Panggil saja namaku Andro, aku adalah seorang pria lajang
berumur 25 tahun yang berkerja di salah satu perusahaan asing di daerah
kuningan, Jakarta. Sebagai Pria lajang, dulunya aku tinggal bersama orang tuaku
di perumahan komplek militer. Namun karena aku adalah seorang Pria yang sudah
dewasa, maka aku-pun memutuskan untuk hidup mandiri.
Sungguh memang sudah rejekiku, ketika aku memang bermaksud
untuk tinggal sendiri kebetulan saudaraku menawarkan aku untuk menghuni
apartemen miliknya, karena dia akan dibawa untuk tinggal bersama suaminya ke
Malang, jawa timur. Pada hari pertama aku akan tinggal di apartemen saudaraku
itu, maka aku harus lapor kepada Pengurus Apartemen.
Setelah melapor aku dimintai untuk ikut menjaga adik
perempuan ketua pengurus apartemen yang kebetulan adiknya tinggal di sebelah
kamar apartemen saudaraku, adik perempuan ketua pengurus apartemen itu ternyta
bernama Tante Reni. Singkat cerita Hari kedua aku-pun sebagai penghuni baru
mulai mencoba berkenalan dengan Tante Reni.
Reni |
Dan ternyata setelah berkenalan ternyata beliau tidak
terlalu tua, dan jika aku perkirakarakan usianya sekitar 35 tahunan. Tante Reni
ini tipe wanita yang ramah dan baik sekali. Namun dalam perkenalan dan obrolan
kami saat itu aku agak sedikit heran, karena pada usianya yang sudah terhitung
matang sekali tante Reni belum juga menikah.
Yah mungkin saja tante Reni punya masih focus dengan
karirnya kali yah, karena aku melihat pada usianya yang segitu dia sudah mapan
sekali kehidupanya, buktinya tante Reni sudah mempunyai apartemen dan sebuah
mobil mewah. Tante Reni ini mempunyai 2 pembantu, yang satu supir dan yang satu
asisten rumah tangga di apartemennya.
Sampai pada suatu hari Tante Reni menitipkan kunci
Apartemen-nya karena pada saat itu pembantu dan supir-nya sedang cuti karena pada
saat itu ada hari raya. Sehingga beliau tinggal di rumah kakaknya di lantai 12.
Oh iya gambaran Tante Reni sebagai berikut, dia mempunyai tinggi badan sekitar
166 cm, mempunyai pinggul yang besar, pantat yang bulat, pinggang yang ramping,
perut singset dan ukuran Bra sekitar 34B.
Hal itu bisa dimiliki oLeh Tante Reni karena tante Reni
rajin senam aerobic, fitness, dan renang yang diikutinya secara rutin. Dengan
wajah cantik dan warna kulit yang putih bersih, wajarlah jika Tante Reni
menjadi impian banyak lelaki baik-baik maupun lelaki hidung belang.
Hingga pada suatu sore, saat saya pulang kerja saya
mendengar ada ketukan pintu di apartemenku , kemudian saya intip dari lubang
pintu ternyata Tante Reni,
“ Iya sebentar, oh ada tante ada yang bisa saya bantu tante
???, ” ucapku sambil membuka pintu.
“ Ngga Ndro ada surat atau tagihan kartu kreditku ngga dari
Front Office depan?, ” jawab Tante Reni.
“ Sepertinya ngga ada tante, ” jawabku
“ Eh aku numpang ke kamar mandimu ya, ” sambil meringis,
mungkin dia udah kebelet pips he he he.
“ Silahkan tan tapi kamar mandinya ngga sebersih punya tante
lho maklum bujangan, ” ucapku sambil tertawa.
“ Ngga apa apa, ” jawabnya.
Baru aku sadar bahwa Tante Reni memakai baju training tipis
mungkin baru lari atau fitness di lantai 2,
“ Abis lari ya tan, ” tanyaku.
“ Iya tapi nyari kamar mandi susah mana liftnya lama lagi, ”
ujar Tante Reni sambil ngeloyor ke kamar mandiku.
Sambil jalan ke dapur aku berfikir kok kayaknya ada yang
salah ya dengan membiarkan si tante ke kamar mandi tapi apa ya ?. Ya ampun tadi
khan aku lagi nonton film porno di laptop memang kebetulan mau onani sih maklum
belum ada pasangan/pacar. Wah mati gue ketahuan dah sama Tante Reni. Ah bodo
amat bodo amat kaya dia ngga pernah muda aja.
Begitu keluar dari kamar mandi si tante senyum-senyum, wah
malu deh aku,
“ Hayo kamu tadi lagi ngapain Ndro? tanya si tante.
“ Ngga ngapa-ngapain kok Tan, ” jawabku sambil menunduk
kebawah.
Dan tanpa saya sadari tiba-tiba dia mencekal tangan saya,
“ Ndro, ” ujarnya tiba-tiba dan terlihat agak sedikit
ragu-ragu.
“ Ya Tante ?, ” Jawab saya.
“ Eee… nggak jadi deh, ” Jawabnya ragu-ragu.
“ Ada yang bisa saya bantu, Tante ?, ” Tanya saya agak
bingung karena melihat keragu-raguannya.
“ Eee… nggak kok. Tante cuma mau nanya, ” jawabnya dengan
ragu-ragu lagi.
“ Kamu sering ya nonton film itu di kamar mandi ?, ” tanya
dia.
“ Iya sih tan. Maklum tan belum punya pasangan ?, ” jawab ku
terpaksa.
“ Terus pake sabun ya ? he he he, ” ucap Tante Reni sambil
tertawa.
“ Iya tan, udah ah aku tengsin nih malu ditanya terus, ”
Tegasku sambil ngomel.
“ Jangan marah dong , biasa lagi bujangan yang penting
jangan main pelacur, jorok nanti kena penyakit, ” jawab Tante Reni.
“ Eee… mau , dibantuin Tante nggak ?, ” sambungnya.
“ Maksud tante ?, ” Tanyaku.
Wah ibarat ada lanjutan dari film ku tadi nih. Kayaknya si
tante horni abis,
“ Iya kamu nonton bareng tante khan biar ngga malu lagi, ”
sambil melayang tangan Tante Reni ke selangkangan ku.
“ Sana ambil laptop mu, ” ucapnya.
Asik banget dah pikirku tanpa tendeng aling-aling aku
berlari kekamar madi dan membawa keluar laptop itu. Kemudian aku setel lebih
dulu film yang tadi saya tonton dan belum habis. Beberapa menit kemudian Tante Reni
duduk disebelahku sambil membawa teh panas dengan wangi tubuh yang segar.
Saya selidiki tiap sudut tubuhnya yang masih terbalut baju
training dan kemudian beliau melepas atasannya sehingga terlihat tanktop tipis
biru muda yang agak menerawang tersebut, sehingga dengan leluasa mata saya
melihat puncak buah dadanya karena dia tidak memakai Bra. Tanpa kusadari, di
antara degupan jantungku yang terasa mulai keras dan kencang.
Saat itu kelaminku juga sudah mulai menegang. Dengan santai
dia duduk tepat di sebelahku, dan ikut menonton Film Porno yang sedang
berlangsung,
“ Cakep-cakep juga yang main, ” akhirnya dia memberi
komentarnya.
“ Dari kapan Ndro mulai nonton film beginian ?, ”tanyanya.
“ Udah dari dulu Tante, ” ucapku.
“ Mainnya juga bagus dan tidak kasar. Ndro udah tahu rasanya
belum ?, tanya dia lagi.
“ Ya sempet sih tan waktu di rumah sakit sama suster, ”
ucapku.
“ Wah enak dong lagi sakit di servis suster, ” tanggapanya.
“ Iya tapi udah lama tan udah lupa rasanya, tapi kata
temen-temen sih enak. Emang kenapa Tante, mau ngajarin saya yah? Kalau iya boleh
juga sih, ” ucapku.
“ Ah Ndro ini kok jadi nakal yah sekarang, ”, ujarnya sambil
mencubit lenganku.
“ Tapi bolehlah nanti Tante ajarin biar kamu tahu rasanya,
”, tambahnya dengan sambil melirik ke arahku dengan agak menantang.
Tidak lama berselang, tiba-tiba Tante Reni menyenderkan
kepalanya ke bahuku. Seketika itu pula aku langsung membara. Tapi aku hanya
bisa pasrah saja oleh perlakuannya. Sebentar kemudian tangan Tante Reni sudah
mulai mengusap-ngusap daerah tubuhku sekitar dada dan perut.
Rangsangan yang ditimbulkan dari usapannya cukup membuat aku
canggung.
Jujur, karena baru kali ini aku diperlakukan oleh seorang
wanita yang usianya diatasku. Kelaminku sudah mulai semakin berdenyut-denyut
siap bertempur. Kemudian Tante Reni mulai menciumi leherku, lalu turun ke bawah
sampai dadaku. Sampai di daerah dada, dia menjilat-jilat ujung dadaku, secara
bergantian kanan dan kiri.
Tangan kanan Tante Reni juga sudah mulai masuk ke dalam
celanaku, dan mulai mengusap-usap kelaminku. Karena dalam keadaan yang sudah
sangat terangsang, aku mulai memberanikan diri untuk meraba celana yang dia
pakai. Aku remas payudaranya dari luar tanktop, dan aku remas-remas, terkadang
aku juga mengusap ujung-ujung tersebut dengan ujung jariku,
“ Sssss… Oughh… ya situ, ” ucapnya setengah berbisik.
Tiba-tiba dia memaksa lepas celana pendekku, dan diusapnya
kelaminku. Akhirnya bibir kami saling berpagutan dengan penuh nafsu yang sangat
membara. Dan dia mulai menjulur-julurkan lidahnya di dalam mulutku. Sambil
berciuman tanganku mulai bergerilya melalui celana trainingnya yang aku
pelorotkan ke bawah.
Sesampai-nya pada permukaan celana dalamnya, yang rupanya
sudah mulai menghangat dan agak lembab. Aku melepaskan celana dalam Tante Reni.
Satu persatu kami membuka baju, sehingga kami berdua menjadi telanjang bulat.
Kutempelkan jariku di ujung atas permukaan Vagina-nya.
Dia kelihatan agak kaget ketika merasakan jariku bermain di
daerah seputar clitoris-nya. Lama kelamaan Aku masukkan satu jariku, lalu jari
kedua,
“ Aghhh… Ssssss… Oughhh… terus Ndro, terus, ” ucap lirih
Tante Reni.
Ketika jariku terasa mengenai akhir lubangnya, tubuhnya
terlihat agak bergetar,
“ Eughhh… Ndro terus, Aghhh… Sssss… Aghhh… enak, sebentar
lagi, Oughhh…, ” ujar Tante Reni.
Seketika itu pula dia memeluk tubuhku dengan sangat erat
sambil menciumku dengan penuh nafsu. Aku merasakan bahwa tubuhnya agak bergetar
(yang kemudian baru aku tahu bahwa dia sedang mengalami orgasme). Beberapa saat
tubuhnya mengejang-ngejang menggelepar dengan hebatnya. Yang diakhiri dengan
terkulainya tubuh Tante Reni yang terlihat sangat lemas di sofa,
“ Aku kapan Tante, kan aku belum dienakin sama Tante?, ”
tanyaku.
“ Nanti dulu yah sayang, sebentar, beri Tante waktu untuk
istirahat sebentar aja, ” ucap Tante Reni.
Tapi karena sudah sangat terangsang, kuusap-usap bibir
Vagina-nya sampai mengenai clitoris-nya, aku dekati payudaranya yang menantang
itu sambil kujilati ujungnya, sesekali kuremas payudara yang satunya. Sehingga
rupanya Tante Reni juga tidak tahan menerima paksaan rangsangan-rangsangan yang
kulakukan terhadapnya.
Sehingga sesekali terdengar suara erangan dan desisan dari
mulutnya yang Sexy. Aku usap-usapkan kelaminku yang sudah sangat amat tegang di
bibir Vagina-nya sebelah atas. Sehingga kemudian dengan terpaksa dia membimbing
batang kemaluanku menuju lubang Vagina-nya. Pelan-pelan saya dorong kelaminku
agar masuk semua.
Kepala Penis-ku mulai menyentuh bibir Vagina Tante Reni,
“ Sssss… Aghhhh…. ” rasanya benar-benar tidak bisa
kubayangkan sebelumnya.
Lalu Tante Reni mulai menyuruhku untuk memasukan kelaminku
ke liang Vagina-nya lebih dalam dan pelan-pelan. So wow Man… baru masuk
kepalanya saja aku sudah tidak tahan, lalu Tante Reni mulai menarik pantatku ke
bawah, supaya batang kelaminku yang perkasa ini bisa masuk lebih dalam.
Bagian dalam Vagina-nya sudah terasa agak licin dan basah,
tapi masih agak seret, mungkin karena sudah lama tidak dipergunakan. Namun
Tante Reni tetap memaksakannya masuk,
“ Oughhhh… Ndro, ” Desah Tante Reni.
Saat itu rasanya memang benar-benar luar biasa walaupun
kelaminku agak sedikit terasa ngilu, tapi nikmatnya luar biasa. Lalu terdengar
suara erangan Tante Reni. Lalu Tante Reni mulai menyuruhku untuk menggerakkan
kemaluanku di dalam Vagina-nya, yang membuatku semakin gila. Dia sendiri pun mengerang-ngerang
dan mendesah tak karuan.
Beberapa menit kami begitu hingga suatu saat, seperti ada
sesuatu yang membuat liang Vagina-nya bertambah licin, dan makin lama Tante Reni
terlihat seperti sedang menahan sesuatu yang membuat dia berteriak dan mengerang
dengan sejadi-jadinya karena tidak kuasa menahannya. Lalu tiba-tiba
kejantanan-ku terasa seperti disedot oleh liang senggama Tante Reni.
Tiba-tiba dinding-dinding Vagina-nya terasa seperti menjepit
dengan kuat sekali, bisa-bisa kalau begini terus aku bisa ngecrott cepet nih,
“ Sssss… Aghhhhhhhhhhhhhh… Tante keluar lagi nih, ” ucapnya
dengan keras.
Saat itu juga makin basahlah di dalam Vagina Tante Reni,
tubuhnya mengejang kuat seperti kesetrum, ia benar-benar menggelinjang hebat,
membuat gerakannya semakin tak karuan. Dan akhirnya Tante Reni terkulai lemas,
tapi kelaminku masih tetap tertancap dengan mantap.
Aku mencoba membuatnya terangsang kembali karena aku belum
apa-apa.
Tangan kananku meremas payudaranya yang sebelah kanan,
sambil sesekali kupilin-pilin ujungnya dan kuusap-usap dengan ujung jari
telunjukku. Sedang payudara kirinya kuhisap sambil menyapu ujungnya dengan
lidahku,
“ Sssss… Oughhh… Aghhhh…, ” desah Tante Reni sudah mulai
terdengar lagi.
Aku memintanya untuk berganti posisi dengan doggy style. Aku
mencoba untuk menusukkan kelaminku ke dalam liang Vagina-nya, pelan tapi pasti.
Kepala Tante Reni agak menengok ke belakang dan matanya melihat mataku dengan
sayu, sambil dia gigit bibir bawahnya untuk menahan rasa sakit yang timbul.
Sedikit demi sedikit aku coba untuk menekannya lebih dalam.
Kelaminku terlihat sudah tertelan semuanya di dalam Vagina
Tante Reni, lalu aku mulai menggerakkan kelaminku perlahan-lahan sambil
menggenggam buah pantatnya yang bulat. Dengan gaya seperti ini, desahan dan
erangannya lebih keras, tidak seperti gaya konvensional yang tadi.
Aku terus menggerakkan pinggulku dengan tangan kananku yang
kini meremas payudaranya, sedangkan tangan kiri kupergunakan untuk menarik
rambutnya agar terlihat lebih merangsang dan Sexy,
“ Sssss… Aghhh… Oughhh… terus Ndro… terus… Aghhh… Oughhh…, ”
Tante Reni terus mengerang.
Beberapa menit berlalu, kemudian Tante Reni merasa akan
orgasme lagi sambil mengerang dengan sangat keras sehingga tubuhnya
mengejang-ngejang dengan sangat hebat, dan tangannya mengenggam bantalan sofa
dengan sangat erat. Beberapa detik kemudian bagian depan tubuhnya jatuh
terkulai lemas menempel pada sofa itu.
Saat itu lututnya terus menyangga pantatnya agar tetap di
atas, dan aku merasa kelaminku mulai berdenyut-denyut dan aku memberitahukan
hal tersebut padanya, tapi dia tidak menjawab sepatah kata pun. Yang keluar
dari mulutnya hanya desahan dan erangan kecil, sehingga aku tidak berhenti
menggerakkan pinggulku terus.
Aku merasakan tubuhku agak mengejang seperti ada sesuatu
yang tertahan, sepertinya semua tulang-tulangku akan lepas dari tubuhku,
tanganku menggenggam buah pantat Tante Reni dengan erat, yang kemudian diikuti
oleh keluarnya cairan maniku di dalam liang Vagina Tante Reni. Tubuhku terasa
sangat lemas sekali.
Setelah kami berdua merasa agak tenang, aku melepaskan
kelaminku dari liang nikmat milik Tante Reni. Dengan raca kecapaian yang luar
biasa Tante Reni membalikkan tubuhnya dan duduk di sampingku sambil menatap
tajam mataku dengan mulut yang agak terbuka, sambil tangan kanannya menutupi
permukaan Vagina-nya.
“ Wah kok ngga ditarik sih Ndro, nanti aku hamil lho ?,
tanyanya dengan suara yang agak bergetar.
“ Maaf tan aku lupa abis keenakan sih, ” jawabku
“ Ya sudahlah… tapi lain kali kalau sudah kerasa kayak tadi
itu langsung buru-buru dicabut dan dikeluarkan di luar ya ?, ” ujarnya
menenangkan diriku yang terlihat takut.
“ I… iiya Tante, ” jawabku sambil menunduk.
“ Ya santai aja aku sebenarnya udah minum pil kok Ndro, ”
jawan Tante Reni.
Wah rupanya nih tante udah pengalaman dalam hal beginian,
tapi ngga apa-apa dah gua belagak culun aja. Kemudian kami berpelukan di sofa,
dan melakukan perbuatan itu sekali lagi tapi di kamar mandi.
Komentar
Posting Komentar