Perkenalanku
dengan Marisa memang sangat tak terduga karena saat itu kami sama sama sedang
berada didalam sebuah kantor cabang bank swasta untuk menunggu antrian. Sembil
menunggu aku pun memainkan Hpku dan sesekali mengamati pengunjung lain yang ada
disekitarku. Ternyata aku baru menyadari kalau ada seorang wanita muda yang
cukup modis sedang duduk sendirian di sudut ruangan itu dan bangku disebelahnya
pun terlihat kosong.
“wah
kesempatan bagus nih. Ujarku dalam hati sambil berdiri dari tempat duduku dan
berjalan kearahnya.
Saat
itu aku memang cukup terpesona dengannya karena wajahnya yang cukup manis dan
tidak membosankan untuk dipandang. Proses menunggu antrian di Teller saat itu
memang cukup panjang hingga aku memiliki waktu yang cukup lama mengobrol
dengannya. Karena sifatku yang pandai bergaul maka aku dapat dengan mudah
berkenalan dengannya walaupun tampangku yang terkesan biasa saja alias tidak
tampan.
Setelah mengobrol
cukup lama akhirnya Aku mengetahui rupanya dia anak jawa, cewek yang supel dan
enak di ajak ngobrol, kalau aku tanya hal apa , dia pasti bisa menjawab seolah
olah seperti orang yang banyak pengetahuannya, dan setelah kami berbicara lebih
lanjut rupanya tempat tinggalnya pun tidak begitu jauh dari rumahku.
Dari
situ karena jarak yang cukup dekat denganku, akhirnya kami berjanji untuk
saling bertemu di sebuah cafe disaat ada waktu luang . Dari beberapa pertemuan
itu aku mengenal Marisa lebih jauh dan mengetahui kalau ia sedang kuliah di
salah satu universitas terkemuka yang cukup terkenal. Sejujurnya aku memang
sudah memiliki kekasih namun sebagai seorang laki laki tentu saja aku selalu
mencari cari kesempatan untuk bisa berselingkuh untuk mengisi kejenuhan
hubunganku dengan pacarku yang memang sering berselisih paham akhir akhir ini.
Marisa |
Secara fisik Marisa terlihat biasa saja
namun wajahnya memang cantik dan mempesona dan lebih menggairahkan dibanding
dengan pacarku sekarang. Ukuran badannya kira-kira setinggi 160 cm dengan tubuh
yang langsing. Rambutnya panjang terurai dan cukup terawat sehingga menambah
daya tariknya sebagi seorang wanita.
Tapi ada yang menarik dari penampilannya yaitu payudaranya ! ya toketnya! Toketnya terlihat unik & menantang dan sungguh menggemaskan sehingga membuatku ingin sekali meremasnya. Terkadang Aku hanya bisa menelan ludahku bila tanpa sengaja mengintip bagian yang menggunung itu dari balik bajunya.
Tapi ada yang menarik dari penampilannya yaitu payudaranya ! ya toketnya! Toketnya terlihat unik & menantang dan sungguh menggemaskan sehingga membuatku ingin sekali meremasnya. Terkadang Aku hanya bisa menelan ludahku bila tanpa sengaja mengintip bagian yang menggunung itu dari balik bajunya.
Suatu kali Marisa meminta saya untuk
mengangkatnya sebagai “adik”, sedangkan saya diangkatnya sebagai “abang”! Sebab
ia bilang, Marisa tak mempunyai kakak. Saya setuju-setuju saja asalkan aku
punya kesempatan untuk terus bertemu sekaligus mendekatinya lebih lanjut.
Pertemuan selanjutnya kami semakin
‘terbuka’ dan sering menceritakan masalah satu sama lain sehingga Marisa merasa
semakin nyaman untuk curhat denganku mengenai semua masalah yang sedang
dirasakannya. Setelah kulihat peluang yang cukup baik akhirnya aku pun
memberanikan diri untuk menyatakan cinta padanya dan ia pun menerimaku sebagai
pacarnya.
Hatiku merasa senang sekali karena berhasil mendapatkan cintanya namun sejujurnya aku memang lebih tertarik dengan tubuhnya dibanding dengan cintanya. Aku memang cukup lihai menyembunyikan keadaanku yang sudah memiliki pacar sebelumnya hingga Marisa pun begitu percaya padaku bahwa aku sangat setia padanya. Semenjak kenal dengan Marisa aku memang harus pandai mengatur waktu agar hubungan dengan kedua pacarku berjalan tanpa hambatan hingga aku dapat memiliki dua percintaan sekaligus.
Hatiku merasa senang sekali karena berhasil mendapatkan cintanya namun sejujurnya aku memang lebih tertarik dengan tubuhnya dibanding dengan cintanya. Aku memang cukup lihai menyembunyikan keadaanku yang sudah memiliki pacar sebelumnya hingga Marisa pun begitu percaya padaku bahwa aku sangat setia padanya. Semenjak kenal dengan Marisa aku memang harus pandai mengatur waktu agar hubungan dengan kedua pacarku berjalan tanpa hambatan hingga aku dapat memiliki dua percintaan sekaligus.
Kuakui Marisa memang lebih berpikiran
terbuka sehingga belum sampai 2 bulan berpacaran Aku-pun sudah ‘diizinkan’
untuk memegang toketnya yang unik itu. Hanya saja ia bilang “dasar, abang
nakal!!” Aku hanya tersenyum…
Kalau sudah dibilangin begitu, maka akupun
kadang lebih berani lagi. Tanganku menjelajah ke daerah terlarangnya….
Seminggu yang lalu aku menemuinya walau
dengan mengendarai motor bututku, aku sampai juga ke rumahnya setelah berjalan
hampir 20 menit dari rumahku. Ternyata kebetulan sekali karena keluarganya
sedang pergi keluar sehingga aku dapat bebas bermesraan dengannya dirumah.
Kulihat diwajahnya kegembiraan yang amat
sangat, saat ia tahu bahwa aku yang datang keruamhnya. Memang sudah hampir sebulan
saya tak main ke rumahnya karena sibuk urusan pekerjaan. Sepertinya ia sudah
kangen padaku sehingga ia menyambutku dengan penuh kemanjaan.
Pada saat membukakan pintu Marisa memakai
daster putih dan membuatku cukup terpesona dengan kecantikannya yang memancar.
Selaian itu terlihat cukup jelas,
pepayanya yang unik menerawang dari balik sangkarnya yang selama ini selalu
membuatku penasaran.
“ayo mas silahkan masuk. Ujarnya sambil
menarik pergelangan tanganku.
Kemudian Marisa menyilahkanku duduk di
bangku sofa yang ada diruang tamu rumahnya & berbalik sebentar ke dapur.
Tak lama kemudian ia pun kembali lagi dengan membawakanku segelas minuman
dingin. Saat itu tubuhku memang cukup berkeringat setelah terjemur matahari
saat mengendari sepeda motor tadi dan minuman dingin itu berhasil menyegarkan
badanku kembali.
Setelah ngobrol ngalor ngidul menceritakan
berbagai masalahnya lalu perlahan Marisa menyandarkan wajahnya ke dadaku hingga
membuat jantungku semakin berdebar.
Saya berusaha menyambutnya dengan tenang.
Sebab memang tujuanku ingin mencoba menuntaskan hasratku yang ada selama ini dengannya.
Kutundukkan mukaku untuk menjangkaunya lalu mulai menciumnya dengan mesra.
Kususuri dengan bibirku mulai dari kening, ciumanku turun ke alis matanya yang
hitam lebat teratur, ke hidung & sampai ke bibirnya. Ciuman kami semakin
lama semakin bergelora, dua lidah saling berkait diikuti dengan desahan nafas
yang semakin memburu.
Tanganku yang tadinya memeluk punggungnya,
mulai menjalar ke depan, perlahan menuju ke toketnya yang cukup besar &
unik. Unik sebab bentuk toketnya yang memanjang & besar, mirip dengan buah
pepaya.
‘Adikku’ ini pintar juga memilih daster
yang berkancing di depan & hanya 4 buah, mudah bagi tanganku untuk
membukanya tanpa harus melihat. Tak lama kemudian kaitan BH-nya berhasil
dilepaskan oleh tanganku yang sudah cukup terlatih ini.
Kedua bukit kembar dengan puncaknya yang coklat
kemerahan tersembul dengan sangat indah. Daster & BH itupun segera
terlempar ke lantai.
Sementara itu, Marisa juga telah berhasil
membuka kancing celana jeanku, lalu berusaha melepas t-shirt yang saya pakai.
Saya tetap menjaga agar Marisa tak memelorotkan celana jeanku. Bukan apa-apa,
ini kan di
rental komputernya? hehehe…
Kulepaskan ciumanku dari bibirnya,
menjalar ke arah telinga, lalu desahkan erangan-erangan lembut. ia tersenyum
& menatapku sambil terus melanjutkan pengembaraannya menelusuri ‘senjataku’.
Kulanjutkan ciumanku ke lehernya, turun ke
dadanya, lalu dengan amat perlahan, dengan lidah kudaki bukit indah itu sampai
ke puncaknya.
Kujilati & kukulum puting susunya yang
sudah mengacung keras. Marisa mulai mendesah & meracau tak jelas. Sempat
kulihat matanya terpejam & bibirnya yang merah indah itu sedikit merekah.
Sungguh merangsang.
Tanganku mengelus, meremas & memilin
puting di puncak bukit satunya lagi. Saya tak ingin buru-buru, saya ingin
menikmati detik demi detik yang indah ini secara perlahan. Berpindah dari satu
sisi ke sisi satunya, diselingi dengan ciuman ke bibirnya lagi, membuatnya
mulai berkeringat.
Tangannya semakin liar mengacak-acak
rambutku, bahkan kadang-kadang menarik & menjambaknya, yang membuat nafsuku
semakin bergelora. Apalagi suaranya yang meracau itu sungguh amat
menggairahkan.
Dengan berbaring menyamping berhadapan,
kulepaskan celana dalamnya. Satu-satunya kain yang masih tersisa. Perlakuan
yang sama kuterima darinya, Marisa melepaskan celana jeansku. Aku tak menolak,
sebab akupun ingin menuntaskan semuanya. Marisa dengan bersemangat mengocok
kontol ku, membuat semakin mengeras & mengacung gagah.
Kubelai kakinya sejauh tanganku bisa
menjangkau, perlahan naik ke paha. Berputar-putar, berpindah dari kiri ke
kanan, sambil sekali-sekali seakan tak sengaja menyentuh gundukan berbulu yang
tak terlalu lebat tapi terawat teratur.
Sementara Marisa rupanya sudah tak sabar,
dibelai & digenggamnya kemaluanku, digerakkan tangannya maju mundur. Nikmat
sekali. Walaupun hal itu sudah sering kurasakan dalam kencan-kencan liar kami
selama beberapa saat sejak saya berkenalan dengan Marisa, tetapi kali ini
rasanya lain. Pikiran & konsentrasiku tak lagi terpecah.
Melalui paha sebelah dalam, perlahan
tanganku naik ke atas, menuju ke kemaluannya. Begitu tersentuh, desahan
nafasnya semakin keras, & semakin memburu. Perlahan kubelai rambut
kemaluannya, lalu jari tengahku mulai menguak ke tengah.
Kubelai & kuputar-putar tonjolan
daging sebesar kacang tanah yang sudah sangat licin & basah. Tubuh Marisa
mulai menggelinjang, pinggulnya bergerak ke kiri-ke kanan, juga ke atas &
ke bawah. Keringatnya semakin deras keluar dari tubuhnya yang wangi.
Ciumannya semakin ganas, & mulai
menggigit lidahku yang masih berada dalam mulutnya. Sementara tangannya semakin
ganas bermain di kemaluanku, maju-mundur dengan cepat. Tubuhnya mengejang &
melengkung, kemudian terhempas ke tempat tidur disertai erangan panjang.
Orgasme yang pertama telah berhasil
kupersembahkan untuknya. Dipeluknya saya dengan keras sambil berbisik, “Ohhh,
nikmat sekali. terima kasih sayang.”
Saya tak ingin istirahat berlama-lama.
Segera kutindih tubuhnya, lalu dengan perlahan kuciumi ia dari kening, ke
bawah, ke bawah, & terus ke bawah. Deru nafasnya kembali terdengar disertai
rintihan panjang begitu lidahku mulai menguak kewanitaannya. Cairan vagina
ditambah dengan air liurku membuat lubang hangat itu semakin basah.
Kumainkan klitorisnya dengan lidah, sambil
kedua tanganku meremas-remas pantatnya yang padat berisi. Tangannya kembali
mengacak-acak rambutku, & sesekali kukunya yang tak terlalu panjang
menancap di kepalaku. Ngilu tapi nikmat rasanya.
Kepalanya terangkat lalu terbanting
kembali ke atas bantal menahan kenikmatan yang amat sangat. Perutnya terlihat
naik turun dengan cepat, sementara kedua kakinya memelukku dengan kuat.
Beberapa saat kemudian, ditariknya
kepalaku, kemudian diciumnya saya dengan gemas. Kutatap matanya dalam-dalam
sambil meminta ijin dalam hati untuk memasukkan pusaka saya ke liang
kenikmatannya. Tanpa kata, tetapi sampai juga rupanya. Sambil tersenyum sangat
manis, dianggukkannya kepalanya.
Perlahan, dengan tangan kuarahkan
kemaluanku menuju ke kewanitaannya. Kugosok-gosok sedikit, kemudian dengan amat
perlahan, kutekan & kudorong masuk. Terasa sekali kalau daerah terlarang
itu sudah basah & mengeluarkan banyak cairan. Kudorong perlahan… &
terasa ada yang menahan tongkat pusakaku.
Wow…! Marisa ini masih perawan rupanya.
Kulihat ia meringis, mungkin kesakitan,
tangannya tanpa kusangka mendorong bahuku sehingga tubuhku terdorong ke bawah.
Kulihat ada air mata meleleh di sudut matanya. Saya tak tega, saya kasihan!
Kupeluk & kuciumi dia. Hilang sudah nafsuku saat itu juga.
Marisa tahu saya kecewa. Sebab itu ia
cepat mendekapku. & tiba-tiba dengan ganasnya, ia melumat & mengulum
senjata saya yang mulai mengendur.
“Argh… ” saya mendesis…! Ternyata sedotan demi sedotan dari Marisa mendatangkan kenikmatan yang luar biasa…
Saya membiarkan saja, apa yang dilakukan Marisa.
Kulihat Marisa dengan rakusnya telah melahap & mengulum kemaluanku yang
sudah kembali membesar & sangat keras. Nikmat tiada tara .
Tapi, saya kesulitan untuk melakukan oral terhadapnya dalam posisi seperti ini.
Jadi kuminta ia telentang di tempat tidur, saya naik ke atas tubuhnya, tetap
dalam posisi terbalik.
Saya pernah beberapa kali melakukan hal
yang sama dulu, tetapi rasa yang ditimbulkan jauh berbeda. Hampir bobol pertahananku
menerima jilatan & elusan lidahnya yang hangat & lembut itu.
Apalagi bila ia memasukkan kemaluanku ke
mulutnya seperti akan menelannya, kemudian bergumam. Getaran pita suaranya
seakan menggelitik ujung kemaluanku. Bukan main nikmatnya.
Larva panas hampir tak tertahankan lagi,
saya memberi isyarat padanya untuk menghentikan emutannya…namun ia sama sekali
tak peduli dan terus mengulum batang kemaluanku hingga akhirnya cairan spermaku
berhamburan didalam mulutnya.
“arghh aku melenguh panjang karena
merasakan sebuah kenikmatan yang luar biasa saat mencapai orgasme hingga
membuat badanku terasa bergetar hebat dan keringatku bercucuran membasahi
tubuhku. Marisa memang luar biasa dan berhasil membawaku pada puncak kenikmatan
yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Selama ini pacarku memang selalu
menolak setiap kali kuajak melakukan oral seks hingga membuatku sedikit kecewa
namun beruntung aku menemukan pacar baru yang dapat mengerti semua kemauanku
sebagai seorang laki laki hingga membuatku merasa bahagia karena memilikinya.
Sepanjang hari itu kami terus bercumbu dan
baru menghentikan percumbuan itu setelah keluarganya pulang ke rumah. Marisa
memang belum merelakan kegadisannya direnggut olehku dan kami pun hanya
melakukan sebatas oral seks saja namun semua itu sudah cukup memberikan
kepuasaan besar bagiku. Semenjak saat itu aku semakin sering datang ke rumahnya
ketika keluarganya sedang pergi keluar
sehingga kami dapat dengan bebas bercumbu rayu sambil melampiaskan nafsu
birahiku padanya.
Komentar
Posting Komentar