Saya Dito, bukan nama sebenarnya tapi nama
samaran. umurku saat ini baru 23 tahun dan baru lulus dari salah satu
universitas ternama di Malang .
Saya berasal dari keluarga baik-baik dan cukup terhormat hingga disegani banyak
orang. Kejadian ini dimulai ketika saya menginap di rumah om saya di daerah
sidoarjo yang terkenal dengan lumpurnya.
Awal kejadiannya adalah pada hari sabtu
malam, saya mendengar pertengkaran di rumah tersebut, yang tidak lain adalah om
saya dengan tante saya. Ternyata penyakit ‘gatel’ om saya kambuh lagi yaitu
sering pergi ke diskotik bersama temannya. Hal tersebut sangat menyakitkan
tante saya, karena di sana
om saya akan mabuk-mabukan dan terkadang pulangnya bisa pada hari Minggu malam.
Entahlah apa yang dilakukan di sana bersama
teman-temannya. Dan pada saat itu hanya aku bertiga saja di rumah: saya, Om
Pram dan Tante Siska.
“Brak..” suara gelas pecah menghantam
pintu, cukup membuat saya kaget, dan om saya dengan marah-marah berjalan keluar
kamar.
Dari dalam kamar terdengar tante saya
berteriak, “Nggak usah pulang sekalian, cepet ceraikan aku.”
Dalam hatiku berkata, “Wah ribut lagi.” Om
Pram langsung berjalan keluar rumah, menstarter mobilnya dan pergi entah ke
mana. Di dalam kamar, aku mendengar Tante Siska menangis. Aku mau masuk ke
dalam tapi takut kena damprat olehnya (kesalahan Om Pram dilimpahkan kepadaku).
Tante Siska |
Semakin lama aku makin penasaran juga
kerena kuatir nanti terjadi sesuatu terhadap Tante Siska. Takutnya akibat
pertengkaran itu ia akan mencari jalan pintas dengan bunuh diri dikamarnya. Pelan-pelan
kubuka pintu kamarnya dan sedikit kuintip dari luar. Kulihat dia menangis sesenggukan
dan menunduk di depan meja riasnya. Aku berinisiatif masuk pelan-pelan sambil
menghindari pecahan gelas yang tadi sempat dilemparkan oleh Tante Siska.
Kuhampiri dia dan dengan pelan dan langsung menanyakan keadaannya.
Aku bertanya, “Kenapa Tan? Om kambuh lagi?” Dia tidak menjawab, hanya diam saja dan
sesekali terdengar isak tangisnya. Cukup lama aku berdiri di belakangnya. Pada
waktu itu aku hanya memandangnya dari belakang, dan kulihat ternyata Tante Siska
mengenakan baju tidur yang cukup menggiurkan. Pada saat itu aku belum
berpikiran macam-macam.
Aku hanya berkesimpulan mungkin Tante Siska
mengajak Om Pram, berdua saja di rumah, karena anak-anak mereka sedang pergi
menginap di rumah adik Tante Sis. Dan mungkin juga Tante Sis mengajak Om bercinta (karena baju yang dikenakan cukup
menggiurkan, daster tipis, dengan warna pink dan panjang sekitar 15 cm di atas
lutut). Tetapi Om Pram tidak mau, dia lebih mementingkan teman-temannya dari
pada Tante Sis.
Tiba-tiba Tante Sis berkata, “To, Om kamu kayaknya udah nggak sayang lagi sama Tante.
Sekarang dia pergi bersama teman-temannya
ke Surabaya ,
ninggalin Tante sendirian di rumah, apa Tante udah nggak cakep lagi.” Ketika
Tante Sis berkata demikian dia berbalik menatapku. Aku setengah kaget, ketika
mataku tidak sengaja menatap buah dadanya (kira-kira berukuran 34). Di situ
terlihat puting susunya yang tercetak dari daster yang dikenakannya. Aku
lumayan kaget juga menyaksikan tubuh tanteku itu.
Aku terdiam sebentar dan aku ingat tadi
Tante Sis menanyakan sesuatu, aku langsung mendekatinya (dengan harapan dapat melihat
payudaranya lebih dekat lagi).
“Tante masih cantik kok, dan Om kan pergi sama temannya.
Jadi nggak usah khawatir Tan!” “Iya tapi temennya itu brengsek semua, mereka
pasti mabuk-mabukan lagi dan main perempuan di sana .”
Aku jadi bingung menjawabnya. Secara
refleks kupegang tangannya dan berkata, “Tenang aja Tan, Om
nggak bakal macem-macem kok.” (tapi pikiranku sudah mulai macam-macam).
“Tapi Tante denger dia punya pacar di surabaya , malahan Tante
kemarin pergoki dia telponan ama cewek, kalo nggak salah namanya Sella.”
“Masak Om tega sih ninggalin Tante demi
cewek yang baru kenal, mungkin itu temennya kali Tan, dan lagian Tante masih
tetap cantik kok.”
Tanpa Tante Sis sadari tangan kananku
sudah di atas paha Tante Sis karena tangan kiriku masih memegang tangannya.
Perlahan-lahan pahanya kuusap secara halus, hal ini kulakukan karena aku
berkesimpulan bahwa tanteku sudah lama tidak disentuh secara lembut oleh
lelaki. Tiba-tiba tanganku yang memegang pahanya ditepis oleh Tante Sis, dan
berdiri dari duduknya,
“To, saya tantemu saya harap kamu jangan
kurang ajar sama Tante, sekarang Tante harap kamu keluar dari kamar tante
sekarang juga!” Dengan nada marah Tante Sis mengusirku.
Cukup kaget juga aku mendengar itu, dan
dengan perasaan malu aku berdiri dan meminta maaf, kepada Tante Sis karena
kekurangajaranku. Aku berjalan pelan untuk keluar dari kamar tanteku.
Sambil berjalan aku berpikir, aku
benar-benar terangsang dan tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Sejak aku
putus dengan pacarku, terus terang kebutuhan biologisku kusalurkan lewat
tanganku. Setelah sampai di depan pintu aku menoleh kepada Tante Sis lagi. Dia
hanya berdiri menatapku, dengan nafas tersenggal-senggal (mungkin marah
bercampur sedih menjadi satu).
Aku membalikkan badan lagi dan di
pikiranku aku harus mendapatkannya malam ini juga. Dengan masa bodoh aku
menutup pintu kamar dari dalam dan menguncinya, lalu langsung berbalik menatap
tanteku. Tante Sis cukup kaget melihat apa yang aku perbuat. Otakku sudah
dipenuhi oleh nafsu binatang.
“Mau apa kamu To?” tanyanya dengan gugup
bercampur kaget.
“Tante mungkin sekarang Om
sedang bersenang-senang bersama pacar barunya, lebih baik kita juga
bersenang-senang di sini, saya akan memuaskan Tante”.
Dengan nafsu kutarik tubuh tanteku ke
ranjang, dia meronta-ronta, tetapi karena postur tubuhku lebih besar (tinggiku
182 cm dan beratku 75 kg, sedangkan Tante Sis memiliki tinggi tubuh sekitar 165
cm dan berat kurang lebih 50 kg) aku dapat mendorongnya ke ranjang, lalu
menindihnya.
“Lepasin Tante, Dito,” suara keluar dari
mulutnya tapi aku sudah tidak peduli dengan rontaannya. Dasternya kusingkap ke
atas.
Ternyata Tante Sis tidak mengenakan celana
dalam sehingga terpampang gundukan bukit kemaluannya yang menggiurkan, dan
dengan kasar kutarik dasternya bagian atas hingga payudaranya terpampang di
depanku. Dengan bernafsu aku langsung menghisap putingnya, tubuh tanteku masih
meronta-ronta, dengan tidak sabar aku langsung merobek dasternya dan dengan
nafsu kujilati seluruh tubuhnya terutama payudaranya, cukup harum tubuh
tanteku.
Akibat rontaannya aku mengalami kesulitan
untuk membuka pakaianku, tapi pelan-pelan aku dapat membuka baju dan celanaku.
Sambil membuka baju dan celanaku itu, dengan bergantian tanganku mengusap bukit
kemaluannya yang menurutku mulai basah (mungkin Tante Sis sudah mulai
terangsang walaupun masih berkurang tetapi frekuensinya agak menurun sedikit).
kemaluanku telah berdiri tegak dan kokoh
nafsu telah menyelimuti semua kesadaranku bahwa yang kugeluti ini adalah isteri
pamanku sendiri….yaitu tanteku…. Dengan tidak sabar aku langsung berusaha
membenamkan kejantananku ke liang tanteku. Aku agak kesulitan menemukan celah
kewanitaan tanteku,kadang kemaluanku meleset keatas dan bahkan kadang meleset
kearah lubang anus tanteku . ini disebabkan tanteku bergerak kesana kemari
berusaha menghindar dan menghalangi kemaluanku yang sudah siap tempur ini.
“To, jangan To, aku Tantemu tolong lepasin
To, ampun, Tante minta ampun”. Aku sudah tidak peduli lagi Rengekannya. usahaku
kepalang tanggung dan harus berhasi karena gagalpun mungkin akibatnya akan sama
bahkan mungkin lebih fatal akibatnya. Ketika lubang senggamanya kurasa sudah
pas dengan dibantu cairan yang keluar dari liang kewanitaannya aku langsung
menghujamkan senjataku.
“Auuhh, sakit To, aduh.. Tante minta
ampun.. tolong To jangan lakukan …..lepasin Tante To..
” Ketika mendengar rintihannya, aku jadi
kasihan, tetapi senjataku sudah di dalam.
“Maaf Tante, saya sudah tidak tahan dan
punyaku sudah terlanjur masuk nih. bisikku ke telinganya. Tante Sis hanya diam
saja. Dan tidak berkata apa-apa.
Dengan pelan dan pasti aku mulai memompa
kemaluanku naik turun hingga tanteku menggelinjang hebat seakan akan masih ada
sedikit pemberontakan dalam dirinya.
ssshhhhhhhhh…. tanteku hanya mendesis
lirih sambil menolehkan kepalanya kekiri dan kekanan tak mau menatap wajahku. kemudian
Dia hanya diam pasrah dan kulihat air matanya berlinang keluar.
Kucium keningnya dan bibirnya, sambil
membisikkan, “Tante, Tante masih cantik dan tetap mengairahkan kok, saya sayang
Tante, bila Om sudah tidak sayang lagi, biar
Dito yang menyayangi Tante.” Tante Sis hanya diam saja, dan kurasakan
pinggulnya pun ikut bergoyang seirama dengan goyanganku.
kemaluanku kudorong perlahan seakan ingin
menikmati kenyamanan ini dengan waktu yang lama. cllkk….clllkkkk.cclkkkk bunyi
badanku beradu dengan badan tanteku seirama keluar masuknya kemaluanku kedalam
liang senggamanya yang betul betul enak.
Kira-kira 10 menit aku merasakan liang
kewanitaan tanteku semakin basah dan kakinya menyilang di atas pinggulku dan
menekan kuat-kuat mungkin tanteku sedang orgasme. kudiamkan sejenak dan kubiarkan
tanteku menikmati orgasmenya lalu kubenamkan lebih dalam kemaluanku ,sambil
memeluk erat tubuhnya ia pun membalasnya erat. Kusakan tubuh tanteku bergetar
hebat dan kenikmatan yang dahsyat telah didapatkannya.
Kini kubalik badan tanteku dan sekarang
dia dalam posisi diatas sementara kemaluanku masih terbenam dalam kewanitaannya.
Dia hanya diam saja sambil merebahkan tubuhnya diatas tubuhku lalu kuangkat
pinggul tanteku perlahan dan menurunkannya lagi, kuangkat lagi dan kuturunkan
lagi hingga berulang ulang.
kemaluanku yang berdiri tegak menyodok
deras keatas kelubang nikmatnya. Ahirnya tanpa kubantu, tanteku menggoyangkan
sendiri pantatnya naik turun.
“oooooooccchhhhhhhh……. Kini aku yang
blingsatan kenikmatan. rupanya tanteku mahir dengan goyangannya diposisi atas
sehingga kenikmatan maximum baru kudapatkan dalam posisi ini.
Sepertinya tanteku mengetahui keadaan ini
dan Ia mempercepat goyangan pantatnya meliuk liuk persis pantat Anisa bahar
penyanyi dangdut dengan goyang patah patahnya.
“oooooochhhhhh,…………sshhh…… kali ini aku
yang mirip orang kepedasan, aku mengangkat kepalaku dan kuhisap puting susu
tanteku hingga ia mengerang. Goyangannya tambah dipercepat dan berlangsung
hamir 5 menitan.
Tak lama kemudian tubuh tanteku bergetar
lagi sepertinya ia telah mendapatkan orgasmenya yang kedua. Seketika pundakku
dicengkeramnya dengan erat.
“ssshhhhhhh………bibir bawahnya
digigit…sambil kepalanya menengadah keatas
“to….bangsat kamu !! tante kok bisa jadi
gini. Ssssshhhh… tante udah 2 kali
keluar nih.
Mendengar hal itu aku hanya bisa tersenyum
“tulangku rasanya mau lepas semua to….”
Ujar tante siska lagi.
“tubuh tante sungguh nikmat. Ujarku pelan
“tante gak pernah klimaks lebih dari 1 x
kalo dengan ommu..”
kubalik kembali badan tanteku dengan
posisi konvensional.. kugenjot dengan deras kewanitaannya.
“oooohhh oohhh….ssshhhhh tanteku kembali
menggeliat pinggulnya mulai bergoyang pula mengimbangi genjotanku. Kurasakan aku
pun sudah kepengen nyampe dan tidak lama kemudian akupun mengeluarkan spermaku
di dalam liang senggamanya.
Ssshhhhh..
aaachhhhhhh… spermaku tumpah dengan derasnya kedalam liang senggama
tanteku. Mata tanteku sayu menatapku klimaks kerena permainan panjang yang
sangat melelahkan yang diawali dengan pemaksaan dan perkosaaan yang akhirnya
berkesudahan dengan kenikmatan puncak yang sama sama diraih oleh kami berdua.
kulihat terpancar kepuasaan yang amat sangat diwajah tanteku yang belum pernah
dirasakannya selama ini.
“ingat ya to. kamu harus menjaga rahasia
ini baik baik. Jangan sampai om mu tau.”
Ujar tante siska
“iya
tante tenang aja. Pokonya semua bakal aman koq. Ujarku sambil mengangguk
Semenjak kejadian malam itu tanteku sudah
tak peduli lagi dengan suaminya. Mau pulang atau tidak itu tidakj jadi masalah
baginya karena ia sudah menemukan laki laki baru yang bisa memuaskan dan
membahagiakannya dirumah.
Setiap kali om ku pergi keluar maka tante
siska selalu menghubungiku melalui telepon dan aku pun langsung meluncur
kerumahnya dengan segera untuk menyenangkannya.
Komentar
Posting Komentar