Lebih dari 3 tahun aku bekerja sebagai
pembantu rumah tangga, majikanku ini terkenal kaya dan baik apalagi dia adalah
kepala desa dan disegani oleh masyarakatnya. Majikanku ini bernama Bapak Dimas
dan selama bekerja disana aku merasakan sebuah pengalaman pahit yang tak
terduga.
Sudah beberapa hari belakangan ini udara
terasa sangat panas sekali hingga membuatku sulit untuk bisa tidur nyenyak.
Padahal besok pagi aku sudah harus bangun elebih awal untuk memasak dan
membereskan rumah majikanku yang cukup besar ini.
Karena tidak bisa tidur maka aku pun
berusaha membuka jendela kamarku dan berharap ada angina segar yang masuk
kedalam kamar sehingga aku dapat tertidur. Selain itu aku juga berganti pakaian
dengan sebuah daster tipis
Yang diberikan oleh nyonya majikanku dulu
dan modelnya agak seksi.
Kucoba untuk menyalakan kipas angin yang
ada dikamarku agar udara dapat mengalir dengan lancar dan tak lama kemudian aku
pun tertidur lelap
Yang membuat aku bingung pada waktu itu
aku malah bermimpi dengan sopir pribadinya Bapak Dimas.
Namanya Pak Aris dalam mimpiku dia
mendatangiku dan memelukku tanpa pakaian dan telanjang bulat walaupun usianya
yang sudah tua tapi badannya itu cukup kekar dan berotot.
Dan yang membuatku geli adalah buah terong
yang menggantung indah di pangkal pahanya. Ih, begitu
menggemaskan.Perlahan-lahan beliau mendekatiku dan langsung meremas remas buah
dadaku yang telah terbuka bebas.
Lisna |
Entah kenapa belaian Pak Aris terasa
begitu nyata, seperti bukan dalam mimpi. Bahkan ketika bibir tebalnya mulai
melumat kupingku aku sempat tersentak dan perlahan-lahan terjaga dari tidurku.
Namun betapa terkejutnya aku saat mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
Ternyata apa yang aku rasakan tadi bukan
sekedar mimpi. Dihadapanku ternyata benar-benar ada sosok Pak Aris yang memeluk
tubuhku.
“Pak Aris! Apa yang Bapak lakukan? Aku mendorong
tubuh Pak Aris kuat-kuat sehingga dia terjengkang ke belakang.
Segera aku menutupi tubuhku yang ternyata
juga nyaris telanjang dengan selimut.
“Tenang, Lis! Sudah lama aku memendam
nafsuku terhadapmu! Kembali Pak Aris mencoba merengkuh tubuhku. Namun kembali
aku mendorong tubuhnya kuat-kuat ke belakang.
Pergi! Bentakku.Atau saya akan teriak! Silahkan
teriak! Percuma saja kamu teriak. Karena tidak akan ada orang yang mendengarmu.
Apa kamu lupa, Pak Dimas dan keluarga tadi sore sudah berangkat ke Bandung untuk liburan!
Jadi lebih baik kamu turuti saja keinginanku! Ujar Pak Aris tersenyum sinis.
Aku semakin ketakutan ketika Pak Aris
kembali mendekatiku. Segera saja aku melompat dari ranjang dan mencoba berlari
ke arah pintu dengan kondisi telanjang. Namun sial! Aku kalah cepat dengan Pak
Aris.
Dengan cepat, ia menyergapku dari belakang
dan menghimpitkan tubuhku ke arah dinding. Kedua tangannya mencengkeram kuat
lenganku ke atas tembok, sedangkan kedua kakinya mengunci kakiku sehingga aku
sulit untuk bergerak.
Aku mencoba untuk meronta sekuat tenaga.
Namun percuma, tenaga Pak Aris memang jauh lebih kuat dibandingkan tenagaku
yang hanya seorang wanita. Semakin kuat aku meronta, semakin kuat cengkeraman
Pak Aris di Tubuhku.
“Tolong, Pak! Lepaskan saya! aku menangis
dan mengemis kepada Pak Aris. Namun percuma saja. Beliau tidak mendengarkan
perkataanku. Bahkan dengan liar Pak Aris menghunjamiku dengan ciuaman mautnya.
Lama kelamaan tanagaku terkuras habis.
Tubuhku menjadi lemas. Aku sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Yang bisa aku
lakukan hanyalah pasrah dan menuruti aturan mainnya Pak Aris.Perlahan-lahan
cengkeraman Pak Aris mulai mengendor.
Perlakuannya yang semula kasar mulai
melunak dan berubah menjadi lembut. Bahkan aku mulai masuk dalam permainannya
ketika dengan lembut Pak Aris mulai menggesek-gesekkan batan kejantanannya ke
atas pahaku.
Seketika itu kakiku terasa lemas dan
lunglai. Aku tak kuat lagi menopang berat badanku sendiri, sehingga aku mulai
terkulai. Namun dengan sigap, Pak Aris segera menangkap tubuhku, mengangkatnya
lalu membopongku ke atas ranjang.
Sesaat terlintas di wajah Pak Aris sebuah
senyum kemenangan. Kemudian dengan lembut ia mulai melumat bibirku. Entah
kenapa aku tidak kuasa untuk menolaknya. Bahkan ada dorongan kuat dari dalam
diriku untuk membalas lumatannya itu.
Nah, begitu dong Lis! Kalau begini kan lebih enak! kata Pak
Aris senang.Aku tersenyum tersipu-sipu.Bapak benar, mungkin lebih baik saya
menuruti bapak dari pertama tadi. Lagipula, sudah lama juga saya tidak mendapatkan
sentuhan laki-laki.
Kembali Pak Aris tersenyum senang.Trus,
ngapain kamu tadi pake coba berontak, Lis?”Tadi saya cuma kaget saja. Di balik
penampilan bapak yang bersahaja, kok tega-teganya bapak mencoba memperkosa
saya.
Tapi, ah sudahlah! Yang pentingkan
sekarang saya sudah menjadi milik Bapak!Kembali Pak Aris mulai mencumbuku.
Ciumannya mulai merambat melalui leherku kemudian turun ke buah dadaku. Kumis
tebalnya yang kasar menyapu kulit dadaku sehingga menimbulkan sensasi
tersendiri yang semakin membuatku serasa terbang ke angkasa.
Ciuman dan jilatan Pak Aris terus bergerak
turun. Sementara tangan kirinya meremas-remas buah dadaku, tangan kanannya
tengah sibuk di pangkal pahaku membuat pilinan-pilinan yang kurasa nikmat.Oh,
Pak Aris! Jangan siksa aku seperti ini! rengekku.Pak Aris tidak memperdulikan
ucapanku.
Justru ia malah menyibakkan rumput-rumput
liar yang menghalangi pintu goa darbaku.Wah, Lis! Indah sekali memiaw kamu.
Warnanya merah muda dengan baunya yang semerbak. Oh, sungguh mempesona.
Bagaikan sekuntum mawar merah yang tengah
merekah di pagi hari. Pasti kamu merawatnya dengan baik. Oh, Lis! Aku suka
sekali dengan memiaw yang seperti ini!Perlahan-lahan Pak Aris menjulurkan
lidahnya dan menyapu permukaan klitorisku.
Terasa kasar, memang. Tapi nikmat!Ayolah,
Pak! Ouhh, aku sudah tidak tahan lagi. Aku terus mengemis kepada Pak Aris.
Namun dia terus mempermainkan emosiku. Akhirnya aku mencari inisiatif lain.
Aku mencoba menggerayangi tubuh kekar Pak
Aris sambil mencari-cari buah terong yang menggantung di pangkal pahanya.Dan
tidak susah bagiku untuk menemukan buah terong sebesar itu. Dengan lembut dan
manja, aku mulai mengocok batang Pak Aris di sertai dengan pijatan-pijatan yang
membuat beliau merem melek.
Perlahan aku membimbing batangnya menuju
ke liang kemaluanku yang sudah basah. Namun dengan nakal, Pak Aris hanya
menempelkan dan menggesek-gesekkan ujung kepala batangnya di atas bibir
vaginaku.
Terasa geli, memang. Tapi sensasi yang aku
rasakan terasa begitu nikmat. Belum pernah aku merasakan yang seperti ini.Oh,
Pak Aris! Ayolah.aku udah nggak tahan lagi, cepet masukin dong!Aku sudah tak
bisa tahan diperlakukan seperti itu.
Perlahan aku menaikkan pantatku ke atas
untuk menyambut kejantanan Pak Aris yang sudah ngaceng. Kemudian aku menekan
pantat Pak Aris ke bawah supaya batang tu bisa masuk dengan sempurna.
Aaarrrghhh! aku menjerit kecil ketika
batang kemaluan Pak Aris yang besar itu menembus liang vaginaku. Awalnya terasa
seret dan perih, karena ukuranbatang Pak Aris memang besar dan panjang bila
dibandingkan dengan milik suamiku.
Namun setelah buah terong itu tertanam
beberapa saat di dalam liang vaginaku, rasa perih itu perlahan berubah menjadi
rasa nikmat.Perlahan-lahan Pak Aris mulai mengayunkan pantatnya naik dan turun.
Hooohh.., Pak! Ssstt, enak Pak! aku jadi
ngomong tak karuan.Ayo, Lis!Goyangkan juga pan..tatmu! Ooohhh!Aku menuruti kata
Pak Aris. Kucoba untuk mengikuti irama dan gerakan-gerakan nikmat yang
dilakukan Pak Aris.
Gesekan-gesekan halus antara batang kont*l
Pak Aris dengan dinding vaginaku terasa begitu nikmat.Ohhh, Lis! Yabegitu!
Terusgoyangkan pantatmu! Uuuhh, oohh, yes!Pak Aris tampak begitu menikmati
permainan kami.
Kulihat wajahnya menengadah dengan mata
terpejam, seolah meresapi sedotan dari vaginaku. Sesekali dari bibirnya
terdengar lenguhan dan desisan kenikmatan.Akupun juga menikmati sodokan-sodokan
mantap batang k*ntol Pak Aris.
Bahkan aku memeluk tubuh kekar Pak Aris
dengan erat. Seolah tak ingin berhenti dari permainan itu. Keringat mengalir
deras melalui pori-pori tubuh kami, sehingga dada bidang Pak Aris yang berbulu
lembut tampak mengkilat karena basah oleh keringat.
Aku tidak menyangka, ternyata di usianya
yang mencapai setengah abad itu, Pak Aris masih memiliki stamina yang prima.
Sampai-sampai aku kewalahan menghadapi goyangan dan sodokan mautnya.
Hingga akhirnya aku merasakan ada sesuatu
yang berdenyut dari dalam rahimku.Ooohh, Pak! Saya, mau ke..luar!Ssshhhtt,
Arrhhhggg! Aku tidak kuat lagi menahan sesuatu yang mendesak keluar dari dalam
rahimku.
Namun Pak Aris masih terus mengayunkan batangnya
keluar masuk dan menusuk-nusuk liang senggamaku. Dan beberapa saat kemudian, aku
juga merasakan batangnya Pak Aris mulai berdenyut-denyut didalam vaginaku.
Sampai akhirnya.Aaaoouuhhh, Lis! Nikmat bangeet!Cairan
putih kental menyembur deras dari ujung tongkol Pak Aris. Pak Arispun kemudian
menjatuhkan diri ke sisi tubuhku. Nafasnya tampak terengah-engah dan terlihat
kecapean.
“Oh, Pak Aris! Bapak memang benar-benar
hebat. Sudah lama saya tidak merasakan nikmat seperti ini. Terima kasih ya Pak!
Aku memeluk tubuh Kekar Pak Aris.
Kusandarkan kepalaku di dada bidang Pak
Aris sambil mengelus-elus bulu-bulu lembut yang berbaris rapi sampai ke pangkal
pahanya. Dengan lembut pula Pak Aris membelai rambutku yang sedikit oleh
keringat. Ah, ternyata diperkosa itu tidak selamanya tidak enak. Kali ini
justru aku mengharapkannya lagi.
Komentar
Posting Komentar