Sebagai
anak angkat aku harus menjadi anak baik dan patuh pada kedua orang tua
angkatku, mereka telah mengangkat aku sejak usiaku 7 tahun. Kini usiaku sudah
menginjak 18 tahun, dan masih menjadi bagian dari keluarga angkatku. Meskipun
kini mereka telah memiliki anak sendiri, yang baru berusia 5 tahun. Sejak saat
itu mama angkatku menjadi lain sikapnya padaku.
Kalau
dulu dia begitu baik kini dia berubah, sejak kelahiran anak kandungnya. Tapi
aku masih bersyukur karena papa angkatku, papa Dodi begitu baik dan sayang
padaku, papa baru saja merayakan hari ulang tahunnya yang pas ke 40 tahun.
Banyak keluarga dan koleganya yang hadir di acara tersebut, papa memang pria
yang baik bahkan dia masih terlihat keren.
Banyak
juga teman-teman Mira yang suka godain papa, katanya Mira beruntung memiliki
papa yang baik dan juga tampan. Mereka tidak tahu kalau aku adalah anak
angkatnya, begitu juga Vian pacarku. Dia tidak tahu kalau aku anak angkat,
padahal aku pacaran dengannya sejak masuk ke sekolah ini. Berarti sudah hampir
3 tahun kami pacaran bahkan sudah begitu banyak kami melakukan hubungan intim
seperti dalam cerita seks.
Mira |
Karena
hal itu sudah biasa di lakukan oleh remaja sepertiku, karena itu aku begitu
menyayangi Vian pacarku. Hampir setiap hari kami selalu berduaan di sekolah,
dan selalau mencuri waktu untuk melakukan adegan layaknya dalam cerita sex.
Sore itu aku pergi ke rumah Vian tanpa sepengetahuannya, pikirku aku ingin
memberikan kejutan padanya bahkan aku membawakannya makanan kesukaan dia.
Tapi
aku terkejut ketika aku masuk ke kamar Vian. Aku melihatnya sedang bermesraan
dengan Gita teman satu kelasku “Viaaan… aapa..apa maksud kalian..” Teriakku dan
sempat aku lemparkan makanan ke mukanya “Mirao.. tunggu biar aku jelasin..”
Vian mencoba membujukku, tapi ketika aku melihat lagi ke arah Gita yang sedang
merapikan bajunya aku semakin muak.
Karena
aku tahu apa yang telah mereka lakukan, dengan cepat aku pergi dari rumah Vian.
Yang memang selalu sepi karena kesibukan orang tuanya yang jarang ada di rumah,
aku menangis dan terus menangis di dalam taksi yang membawaku pulang, sejak
hari itu au tidak lagi tegur sapa dengan Vian. Bahkan ketika dia memaksaku
untuk berbicara dengannya di sekolah aku langsung menangis histeris.
Dalam
hati aku begitu membenci Vian cowok yang selama ini begitu baik padaku, bahkan
aku telah menyerahkan segalanya pada dia. Akupun menjadi jarang keluar rumah,
aku tidak lagi sering hang out dengan teman-temanku, walau sebenarnya di rumah
akupun selalu di buat pusing oleh mama yang sering marah padaku. Tinggal papa
Dodi yang begitu baik padaku.
Hingga
pada suatu hari kami di tinggal pergi selama seminggu oleh mama dan juga
adikku, mereka ada acara keluarga di luar kota. Tinggal aku dengan papa di
rumah, padahal sebelum mama pergi papa sudah tidak enak badan, karena itu dia
tidak berangkat kerja dan sudah 3 hari dia tidak bekerja. Aku menjadi kasihan
padanya meskipun ada asisten rumah tangga kami.
Tapi
aku begitu kasihan melihat papa karena itu aku yang merawatnya hingga diapun
lebih segeran setelah 3 hari. Pagi itu aku datang ke kamar papa setelah baru
selesai mandi, aku langsung sarapan dan tidak melihat pembantuku aku tahu dia
sedang pergi berbelanja di jam seperti sekarang. Dengan langkah gontai aku
masuk kedalam kamar papa ternyata dia berada di dalam kamar mandi.
Entah
keberanian darimana aku mendekat ke kamar mandinya lalu aku mengintip apa yang
dilakukan papa di dalam sana, ternyata papa sedang memainkan senjatanya dengan
tangannya sendiri. Akupun merasa kasihan padanya karena aku tahu juga pernah
melakukan adegan seperti dalam film dewasa akhirnya akupun merasakan gairahku
bangkit dan tanpa malu sedikitpun aku masuk ke dalam kamar mandi papa.
Papa
kaget melihatku “Miraa..apa yang kamu lakukan disini..” Aku tidak menjawab
pertanyaan papa, tapi aku langsung menghamipirinya lalu akupun duduk dengan
wajah pas di depan burungnya, perlahan tapi pasti aku memegang burungnya lalu
aku kulum dalam mulutku “Jangaaan sayaaang….aaaaaggghhhh..” Awalnya papa
menarik tubuhnya tapi begitu aku mainkan burungnya dalam mulutku.
Diapun
berubah terdiam dan menikmati kuluman mulutku “Aaaagaggggghhhh…
aaaaggggggghhhhh… sayaaaaaang…. aaaaaggggghhhh..” Dia pejamkan matanya sambil
memegang kepalaku, sedangkan aku semkain ayik memainkan burungnya mulai dari
aku kulum sampai aku hisap telornya “Oooouuggggghhh… nikmaaaaat… sayaaaang…
aaagggghh… aagggghhhhhhh… aaagggghhh..”.
Papa
tidak lagi malu padaku dia sepertinya juga sadar kalau akupun juga bukan darah
dagingnya. Burung papa semakin membesar dan semakin tegak berdiri, diapun
membopong tubuhku lalu dia membaringkan aku di tempat tidurnya. Aku segera
melepas pakaianku dan meliuk-liukannya agar papa lebuh terangsang lagi melihat
lekuk tubuhku yang lebih muda darimama.
Diapun
menindihku ketika burungnya mampu menyusup ke dalam kemaluanku akupun mendesah
sambil melingkarkan tangannku pada lehernya “Yaaaccchhhhh… aaaagggghhh…
yaaaaacchhh.. paaa… itu..paaaa…. aaagggggghh… aaaaaagggghhhh.. aaaggghh..” Aku
mengimbangi goyangan pantat papa, dan dia sepertinya puas dengan hal itu terlihat
dia terus menatapku dengan tajam.
Desah
nafas papa begitu berat dan membuat akupun keraanjingan “Aaaaaagggghhh….
paaaaa… aaagggghhhh… aaaggggghhh… teruuuuuus… paaaa… ” Senjata papa sungguh
begitu besar, beda banget dengan milik Alvin mantan pacarku, papa juga begitu
kuat dia terus bergoyang. Tanpa merasa keletihan sedikitpun diapun menciumi
wajahku dan aku membalasnya dengan mesra juga.
Hingga
kurang dari setengah jam kami bergoyang akhirnya papapun mengerang panjang
“OOoouuggggghhh…. aaaggggghh… aaaagggghhh… aaaaaggggghhh… aaaaaaggghh…” Dia
menekan lebih dalam burungnya hingga akupun merasakan lendir kental yang
mengalir dalam kemaluanku, aku peluk tubuh papa dan diapun memeluk tubuhku.
Kami begitu puas melakukan adegan ranjang ini.
Hingga
akhirnya aku segera bangun karena takut sampai ketahuan oleh pembantu yang akan
segera datang. Tapi sejak saat itu aku sering melakukannya dengan papa Dodi dan
anehnya aku tidak merasa menyesal sedikitpun bahkan dalam hatiku aku merasa ada
perasaan pada papa seperti layaknya sepasang kekasih yang sedang di mabuk
cinta. Aku tidak lagi memikirkan kalau papa adalah orang tua angkatku.
Komentar
Posting Komentar