang mungil tapi padat berisi, terlihat tampak sempurna dibalut daster tersebut. Dengan tidak sabar Akudekap tubuh Lisna yang sedang telentang bagaikan landasan yang sedang menunggu pesawatnya mendarat.
Lisna Aku dekap hanya tersenyum sambil berbisik, “Sudah nggak sabar ya..?”
“Ya Mbak, perasaan waktu kok berjalan pelaan sekali..”

Aku cium belakang telinganya yang mungil dan ranum, kemudian ciuman Akubergeser ke pipinya dan akhirnya ke bibirnya yang mungil dan juga ranum. Kedua tangan Lisna mendekap erat di leher saya. Tangan Akuyang kiri Akuletakkan di bawah kepala Lisna untuk merangkulnya. Sedangkan tangan kanan Akugunakan untuk membelai dan melingkari sekitar susunya. Dan dengan perlahan dan lembut, telapak tangan Akugunakan untuk meremas-remas lingkaran luar payudaranya, dan ternyata Lisna sudah tidak memakai BH lagi.

Erangan-erangan lembut Lisna mulai keluar dari bibirnya, sedangkan kedua kakinya bergerak-gerak menandakan birahinya mulai timbul. Remasan-remasan tanganku di seputar susunya mendapatkan reaksi balasan yang cukup baik, karena kekenyalan susu Lisna kelihatan semakin bertambah. Tangan kanan Akugeserkan ke bawah, sebentar mengusap perutnya, beralih ke pusarnya, dan akhirnya Akugunakan untuk mengusap kewanitaannya. Ternyata Lisna juga sudah tidak memakai CD, sehingga kemaluannya yang bulat dan mononjol, serta kelembutan rambut kemaluannya dapat Akurasakan dari luar dasternya.

Kedua kakinya semakin melebar, memberikan kesempatan seluas-luasnya tangan Akuuntuk membelai-belai kewanitaannya. Ciuman Akubeberapa saat mendarat di bibirnya, kemudian Akualihkan turun ke lehernya, ke belakang telinganya, dan akhirnya turun ke bawah, melewati celah di bukit kembarnya. Akuciumi lingkaran luar bukit kembarnya, sebelum akhirnya menyiumi puting susunya yang sudah mengacung. Ketika lidah Akumenyium sampai ke putingnya, nafas Lisna kelihatan mengangsur, menunjukkan kelegaan.
“Uuuccghh.. Allvii..!”

Tali daster yang menggantung di pundaknya, Aku pelorotkan sehingga menyembullah kedua bukit kembarnya yang kenyal, dengan kedua putingnya yang sudah mengacung dan tegang. Akuciumi sekali lagi kedua bukit kembarnya, dan Aku jilati putingnya dengan lidah. Sementara kedua jari dari tangan kanan Akusecara bersamaan membelai-belai kedua selangkangannya, yang terkadang diselingi dengan usapan kemaluan luarnya dengan telapak tangan kanan saya. Belaian ini memberikan kehangatan di bibir kewanitaannya, selain untuk meningkatkan rasa penasaran liang senggamanya.

Jari tengah Aku gunakan untuk mebelai-belai bibir luar kemaluannya yang sudah sangat basah. Akuusap klitorisnya dengan lembut dan pelan dengan menggunakan ujung jari, membuat Lisna semakin menikmati belaian lembut klitorisnya. Bibir kewanitaannya semakin merekah dan semakin basah.
Lidahku masih menari-nari di kedua putingnya yang semakin keras, jilatan lidah Akumemberikan sensasi yang kuat bagi Lisna. Terbukti dia semakin erat meremas rambut saya, deru nafasnya semakin memburu dan lenguhannya semakin kencang.
“Uuuccgghh.. Aaallvii.. uugghh.. eennaaggkk..”

Aku jilati kedua putingnya kanan dan kiri bergantian, sambil meremasi dengan lembut tetapi sedikit menekan kedua susunya dengan kedua tangan saya.
Setelah Akupuas menciumi susunya, ciuman Akugeser ke arah perutnya, Akujilati pusarnya, kembali Lisna sedikit menggelinjang, mungkin karena kegelian. Ciuman terus Aku geser ke bawah, ke arah pahanya, turun ke bawah betisnya, terus naik lagi ke atas pahanya, kemudian ciuman kuarahkan ke rambut kemaluannya yang lebat.

Mendapat ciuman di rambut kemaluannya, kembali Lisna menggelinjang-gelinjang. kubuka bibir kemaluannya yang merekah, Akuciumi dan jilati seputar bibir kewanitaannya, terus lidah Akudiusapkan ke klitorisnya, dan bergantian Aku gigit, terkadang Aku hisap klitorisnya.
Setiap sentuhan lidah Aku menjilat pada klitorisnya, tangan Lisna menjambak rambut saya. Kepalanya menggeleng-geleng, dengan dada yang dibusungkan, kedua kakinya mendekap erat leherku, dan kicaunya semakin tidak karuan, “Uuuccgghh.. Aaallvvii.. uughh.. ggeellii.. uuff.. ggeellii.. seekkaallii..”
Cairan yang keluar dari kemaluannya semakin banyak, bau khas liang senggamanya semakin kuat menyengat.

Rintihan, lenguhan yang keluar dari mulut Lisna semakin kacau. Gerakan-gerakan tubuh, kaki dan gelengan-gelengan kepala Lisna semakin kencang. Dadanya tiba-tiba dibusungkan, kedua kakinya tegang dan menjepit kepala saya. Aku mengerti kalau saat ini detik-detik orgasme akan segera melanda Lisna.
Untuk memberikan tambahan sensasi kepada Lisna, maka kedua putingnya Akuusap-usap dengan kedua jari tangan, dengan mulut tetap menyedot dan menghisap klitorisnya, maka tiba-tiba,
“Aaauughh.. Aallvvii aakk.. kkuu.. kkeelluuarr.. Aaacchh..!”

Aku tetap menghisap klitorisnya. Dan dengan nafas masih terengah-engah, Lisna bangun dan duduk.
“Ayo Alvi.., gantian kamu tidur aja telentang..!” kata Lisna sambil menidurkan Aku telentang.
Gantian Lisna telungkup di samping saya. Tangannya yang lembut sudah mulai mengelus-elus batang kemaluan Akuyang sudah sangat tegang. Mulutnya yang mungil mencium bibir, terus turun ke puting. Akumerasa sedikit kegelian ketika dicium puting saya. Mulutnya terus turun mencium pusar, dan akhirnya Akurasakan ada rasa hangat, basah dan sedikit sedotan sudah menjalar di rudal saya. Ternyata Lisna mulai mengocok dan mengulum kejantanan saya. Lisna mengulumnya dengan penuh nafsu. Matanya terpejam tetapi kepalanya turun naik untuk mengocok rudal saya.

Kepala kemaluan Aku dijilatinya dengan lidah. Tekstur lidah yang lembut tapi sedikit kasar, membuat seakan ujung jari kaki Akuterasa ada getaran listrik yang menjalar di seluruh kepala. Jilatan lidah di kepala rudal memang sangat enak. Aliran listrik terus menerus menjalar di sekujur tubuh saya. Kepala Lisna yang naik turun mengocok kejantananku yang Aku bantu pegangi dengan kedua tangan.

Kocokannya semakin lama semakin kuat, dan hisapan mulutnya seakan meremas-remas seluruh batang keperkasaan saya. Seluruh pori-pori tubuh Aku seakan bergetar dan bergolak. Getaran-getaran yang menjalar dari ujung kaki dan dari ujung rambut kepala, seakan mengalir dan bersatu menuju satu titik, yaitu ke arah rudal keperkasaan saya.
Getaran-getaran tersebut makin hebat, akhirnya kemaluan Akumenjadi seolah tanggul yang menahan air gejolak.

Lama-lama pertahanan kemaluanku seakan jebol, dan tiba-tiba Aku menjerit.
“Mmmbbakk Yaattii.. aaggkkuu kkelluuaarr..!”
Mendengar Aku mengerang mau keluar, mulut Lisna tidak mau melepaskan batang kejantanan saya, tetapi malah kulumannya dipererat. Mulut Lisna menyedot-nyedot cairan yang keluar dari rudal Akudengan lahapnya, seakan tidak boleh ada yang tersisa. Batang kemaluan Akudihisap-hisapnya seakan menghisap es lilin. Sensasinya sungguh sangat dahsyat. Ternyata Lisna sangat ahli dalam permainan oral.

Nafas Aku sedikit tersengal, badan sedikit lemas, karena seakan-akan semua cairan yang ada di tubuh, mulai dari ujung kaki sampai dengan kepala, habis keluar tersedot oleh Lisna.
Lisna tersenyum puas sambil menggoda, “Gimana rasanya..?”
“Waduh.., Mbak luar biasa..” jawabku sambil masih terengah-engah.
“Nggak kalahkan dengan yang muda..?” kata Lisna dengan berbangga.
“Yaa jelas yang lebih pengalaman donk yang lebih nikmat.”

Kami istirahat sejenak sambil minum. Tetapi ternyata Lisna memang luar biasa. Baru istirahat beberapa menit, tangannya sudah mulai bergerak-gerak di perut, di paha dan di selangkangan saya, membuat rasa geli di sekujur tubuh. Tangannya kembali meremas-remasbatang kemaluan saya. Karena masih darah muda, maka hanya sedikit sentuhan, kemaluan Akulangsung berdiri dengan gagahnya mencari sasaran. Melihat batang keperksaan Akudengan cepatnya berdiri lagi, wajah Lisna kelihatan berseri-seri. Sambil tangannya tetap mengocoknya, kami saling berciuman.

Bibir Lisna yang mungil memang sangat merangsang semua laki-laki yang melihatnya. Ciuman yang lembut dengan usapan-usapan tangan Akuke arah putingnya, membuat birahi Lisna juga cepat naik. Putingnya seakan-akan menjadi tombol birahi. Begitu puting Lisna disenggol, lenguhan nafasnya langsung mengencang, kedua kakinya bergerak-gerak, pertanda birahinya menggebu-gebu. Akuusap liang senggamanya dengan tangan, ternyata liang kenikmatan Lisna sudah sangat basah.
“Gila bener cewek ini, cepet sekali birahinya..,” pikir Aku dalam hati.
Lisna menarik-narik punggung saya, seakan-akan memberi kode agar senjata rudal Akusegera dimasukkan ke sarangnya yang sudah lama tidak dikunjungi burung pusaka.
“Ayo dong Vi..! Cepetan, Mbak sudah nggak tahan nich..!”

Alat vital Akusudah semakin tegang, dan Akusudah tidak sabar untuk merasakan kemaluan Lisna yang mungil. Akusapukan perlahan-lahan kepala kejantanan Akudi bibir kewanitaannya. Kelihatan sekali kalau Lisna menahan nafas, tandanya agak sedikit tegang, seperti gadis yang baru pertama kali main senggama. Setelah menyapukan kepala rudal Akubeberapa kali di bibir kenikmatannya dan di klitorisnya. Akhirnya Akumasukkan burung Akuke sarangnya dengan sangat perlahan.

Kedua tangan Lisna meremas pundak saya. Kepalanya sedikit miring ke kiri, matanya terpejam dan mulutnya sedikit terbuka sangat seksi sekali, tandanya Lisna sangat menikmati proses pemasukan batang kejantanan Akuke liang senggamanya. Lenguhan lega terdengar ketika kepala kemaluanku membentur di dasar liang kenikmatannya. Akudiamkan beberapa saat rudal Akuterbenam di liang senggamanya untuk memberikan kesempatan kemaluan Lisna merasakan rudal kenikmatan dengan baik.

Aku pompakan batang kejantanan Akuke liang senggama Lisna dengan metode 10:1, yaitu sepuluh kali tusukan hanya setengah dari seluruh panjang batang kejantanan saya, dan satu kali tusukan penuh seluruh batang kejantanan Akusampai membentur ujung rahimnya. Metoda ini membuat Lisna merancau tidak karuan.
Setiap kali tusukan kupenuh sampai ujung, Akukocok-kocokkan kejantanan Aku beberapa lama, akhirnya Aku rasakan kaki Lisna melingkar kuat di pinggang saya. 

Kedua tangannya mencengkram punggung saya, dan dadanya diangkat membusung, seluruh badannya tegang mengencang, diikuti dengan lenguhan panjang, “Aaacchh.. aauugghh.. Aallvvii.. aakku.. kkeelluuaa.. aa.. rr..!”
Batang kemaluan Akuterasa sangat basah dan dicengkram sangat kuat. Merasakan remasan-remasan pada rudal Aku yang sangat kuat, membuat pertahann Akujuga seakan makin jebol dan akhirnya, “Ccrroot.. croot.. crrot..!” Akujuga keluar.

Setelah permainan itu, Akusering melakukan hubungan seks berkali-kali, bisa seminggu dua kali Aku melakukan hubungan seks dengan Lisna. Ternyata nafsu seks Lisna cukup besar, kalau satu minggu Aku tidak bermain seks dengan Lisna, pasti Lisna akan main ke rumah, ataupun setelah bekerja, dia akan menelpon Akudi kantor untuk meminta jatah.

Aku melakukan hubungan seks dengan Lisna bisa dimana saja, asal tempatnya memungkinkan. Baik di rumah saya, di rumah dia, di hotel, di mobil, di garasi, di kamar mandi sambil berendam di bath-tub, di dapur sambil berdiri, bahkan aku pernah bermain seks di atas kap mesin mobil saya.
Ternyata berhubungan seks itu kalau dengan perasaan agak takut dan terkadang tergesa-gesa, memberikan pengalaman tersendiri yang cukup mengasyikkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Draft Amarah Para Buruh 21

Draft Amarah Para Buruh 20

Lust in Broken Home 4

Lust In Broken Home 5

Terjebak Didalam Kelas

Akibat Kena Gendam Tetanggaku

Kisah Tragis Dikebun Karet

Amarah Para Buruh 10

Amarah Para Buruh 17

Binalnya Ibu Tiriku 4