Kami
berdua telentang di jok kami masing-masing, dengan kemaluan kami yang masih
terbuka. Kami saling berpandangan dan tersenyum puas. Tangan kanan Lisna
meremas tangan kiriku, Akutidak tahu apa artinya, apakah ucapan terima kasih,
pujian ataukah janji untuk mengulangi lagi apa yang telah kami lakukan.
Setelah
istirahat sejenak, Lisna mengambil tisue dan membersihkan cairan kental yang
belepotan di perutku dan kemaluan saya. Lisna memmbersihkannya dengan mesra dan
terkadang bercanda dengan mencoba meremas dan membangunkan kembali rudal saya.
“Mbak.
Jangan digoda lagi lho, kalau ngamuk lagi gimana..?” kataku bercanda.
“Coba
aja kalau berani, siapa takut..!” jawabnya sambil menirukan iklan di TV.
Setelah
membersihkan kemaluanku, dia juga membersihkan kemaluannya dengan tisue, dan
memakai kembali CD-nya, merapihkan rok, blus dan BH-nya yang kusut. Sementara
Akujuga merapihkan kembali celana saya.
janda
muda
Dia
menyisir rambutnya, dan merapikan kembali riasan wajahnya, sambil melirik dan
tersenyum ke Akupenuh bahagia.
“Mbak..,
besok tetap lho ya jam sepuluh pagi.” Akumengingatkan.
“Pasti
donk, mana sih yang nggak pengin sarang burungnya dimasukin burung.” canda dia.
“Apalagi
sarangnya sudah kosong lama ya Mbak..?” godaku.
“Pasti
enak kok kalau udah lama.” jawab dia.
Lisna |
Setelah
kami semua rapih, Lisna aku antar pulang dengan tetap berdekapan, dia tertidur
di dadaku, tangan kiri Akuuntuk mendekap dia dan tangan kanan Akuuntuk pegang
stir.
Sesampainya
di rumah Lisna, cuaca masih gerimis. Lisna menawarkan untuk mampir sebentar di
rumah.
“Vi,
masuk dulu yuk..! Aku buatkan kopi hangat kesukaanmu.” ajak Lisna.
“Oke
dech, aku parkir dulu mobilnya ya..?”
Sampai di dalam rumah Lisna, ternyata Tarno
tidak ada. Menurut Bi Inah, pembantu Lisna, katanya Tarno hari ini tidak
pulang, karena diminta atasannya dinas ke luar kota .
“Vi, ternyata Tarno malam ini nggak
pulang. Kamu tidur aja disini, di kamar Tarno.” pinta Lisna sambil senyum penuh
arti.
Aku tahu kemana arah pembicaraan Lisna.
“Nggak mau kalau tidur di kamar Tarno, aku
takut sendirian.” godaku.
“Emangnya takut sama siapa..?”
“Ya takut kalau Lisna nanti nggak nyusul
ke kamarku.”
“Ssstt..! Jangan keras-keras, nanti ada
yang denger.” Lisna cemberut, takut kalau ada yang dengar.
“Ya udah, aku tidur sendiri di kamar
Tarno, kalau nanti malam Akudimakan semut, jangan heran lho Mbak..!” Akupura-pura
merajuk.
“Nggak usah ribut, mandi sana dulu, nanti malam kalau semua orang udah
pada tidur, kamu boleh nyusul aku ke kamar, nggak Akukunci kamarku.” bisik Lisna
pelan.
“Siip dach..!” aku ceria dan langsung
pergi mandi.
Habis mandi, badanku terasa segar
kembali. Akulangsung pergi ke kamar, pura-pura tidur. Tetapi di dalam kamar Akumembayangkan
apa yang akan Akulakukan nanti setelah berada di kamar Lisna. Akuakan bercinta
dengan orang yang sudah bertahun-tahun Akuidamkan.
Jam di kamarku menunjukkan pukul 12:30
malam. Kudengarkan kondisi di luar kamar sudah kelihatan sepi. Tidak terdengar
suara apapun. TV di ruang keluarga juga sudah dimatikan Bi Inah kira-kira jam
11 tadi. Bi Inah adalah orang yang terakhir nonton TV setelah acara Srimulat
yang merupakan acara kegemaran Bi Inah. Untuk mempelajari suasana, Akukeluar
pura-pura pergi ke kamar mandi. setelah benar-benar sepi, Akumengendap-endap
masuk ke kamar Lisna.
Lampu di kamar Lisna remang-remang. Lisna
tidur telentang dengan mengenakan daster tipis yang semakin memperindah lekuk
tubuh Lisna. Tubuh Lisna yang mungil tapi padat berisi, terlihat tampak
sempurna dibalut daster tersebut. Dengan tidak sabar Akudekap tubuh Lisna yang
sedang telentang bagaikan landasan yang sedang menunggu pesawatnya mendarat.
Lisna Aku dekap hanya tersenyum sambil
berbisik, “Sudah nggak sabar ya..?”
“Ya Mbak, perasaan waktu kok berjalan
pelaan sekali..”
Aku cium belakang telinganya yang mungil
dan ranum, kemudian ciuman Akubergeser ke pipinya dan akhirnya ke bibirnya yang
mungil dan juga ranum. Kedua tangan Lisna mendekap erat di leher saya. Tangan Akuyang
kiri Akuletakkan di bawah kepala Lisna untuk merangkulnya. Sedangkan tangan
kanan Akugunakan untuk membelai dan melingkari sekitar susunya. Dan dengan
perlahan dan lembut, telapak tangan Akugunakan untuk meremas-remas lingkaran
luar payudaranya, dan ternyata Lisna sudah tidak memakai BH lagi.
Erangan-erangan lembut Lisna mulai keluar
dari bibirnya, sedangkan kedua kakinya bergerak-gerak menandakan birahinya
mulai timbul. Remasan-remasan tanganku di seputar susunya mendapatkan reaksi
balasan yang cukup baik, karena kekenyalan susu Lisna kelihatan semakin
bertambah. Tangan kanan Akugeserkan ke bawah, sebentar mengusap perutnya,
beralih ke pusarnya, dan akhirnya Akugunakan untuk mengusap kewanitaannya.
Ternyata Lisna juga sudah tidak memakai CD, sehingga kemaluannya yang bulat dan
mononjol, serta kelembutan rambut kemaluannya dapat Akurasakan dari luar
dasternya.
Kedua kakinya semakin melebar, memberikan
kesempatan seluas-luasnya tangan Akuuntuk membelai-belai kewanitaannya. Ciuman Akubeberapa
saat mendarat di bibirnya, kemudian Akualihkan turun ke lehernya, ke belakang
telinganya, dan akhirnya turun ke bawah, melewati celah di bukit kembarnya. Akuciumi
lingkaran luar bukit kembarnya, sebelum akhirnya menyiumi puting susunya yang
sudah mengacung. Ketika lidah Akumenyium sampai ke putingnya, nafas Lisna
kelihatan mengangsur, menunjukkan kelegaan.
“Uuuccghh.. Allvii..!”
Tali daster yang menggantung di pundaknya,
Aku pelorotkan sehingga menyembullah kedua bukit kembarnya yang kenyal, dengan
kedua putingnya yang sudah mengacung dan tegang. Akuciumi sekali lagi kedua
bukit kembarnya, dan Aku jilati putingnya dengan lidah. Sementara kedua jari
dari tangan kanan Akusecara bersamaan membelai-belai kedua selangkangannya,
yang terkadang diselingi dengan usapan kemaluan luarnya dengan telapak tangan
kanan saya. Belaian ini memberikan kehangatan di bibir kewanitaannya, selain
untuk meningkatkan rasa penasaran liang senggamanya.
Jari tengah Aku gunakan untuk
mebelai-belai bibir luar kemaluannya yang sudah sangat basah. Akuusap
klitorisnya dengan lembut dan pelan dengan menggunakan ujung jari, membuat Lisna
semakin menikmati belaian lembut klitorisnya. Bibir kewanitaannya semakin
merekah dan semakin basah.
Lidahku masih menari-nari di kedua
putingnya yang semakin keras, jilatan lidah Akumemberikan sensasi yang kuat
bagi Lisna. Terbukti dia semakin erat meremas rambut saya, deru nafasnya
semakin memburu dan lenguhannya semakin kencang.
“Uuuccgghh.. Aaallvii.. uugghh..
eennaaggkk..”
Aku jilati kedua putingnya kanan dan kiri
bergantian, sambil meremasi dengan lembut tetapi sedikit menekan kedua susunya
dengan kedua tangan saya.
Setelah Akupuas menciumi susunya, ciuman Akugeser
ke arah perutnya, Akujilati pusarnya, kembali Lisna sedikit menggelinjang,
mungkin karena kegelian. Ciuman terus Aku geser ke bawah, ke arah pahanya, turun
ke bawah betisnya, terus naik lagi ke atas pahanya, kemudian ciuman kuarahkan
ke rambut kemaluannya yang lebat.
Mendapat ciuman di rambut kemaluannya,
kembali Lisna menggelinjang-gelinjang. kubuka bibir kemaluannya yang merekah, Akuciumi
dan jilati seputar bibir kewanitaannya, terus lidah Akudiusapkan ke
klitorisnya, dan bergantian Aku gigit, terkadang Aku hisap klitorisnya.
Setiap sentuhan lidah Aku menjilat pada
klitorisnya, tangan Lisna menjambak rambut saya. Kepalanya menggeleng-geleng,
dengan dada yang dibusungkan, kedua kakinya mendekap erat leherku, dan
kicaunya semakin tidak karuan, “Uuuccgghh.. Aaallvvii.. uughh.. ggeellii..
uuff.. ggeellii.. seekkaallii..”
Cairan yang keluar dari kemaluannya
semakin banyak, bau khas liang senggamanya semakin kuat menyengat.
Rintihan, lenguhan yang keluar dari mulut Lisna
semakin kacau. Gerakan-gerakan tubuh, kaki dan gelengan-gelengan kepala Lisna
semakin kencang. Dadanya tiba-tiba dibusungkan, kedua kakinya tegang dan
menjepit kepala saya. Aku mengerti kalau saat ini detik-detik orgasme akan
segera melanda Lisna.
Untuk memberikan tambahan sensasi kepada Lisna,
maka kedua putingnya Akuusap-usap dengan kedua jari tangan, dengan mulut tetap
menyedot dan menghisap klitorisnya, maka tiba-tiba,
“Aaauughh.. Aallvvii aakk.. kkuu..
kkeelluuarr.. Aaacchh..!”
Aku tetap menghisap klitorisnya. Dan dengan
nafas masih terengah-engah, Lisna bangun dan duduk.
“Ayo Alvi.., gantian kamu tidur aja
telentang..!” kata Lisna sambil menidurkan Aku telentang.
Gantian Lisna telungkup di samping saya.
Tangannya yang lembut sudah mulai mengelus-elus batang kemaluan Akuyang sudah
sangat tegang. Mulutnya yang mungil mencium bibir, terus turun ke puting. Akumerasa
sedikit kegelian ketika dicium puting saya. Mulutnya terus turun mencium pusar,
dan akhirnya Akurasakan ada rasa hangat, basah dan sedikit sedotan sudah
menjalar di rudal saya. Ternyata Lisna mulai mengocok dan mengulum kejantanan
saya. Lisna mengulumnya dengan penuh nafsu. Matanya terpejam tetapi kepalanya
turun naik untuk mengocok rudal saya.
Kepala kemaluan Aku dijilatinya dengan
lidah. Tekstur lidah yang lembut tapi sedikit kasar, membuat seakan ujung jari
kaki Akuterasa ada getaran listrik yang menjalar di seluruh kepala. Jilatan
lidah di kepala rudal memang sangat enak. Aliran listrik terus menerus menjalar
di sekujur tubuh saya. Kepala Lisna yang naik turun mengocok kejantananku yang Aku
bantu pegangi dengan kedua tangan.
Kocokannya semakin lama semakin kuat, dan
hisapan mulutnya seakan meremas-remas seluruh batang keperkasaan saya. Seluruh
pori-pori tubuh Aku seakan bergetar dan bergolak. Getaran-getaran yang menjalar
dari ujung kaki dan dari ujung rambut kepala, seakan mengalir dan bersatu
menuju satu titik, yaitu ke arah rudal keperkasaan saya.
Getaran-getaran tersebut makin hebat,
akhirnya kemaluan Akumenjadi seolah tanggul yang menahan air gejolak.
Lama-lama pertahanan kemaluanku seakan
jebol, dan tiba-tiba Aku menjerit.
“Mmmbbakk Yaattii.. aaggkkuu
kkelluuaarr..!”
Mendengar Aku mengerang mau keluar, mulut Lisna
tidak mau melepaskan batang kejantanan saya, tetapi malah kulumannya dipererat.
Mulut Lisna menyedot-nyedot cairan yang keluar dari rudal Akudengan lahapnya,
seakan tidak boleh ada yang tersisa. Batang kemaluan Akudihisap-hisapnya seakan
menghisap es lilin. Sensasinya sungguh sangat dahsyat. Ternyata Lisna sangat
ahli dalam permainan oral.
Nafas Aku sedikit tersengal, badan sedikit
lemas, karena seakan-akan semua cairan yang ada di tubuh, mulai dari ujung kaki
sampai dengan kepala, habis keluar tersedot oleh Lisna.
Lisna tersenyum puas sambil menggoda,
“Gimana rasanya..?”
“Waduh.., Mbak luar biasa..” jawabku
sambil masih terengah-engah.
“Nggak kalahkan dengan yang muda..?” kata Lisna
dengan berbangga.
“Yaa jelas yang lebih pengalaman donk yang
lebih nikmat.”
Kami istirahat sejenak sambil minum.
Tetapi ternyata Lisna memang luar biasa. Baru istirahat beberapa menit,
tangannya sudah mulai bergerak-gerak di perut, di paha dan di selangkangan
saya, membuat rasa geli di sekujur tubuh. Tangannya kembali meremas-remasbatang
kemaluan saya. Karena masih darah muda, maka hanya sedikit sentuhan, kemaluan Akulangsung
berdiri dengan gagahnya mencari sasaran. Melihat batang keperksaan Akudengan
cepatnya berdiri lagi, wajah Lisna kelihatan berseri-seri. Sambil tangannya
tetap mengocoknya, kami saling berciuman.
Bibir Lisna yang mungil memang sangat
merangsang semua laki-laki yang melihatnya. Ciuman yang lembut dengan
usapan-usapan tangan Akuke arah putingnya, membuat birahi Lisna juga cepat
naik. Putingnya seakan-akan menjadi tombol birahi. Begitu puting Lisna
disenggol, lenguhan nafasnya langsung mengencang, kedua kakinya bergerak-gerak,
pertanda birahinya menggebu-gebu. Akuusap liang senggamanya dengan tangan,
ternyata liang kenikmatan Lisna sudah sangat basah.
“Gila bener cewek ini, cepet sekali
birahinya..,” pikir Aku dalam hati.
Lisna menarik-narik punggung saya,
seakan-akan memberi kode agar senjata rudal Akusegera dimasukkan ke sarangnya
yang sudah lama tidak dikunjungi burung pusaka.
“Ayo dong Vi..! Cepetan, Mbak sudah nggak
tahan nich..!”
Alat vital Akusudah semakin tegang, dan Akusudah
tidak sabar untuk merasakan kemaluan Lisna yang mungil. Akusapukan
perlahan-lahan kepala kejantanan Akudi bibir kewanitaannya. Kelihatan sekali
kalau Lisna menahan nafas, tandanya agak sedikit tegang, seperti gadis yang
baru pertama kali main senggama. Setelah menyapukan kepala rudal Akubeberapa
kali di bibir kenikmatannya dan di klitorisnya. Akhirnya Akumasukkan burung Akuke
sarangnya dengan sangat perlahan.
Kedua tangan Lisna meremas pundak saya.
Kepalanya sedikit miring ke kiri, matanya terpejam dan mulutnya sedikit terbuka
sangat seksi sekali, tandanya Lisna sangat menikmati proses pemasukan batang
kejantanan Akuke liang senggamanya. Lenguhan lega terdengar ketika kepala kemaluanku
membentur di dasar liang kenikmatannya. Akudiamkan beberapa saat rudal Akuterbenam
di liang senggamanya untuk memberikan kesempatan kemaluan Lisna merasakan rudal
kenikmatan dengan baik.
Aku pompakan batang kejantanan Akuke liang
senggama Lisna dengan metode 10:1, yaitu sepuluh kali tusukan hanya setengah
dari seluruh panjang batang kejantanan saya, dan satu kali tusukan penuh
seluruh batang kejantanan Akusampai membentur ujung rahimnya. Metoda ini
membuat Lisna merancau tidak karuan.
Setiap kali tusukan kupenuh sampai ujung,
Akukocok-kocokkan kejantanan Aku beberapa lama, akhirnya Aku rasakan kaki Lisna
melingkar kuat di pinggang saya.
Kedua tangannya mencengkram punggung saya, dan
dadanya diangkat membusung, seluruh badannya tegang mengencang, diikuti dengan
lenguhan panjang, “Aaacchh.. aauugghh.. Aallvvii.. aakku.. kkeelluuaa.. aa..
rr..!”
Batang kemaluan Akuterasa sangat basah dan
dicengkram sangat kuat. Merasakan remasan-remasan pada rudal Aku yang sangat
kuat, membuat pertahann Akujuga seakan makin jebol dan akhirnya, “Ccrroot..
croot.. crrot..!” Akujuga keluar.
Setelah permainan itu, Akusering melakukan
hubungan seks berkali-kali, bisa seminggu dua kali Aku melakukan hubungan seks
dengan Lisna. Ternyata nafsu seks Lisna cukup besar, kalau satu minggu Aku tidak
bermain seks dengan Lisna, pasti Lisna akan main ke rumah, ataupun setelah
bekerja, dia akan menelpon Akudi kantor untuk meminta jatah.
Aku melakukan hubungan seks dengan Lisna
bisa dimana saja, asal tempatnya memungkinkan. Baik di rumah saya, di rumah
dia, di hotel, di mobil, di garasi, di kamar mandi sambil berendam di bath-tub,
di dapur sambil berdiri, bahkan aku pernah bermain seks di atas kap mesin mobil
saya.
Ternyata berhubungan seks itu kalau dengan
perasaan agak takut dan terkadang tergesa-gesa, memberikan pengalaman
tersendiri yang cukup mengasyikkan.
Komentar
Posting Komentar