Aku
adalah seorang ayah dari 2 orang anak lelaki yang berusia 11 dan 6 tahun. Isteriku
bekerja sebagai kasir di sebuah minimarket yang cukup terkenal. Sebenarnya kehidupan
rumah tanggaku kurang begitu harmonis karena sering terlibat percekcokan dengan
istriku. Bahkan sebuah masalah kecil sekalipun bisa membuat kami bertengkar
hebat dirumah hingga aku merasa tidak nyaman tinggal bersamanya. Tapi kalau
soal kehidupan seks-ku dengan isteriku tidak ada hambatan sama sekali karena
pada dasarnya kami berdua memiliki gairah seks yang hampir sama besarnya.
Namun
setelah melahirkan dua orang anak sepertinya tubuh istriku mulai agak berubah
yang dulunya terlihat langsing kini terlihat sangat gemuk. Semua ini
dikarenakan ia sudah mulai jarang merawat tubuhnya dan belakangan ini nafsu
makannya juga terasa sangat besar sekali hingga bentuk tubuhnya berubah dengan
drastis.
Dalam
kejenuhan hubungan rumah tangga yang kian menjadi terkadang membuatku ingin
berselingkuh namun sayangnya istriku begitu ketat mengawasi semua kegiatanku
diluar hingga membuatku semakin tak berkutik saja.
Saat
itu kami memiliki seorang pembantu yang bernama Sumiah dan umurnya kurang lebih 18 tahun serta belum kawin dan sepertinya masih lugu karena kami dapatkan
langsung dari desanya di daerah purbalingga. Wajahnya cukup manis dan kulitnya
bersih berwarna sedikit kecoklatan. badannya kecil, tinggi kira-kira 158 cm,
tidak gemuk tapi sangat ideal dengan postur tubuhnya, buah dadanya juga tidak
besar, hanya sebesar nasi di Restoran Fried Chicken.
Cerita
ini terjadi beberapa tahun yang lalu, berawal ketika aku pulang kantor kurang
lebih pukul 14:00, jauh lebih cepat dari biasanya yang pukul 19:00. Anakku
biasanya pulang dengan ibunya pukul 18:30, dari rumah neneknya. Seperti
biasanya, aku langsung mengganti celanaku dengan sarung kegemaranku yang tipis
tapi adem, tanpa celana dalam. Pada saat aku keluar kamar, nampak Sumiah sedang
menyiapkan minuman untukku berupa segelas es teh manis.
Pada
saat dia akan memberikan padaku, tiba-tiba dia tersandung karpet di depan sofa
di mana aku duduk sambil membaca koran, gelas terlempar ke tempatku, dan dia
terjerembab tepat di pangkuanku, kepalanya membentur keras kemaluanku yang
hanya bersarung tipis. Spontan aku meringis kesakitan dengan badan yang sudah
basah kuyup tersiram es teh manis.
“aduuhh
gimana sih kamu sum !! badanku basah semua nih. ucapku
Dia
bangun sambil membersihkan gelas yang jatuh kelantai sambil memohon maaf yang
tidak henti-hentinya. Semula aku akan marah, namun ketika melihat wajahnya yang
lugu aku jadi kasihan.
“Sudahlah
nggak papa, cuman iniku jadi pegel ni. ucapku sambil menunjuk kemaluanku.
“Sum
harus gimana Pak? tanyanya lugu.
Kemudian
Aku berdiri sambil memandangi wajahnya yang terlihat panik dan ketakutan hingga
muncul niatku untuk mengerjainya.
“kayaknya
Ini musti diurut nih. kataku
“Ya,
Pak nanti saya urut tapi Sum bersihin ini dulu Pak! jawabnya.
Aku
langsung masuk kedalam kamar dan perasaanku saat itu kaget bercampur senang
karena mendengar jawaban pembantuku yang tidak disangka-sangka. Tidak lama
kemudian aku berbaring diranjang sambil
menunggunya disana dan taka lama kemudian dia datang mengetuk pintu kamarku
yang sedikit terbuka.
“cepetan
sum. Aku udah gak tahan nih. harus segera diurut kalau ngak nanti bisa bahaya.
Kataku.
“Pak,
Mana Pak yang harus Sum urut. Ucapnya dengan wajah polos.
Tanpa
malu malu Aku langsung membuka sarung tipisku dengan kemaluanku yang masih
lemas menggelantung. Ia segera menghampiriku lalu duduk di pinggir tempat
tidur.
“Pakai
rhemason apa balsem Pak? tanyanya.
“Jangan..
pake tangan aja ntar bisa panas !
jawabku.
“baik
pak. biar sum urut pelan pelan supaya pegelnya cepat hilang. Ujarnya.
Lalu
dia meraih batang kemaluanku perlahan-lahan, sekonyong-konyong kemaluanku
bergerak tegang, ketika dia menggenggamnya.
“Pak,
kok jadi besar?” tanyanya kaget.
“Wah
itu bengkaknya mesti cepet-cepet diurut. Kasih ludahmu aja biar nggak seret.
kataku sedikit tegang.
Dengan
tenang wajahnya mendekati kemaluanku, diludahinya ujung kemaluanku.
“Ah..
kurang banyak”, bisikku bernafsu.
Kemudian
kuangkat sedikit pantatku sampai ujung kemaluanku menyentuh bibirnya dan
membuatku sedikit terkejut.
“Dimasukin
aja ke mulutmu, biar nggak cape ngurut dan cepet keluar yang bikin bengkak!
perintahku seenaknya.
“tapi
sum gak bisa urut pakai mulut pak !! gimana nih. jawabnya dengan kebingungan.
“gapap
kamu belajar aja pelan pelang nanti juga bakal bisa koq. Jawabku lagi.
Perlahan
dia memasukkan kemaluanku kedalam mulutnya yang sempit lalu kepalanya kupegang
dan kutuntun naik turun seperti sedang memompa batangku. awalnya kemaluanku
kena giginya terus tapi lama-lama mungkin dia terbiasa dengan irama dan
tusukanku hingga Aku merasa nikmat sekali.
Selama
ini aku memang ingin sekali merasakan nikmatnya melakukan oral seks namun
istriku selalu menolakku dengan alasan merasa jijik ketika kusuruh untuk
mengulum batangku. Sekarang keinginanku sudah bisa terwujud hingga aku merasa
senang sekali dan ukuran batangku pun terlihat lebih besar dari biasanya.
“Akh..
uh.. uh.. hah..” Kulumannya semakin nikmat, ketika aku mau keluar aku bilang
kepadanya,
“Sum
nanti kalau aku keluar, jangan dimuntahin ya, telan aja, sebab itu obat buat
kesehatan, bagus sekali buat kamu”, bisikku.
“Hepp..
ehm.. ”, jawabnya sambil melirikku dan terus mengulum naik turun.
Akhirnya
kumuncratkan semua air maniku. “Akh.. akh.. akh.. Sum.. Sum.. enakhh..”
Pada
saat aku menyemprotkan air maniku, dia diam tidak bergerak, wajahnya meringis
merasakan cairan asing membasahi kerongkongannya, hanya aku saja yang
membimbing kepalanya agar tetap tidak melepas kulumannya. Setelah aku lemas
baru dia melepaskan kulumannya, “Udah Pak?, apa masih sakit Pak?” tanyanya
lugu, dengan wajah yang memelas, bibirnya yang basah memerah, dan sedikit
berkeringat. Aku tertegun memandang Sum yang begitu menggairahkan saat itu, aku
duduk menghampirinya, “Sum kamu capek ya, apa kamu mau tahu kalau kamu diurut
juga kamu bisa seger kayak Bapak sekarang!”
“Nggak
Pak, saya nggak capek, apa bener sih Pak kalo diurut kayak tadi, bisa bikin
seger? tanyanya semakin penasaran.
Aku
hanya menjawab dengan anggukan dan sambil meraih pundaknya kucium keningnya,
lalu turun ke bibirnya yang basah dan merah, dia tidak meronta juga tidak
membalas. Aku merasakan keringat dinginnya mulai keluar, ketika aku mulai
membuka kancing bajunya satu persatu, sama sekali dia tidak berontak hingga
tinggal celana dalam dan Bh-nya saja. Tiba-tiba dia berkata,
“Pak,
Sum malu Pak, nanti kalo Ibu dateng gimana Pak?” tanyanya takut. “Lho Ibu kan
baru nanti jam enam, sekarang baru jam tiga, jadi kita masih bisa bikin seger
badan”, jawabku Dengan penuh nafsu. Lalu
semua kubuka tanpa penutup, begitu juga aku, kemaluanku sudah mulai berdiri
lagi. Dia kurebahkan di tepi tempat tidur, lalu aku berjongkok di depan
dengkulnya yang masih tertutup rapat, “Buka pelan-pelan ya, nggak pa-pa kok,
aku cuma mau urut punya kamu”, kataku meyakinkan, lalu dia mulai membuka
pangkal pahanya, putih, bersih dan sangat sedikit bulunya yang mengitari liang
kewanitaannya, cenderung botak.
Dengan ketidaksabaranku, aku langsung menjilat
bibir luar kewanitaannya pembantuku, tanpa ampun aku jilat, sesekali aku
sodokkan lidahku ke dalam, “Akh.. Pak geli.. akh.. akuhhfh..”
Klitorisnya
basah mengkilat, berwarna merah jambu. Aku hisap, hanya kira-kira 5 menit
kulumat liang kewanitaannya, lalu dia berteriak sambil menggeliat dan menjepit
kepalaku dengan pahanya serta matanya terpejam. “Akh.. akh.. uahh..” teriakan
panjang disertai mengalirnya cairan dari dalam liang kewanitaannya yang
langsung kujilati sampai bersih. “Gimana Sum, enak?” tanyaku nakal. Dia
mengangguk sambil menggigit bibir, matanya basah kutahu dia masih takut. “Nah
sekarang, kalau kamu sudah ngerti enak, kita coba lagi ya, kamu nggak usah
takut!”. Kuhampiri bibirnya, kulumat bibirnya, dia mulai memberikan reaksi,
kuraba buah dadanya yang kecil, lalu kuhisap-hisap puting susunya, dia
menggelinjang, lama kucumbui dia, hingga dia merasa rileks dan mulai memberikan
reaksi untuk membalas cumbuanku, kemaluanku sudah tegang.
Kemudian
kuraba liang kewanitaannya yang ternyata sudah berlendir dan basah, kesempatan
ini tidak kusia-siakan, kutancapkan kemaluanku ke dalam liang kenikmatannya
hingga dia berteriak kecil.
“Aauu.. sakit Pak! pelan pelan !! ucapnya
sambil meringis menahan sakit
“tahan
aja sum. Nanti kamu bakal ngerasain enak koq. Jawabku.
Lalu
dengan perlahan kutusukkan lagi lebih dalam. Liang kewanitaanya masih terasa
sangat sempit dan kencang karena masih perawan tentu rasanya jauh berbeda dengan punya istriku
yang terasa mulai kendor. Aku termenung sejenak karena merasa sangat beruntung
karena bisa merenggut keperawanannya dalam suatu kejadian yang tak terduga
sebelumnya.
“Akhh..
uuf sakit Pak… enghh… ujarnya sambil menatapku dengan wajah polosnya.
“nikmati
saja sum. Anggap saja sebagai latihan untuk bekalmu menikah nanti. Ujarku.
Melihat
wajahnya yang hanya meringis dengan bibir basah, kuteruskan tusukanku sambil
berkata, “Ini nggak akan lama sakitnya, nanti lebih enak dari yang tadi,
sakitnya jangan dirasain..” tanpa menunggu reaksinya kutancapkan kemaluanku,
meskipun dia meronta kesakitan, pada saat kemaluanku terbenam di dalam liang
surganya kulihat matanya berair (mungkin menangis) tapi aku sudah tidak
memikirkannya lagi, aku mulai mengayunkan semua nafsuku untuk si Sumiah.
Hanya
sekitar 7 menit dia tidak memberikan reaksi, namun setelah itu aku merasakan
denyutan di dalam liang kewanitaannya, kehangatan cairan liang kewanitaannya
dan gerangan kecil dari bibirnya. Aku tahu dia akan mencapai klimaks, ketika
dia mulai menggoyangkan pantatnya, seolah membantu kemaluanku memompa tubuhnya.
Tak lama kemudian, tangannya merangkul erat leherku, kakinya menjepit
pinggangku, pantatnya naik turun, matanya terpejam, bibirnya digigit sambil
mengerang,
“Pak..
Pak terus.. Pak.. Sum.. Summ..Sum.. daapet enaakhh Pak.. ahh..” mendengar
erangan seperti itu aku makin bernafsu, kupompa dia lebih cepat dan..
“Sum..
akh.. akh.. akh..” kusemprotkan semua maniku dalam liang kewanitaannya sambil
kupandangi wajahnya yang lemas. Saat itu tubuhku terasa lemas sekali dan
badanku bermandikan keringat dan sepertinya ia juga merasakan hal yang sama
dengan diriku setelah terlibat pergumulan liar yang mendebarkan.
“Sum aku nikmat sekali, habis ini kamu mandi
ya, terus beresin tempat tidur ini ya! suruhku di tengah kenikmatan yang
kurasakan.
“Ya
Pak”, jawabnya singkat sambil mengenakan pakaiannya kembali.
“gimana
pegalnya pak ? sudah mendingan kan setelah diurut. Tanyanya
“lumayan
sum. Tapi kayaknya gak cukup kalau Cuma sekali diurut jadi besok kamu harus
urut lagi ya ! ujarku
“ya
sudah besok kalau bapak pulang siang kayak gini telpon dulu ya pak biar Sum
bisa mandi dulu, terus bisa ngurutin Bapak lagi”, lalu ngeloyor keluar kamar.
aku
masih tertegun dengan omongannya barusan, sambil menoleh ke sprei yang terdapat
bercak darah perawan Sum. Saat ini Sum masih bekerja di rumahku dan hampir
setiap minggu aku pulang lebih awal untuk berhubungan dengan pembantuku. Bahkan
karena merasa kecanduan aku semakin sering menyetubuhinya bahkan ketika istriku
sedang berada dirumah.
Komentar
Posting Komentar