Reisa adalah seorang dokter muda yang baru saja
menamatkan pendidikan dokternya pada sebuah universitas ternama di Sumatera.
Sebagaimana dokter baru ia harus menjalani masa ptt pada sebuah desa di daerah
itu. Orang tua dan tunangannya keberatan jika Reisa melaksanakan ptt di daerah
itu, selain jauh dari kotanya dan daerah itu masih terbelakang dan terisolir.
Orang tua Reisa sangat keberatan dan ia mengupayakan agar Reisa ditempatkan
pada daerah yang dekat dan tidak terisolir itu. Upaya orang tuanya ini gagal
karena telah menjadi keputusan instansi pusat dan tidak dapat di batalkan.
Kekuatiran orang tua dan tunangannya amat beralasan
karena Reisa adalah masih muda dan belum mengetahui seluk beluk masyarakat desa
itu ditambah kerasnya kehidupan di desa yang terkenal dengan kebiasaan masyarakatnya
yang primitif itu.
Selain itu Reisa akan menikah dengan Rudi tunangannya
beberapa bulan lagi. Memang Reisa dan Rudi telah lama pacaran dan kedua orang
tua mereka merestui hubungan mereka. Reisa adalah seorang gadis yang masih
berumur 24 tahun merupakan mahasiswa kedokteran yang memiliki kemampuan yang
dapat dibanggakan sehingga tidak heran ia dalam waktu yang singkat telah
menamatkan kuliahnya.
Reisa |
Selain itu ia berparas cantik danmemiliki sosok yang
membuat lawan jenisnya ingin mendapatkannya, namun hatinya telah jatuh kepada
Rudi yang merupakan pria yang gigih mendapatkannya, hingga ia mau di
pertunangkan dengan nya.
Rudi adalah seorang pria yang telah memiliki kehidupan
yang mapan pada sebuah BUMN di kota itu, selain itu ia anak dari sahabat ayah Reisa.
Selama mereka pacaran hanya diisi dengan makan malam dan kadang nonton. Mereka
berdua tidak pernah melakukan hal yang bertentanggan dengan adat dan agama,
sebab masing-masing menyadari suatu saat akan mendapatkannya juga nantinya.
Setelah melalui perjalanan yang melelahkan Reisa dengan
diantar ayahnya dan Rudi didesa itu. Perjalanan dari kotanya memakan waktu
selama 1 mhari perjalanan ditambah jalan yang amat rusak dan setapak. Didesa
itu Reisa di sambut oleh perangkat desa itu dan kepala dusun. Dengan sedikit
acara, barulah Reisa resmi bertugas. Lalu ayahnya dan Rudi pulang ke kota
besoknya setelah mewanti-wanti Reisa untuk berhati-hati.
Hari pertama ia bertugas Reisa dibantu oleh kader
kesehatan yang bertugas penunjuk jalan. Reisa menempati salah satu rumah milik
kepala dusun yang bernama pak Ahmad. Pak Ahmad amat disegani dan ia termasuk
orang kaya didesa itu. Umurnya sekitar 67 tahun dan memiliki 3 orang istri. Pak
inipun sering meminjamkan sepeda motornya kepada Reisa untuk tugas-tugasnya,
kadang-kadang ia sendiri yang memboncengkan Reisa saat Reisa ingin ke desa
sebelah.
Bagi Reisa keberadaan Pak Ahmad ini amat membantunya di
saat ia hampir putus asa melihat lingkungan desa yang hanya terdiri dari hutan
dan jalan yang hanya bisa ditempuh dengan sepeda motor.
Karena sering diantar kedesa desa lainnya, seringkali
tanpa disadari oleh Reisa telah membuat paka Ahmad menaruh rasa ingin memiliki
dari diri paka Taba, apalagi jika dalam berboncengan seringkali dada Reisa yang
montok itu bersentuhan dengan punggung paka Ahmad. Sebagai laki-laki normal
iapun merasakan ingin yang lebih jauh lagi. Reisa merasa ia tak bisa bertugas
jika tanpa dibantu pak Ahmad.
Suatu hari saat pulang dari desa tetangga, mereka
kehujanan dan hari saat itu hujan turun dengan derasnya.Lalu dengan buru-buru
pak Ahmad mempercepat kendaraannya secara otomatis Reisa memegang pinggang pak
Ahmad dengan erat dan dalam suasana itu laki laki tsb dapat merasakan
kehangatan dan sentuhan dada Reisa dengan nyata. Lalu mereka sampai di kediaman
Reisa yang merupakan juga rumah milik pak Ahmad. Sesampai didalam rumah lalu Reisa
masuk kekamar dan mengganti pakaiannya dengan kimono handuk sedang pak Ahmad ia
pinjami handuk untuk ganti pakaiaan yang basah itu.
Saat Reisa berganti pakaian tadi pak Ahmad mengintipnya
dari celah pintu kamar itu. Jakunnya naik turun karena melihat kehalusan dan
kemulusan kulit tubuh Reisa seluruhnya. Dengan langkah pasti ia duduk di ruang
tengah rumah itu karena diluar hari hujan.
“Wah, hujannya deras sekali pak. kata Reisa
“iyah bu. Soalnya sekarang emang lagi musim hujan. Ujar
pak Ahmad
“pak ahmad tunggu disini aja dulu sampai hujan reda. Ujar
Reisa
“Ooooo.. terima kasih bu. Kalau gitu kita ngobrol dulu
aja sebentar disini. Jawab Pak ahmad
“Baiklah pak…” jawab Reisa.
Lalu Reisa kedapur dan membuatkan kopi untuk pak Ahmad.
“Pak, ini kopinya ..”.
“Wah kopi… bisa begadang saya malam ini buk.”
“O.. ya.. pak .. apa perlu saya ganti dengan teh
hanagat?” jawab Reisa.
“Ohh… nggak usah buk.. ini juga nggak apa.” timpal pak
Taba, sambil memandang kearah Reisa.
Hingga saat itu hujan belum reda dan paka Ahmad terpaksa
nginap di rumah itu. Reisa terus menemani paka Ahmad ngobrol tentang pekerjaan
hingga rencana ia akan menikah. Pak Ahmad mendengarnya dengan penuh perhatian
dan sesekali mencuri pandang dada Reisa.
Reisa tak enak hati jika ia meninggalkan pak Ahmad
sendirian malam itu karena pak Taba telah banyak membantunya. Sedang matanya
mulai ngantuk. Sedang hiburan di rumah itu tidak ada karena tidak adanya
jaringan televisi. Melihat Reisa yang mulai ngantuk itu lalu pak Ahmad menyuruh
Reisa tidur duluan.
Bu, tidur aja dulu biar saya diluar sini.”
Wah saya nggak enak ni pak masa pak Ahmad saya tinggal.” Reisa
memaksakan dirinya untuk terus ngobrol hingga jam menunjukan pukul 9 00 wib
yang kalau didesa itu telah larut ditambah hujan deras.
Dari tadi pak Ahmad terus memperhatikan Reisa karena
suasana malam itu membuatnya ingin mengambil kesempatan terhadap Reisa dengan
tidak menampakkan keinginannya.
Padahal saat itu tanpa di sadari Reisa pak Ahmad telah
duduk disamping Reisa.
Bu Reisa lagi kedinginan ya ? kata pak Ahmad.
Ya pak…,sahut Reisa
.. dengan pasti pak Ahmad, meraih tangan Reisa.
“Ini buk, saya pegang tangan ibu ya.., biar dinginnya
hilang….” bisik Pak Ahmad.
Reisapun membiarkan pak Ahmad meraih tangannya, memang ada
hawa hangat yang ia rasakan.
Lalu pak Ahmad melingkarkan tangannya di bahu Reisa dan
mengelus balik telinga Reisa, padahal itulah daerah sensitif Reisa. Kepala Reisa
lalu rebah di bahu pak Ahmad dan seperti sepasang kekasih pak Ahmad terus
meransang daerah peka di tengkuk dan bahu Reisa. Reisapun meresapi usapan dan
elusan lembut laki-laki yang seusia dengan ayahnya itu, matanya hanya merem
melek. Mungkin karena suasana dan cuaca yang dingin membuat Reisa membiarkan
tindakan Ahmad itu. Pak Ahmad lalu berdiri, dan menarik tangan Reisa hingga
berdiri. Reisa menurut, lalu ia tuntun kekamar yang dan menyilahkan Reisa
berbaring.
Bu, tampaknya ibu capai.” kata pak Taba.
Ya pak..” kata Reisa.
Pak Ahmad keluar kamar dan mengunci pintu rumah itu dan
memeriksa jendela, lalu ia masuk kekamar Reisa kembali sambil menguncinya dari
dalam. Ia sudah tidak sabar ingin menggauli Reisa yang telah menjadi obsesinya
selama ini malam itu. Pak Ahmad berjalan kearah Reisa, yang saat itu duduk
ditepian ranjang.
Pak.. koq di kunci? tanya Reisa.
Biasalah bu, jika malam hujan begini kan biar hawa dingin
nggak masuk… timpal pak Taba.
Bagaimana bu apa masih Dingin?” tanyanya.
Iya pak…” angguk Reisa.
Baiklah buk bagaimana jika saya pijitin kepala ibu itu
biar segar.” kata pak Ahmad
Silahkan pak… jawab Reisa.
Lalu Reisa duduk membelakangi pak Ahmad dan pak Ahmadpun
naik ke ranjang itu dengan memijit kepala dan tengkuk Reisa. Padahal yang
dilakukannya adalah meransang Reisa kembali untuk bisa mengusainya.
Sebagai laki-laki berpengalaman tidaklah susah bagi Pak
Taba untuk menaklukkan Reisa, yang ia tahu belum begitu tau tentang dunia sex
dan laki-laki.
Dengan gerakan lembut dan pasti usapan tangannya mulai
dari tengkuk hingga balik telinga Reisa. Reisa … menutup matanya menikmati
setiap gerakan tangan pak Ahmad. Dari dekat pak Ahmad dapat merasakan dan menikmati
kehalusan kulit Reisa.
Beberapa saat lamanya pijitan Ahmad itu telah turun ke
punggung dan diluar kesadaran Reisa kimononya telah turun dari bahunya dan yang
tinggal hanya Bh yang menutup payudaranya. Bh itupun dengan kelincahan tangan
pak Ahmad jatuh dan sempat dilihat pak taba bernomor 34b. Masih dari belakang
gerakan tangan pak taba lalu meremas payudara Reisa. Reisa sadar dan menahan
gerakan tangan Pak Ahmad..
“Sudah pak…, jangan lagi pak… sambil memakai kimononya
kembali sedang bhnya telah terjatuh.
Pak Ahmad kaget dan ia memandang mata Reisa, ada nafsu
tertahan, namun ia harus mulai memasang strategi agar Reisa, kembali bisa ia
kuasai.
“Maaf bu.., kalau tadi saya lancang. kata pak Ahmad.
Reisa diam saja. Sedang saat itu pak Ahmad hanya
selangkah lagi bisa mengusai Reisa. Lalu pak Taba berjalan keluar dan ia
tinggalkan Reisa. Kemudian ia balik lagi kekamar itu, dan duduk disamping Reisa,
pakaian Reisa saat itu acak-acakan.
Bu…, apa ibu marah” tanaynya.
Tidak pak tapi sayalah yang salah. Padahal selama saya
pacaran dan tunangan belum pernah seperti ini. terang Reisa. Pak Ahmad
manggut-manggut mendengar perkataan Reisa. Cuaca malam itu tetap hujan deras
dan dingin udara terus menusuk tulang, pak Ahmad mengerti jika Reisa khawatir
sebab ia masih perawan, namun tekadnya sudah bulat bahwa malam itu Reisa harus
bisa ia gauli.
Dalam kebiusan sikap Reisa saat itu, pak Ahmad kembali
meraih tangan Reisa dan menciumnya, Reisa diam membisu, lalu pak Ahmad memeluk Reisa
dan tidak ada penolakan dari Reisa, Rupanya Reisa saat tadi telah bangkit
birahinya namun karena ingat akan statusnya maka ia menolak pak Ahmad. Dijari Reisa
memang melingkar cincin tunangan dan pak Ahmad tidak memperdulikannya.
Dengan kelihaiannya, kembali Reisa larut dalam pelukan
dan alunan nafsu yang di pancarkan laki-laki desa itu. Sekali sentak maka
terbukalah kimono Reisa, hingga terbuka seluruh kulit tubuhnya yang mulus itu,
tanpa bisa ditolak Reisa.Dengan penuh nafsu pak Ahmad memilin dan membelai dada
putih itu hingga memerah dan dengan mulutnya ia gigit putingnya. Keringat telah
membasahi tubuh Reisa dan membuatnya pasrah kepada pak Ahmad.
Sebelah tangan Ahmad turun dan merongoh cd Reisa dan
memasuki lobang itu yang telah basah. Lalu ia buka dan tubuh Reisa ia
baringkan. Ia amat bernafsu sekali melihat belahan vagina Reisa yang tertutup
oleh sedikit bulu halus.
Pak Ahmadpun lalu membuka baju dan cdnya, hingga mereka
sama-sama bugil diatas ranjang itu. Penis Ahmad amat panjang dan besar. Reisa
saat itu tidak tahu apa-apa lagi.
Pak Ahmadpun lalu membuka kedua kaki Reisa dan
mengarahkan penisnya kebelahan vagina Reisa. Beberapa kali meleset, hingga
dengan hati-hati ia angkat kedua kaki Reisa yang panjang itu kebahunya, dan
barulah ia bisa memasukan kepala penisnya.
“Aduhhhhhh pak.. aughhhhghhhhh… ghhh… sakit pak…” jerit Reisa.
Pak Ahmad lalu menarik penisnya kembali. Lalu dengan mulutnya ia beri air ludah
ke pinggiran lobang vagina itu biar lancar. Kemudian ia ulangi memasukan
penisnya. Dengan hati2 ia dorong masuk dan kepala penis masuk…
“Auuuuuggggkkkk jerit Reisa.
“Sebentar bu…” kata Pak Ahmad.
“Nanti juga hilang sakitnya buk…” terangnya lagi.
Sekali hentak maka seluruh penisnya masuk dan ia maju
mundurkan. Padahal saat itu Reisa merasa dilolosi tulangnya. ia gigit bibir
bawahnya menahan rasa nyilu dan sakit saat penetrasi tadi.Pak Ahmad telah
berhasil merobek selaput dara Reisa, hingga kelihatan tetesan darah di paha
mulus Reisa saat itu dan membasahi sprey yang kusut.
Tangan pak Ahmadpun terus memilin payudara Reisa dan
kembali menahan pinggul Reisa. Lebih kurang 20 menit ia maju mundurkan penisnya
kedalam vagina Reisa sedang Reisa telah 2 kali orgasme, barulah ia muntahkan spermanya
didalam rahim Reisa.
lalu ia tetap diam diatas tubuh Reisa. Terlihat ketika
itu, tubuh putih mulus Reisa berada dibawah tubuh pak Ahmad yang masih membelai
dada dan menjilat bibir dan lidah Reisa. Kedua tubuh manusia itu penuh
keringat.
Di sudut mata Reisa ada air mata karena keperawanannya
telah hilang bukan karena tunangannya tapi oleh laki-laki tua itu. Ia tidak
punya pilihan lain karena telah terlanjur di setubuhi Pak Ahmad. Hingga
menjelang pagi pak Ahmad kembali mengulang permainan sex itu dengan Reisa,
hingga Reisa merasakan kenikmatan dan mengetahui rahasia dalam permaianan
dewasa.
Rudi tidak ia inagt lagi dan saat itu ia terbelenggu oleh
gairah dan nafsu yang di berikan pak Ahmad.Sejak saat itu, hub kedua insan yang
berbeda umur sangat jauh itu terus berlangsung di rumah itu , kadang-kadang di
gubuk milik pak Ahmad di tengah hutan daerah itu.
Reisa merasa heran karena laki-laki seumur pak Ahmad
masih memiliki stamina yang prima dalam berhubungan. Tidak heran jika pak Ahmad
memiliki 3 orang istri dan memiliki 3 orang anak yang telah dewasa.
Ahmad pun bermaksud untuk menjadikan Reisa sebagai istrinya
yang ke 4 karena ia amat bangga bisa memerawani seorang Dokter dari kota yang
begitu cantik. Untuk itulah ia terus berusaha menyetubuhi Reisa hingga bisa
hamil oleh bibitnya. Reisa pun sulit melepaskan diri dari pak Ahmad. Ia sedang
berpikir untuk membatalkan pertunangan dengan Rudi, karena bagaimanapun ia
sudah tidak perawan lagi.
Komentar
Posting Komentar