Aku tak mengenakan helm karena saya terburu-buru pergi ke
tempat pacarku. Apesnya, saya dihadang sama polisi. Polisi itu naik mobil,
tiba-tiba dgn cepatnya memotong jalanku,
saya kaget hampir saja kutabrak kendaraan beroda empat
polisi itu. Aku rem mendadak motorku, karena terjadi hentakkan, jadi tubuhku
hilang keseimbangan kemudian saya terjatuh dari motorku. Aku terguling-guling
di jalan. Tp syukurlah saya tdk apa-apa hanya lecet biasa.
Pada ketika saya masih dlm keadaan telungkup, saya lihat
pintu kendaraan beroda empat polisi itu terbuka. Tp anehnya, saya tampaknya kok
melihat kaki seorang wanita. Kakinya yg putih higienis dan indah itu kini
berada sempurna di wajahku, kutegakkan kepalaku.
Betapa terkejutnya aku, mataku menyerupai melihat “hutan
belantara” di antara kedua kaki yg jenjang itu. Setelah kuperhatikan baik-baik,
ternyata ia seorang polwan, dan di dada kirinya tertulis namanya, ANA.
Dia anggun sekali dan ohh.., body-nya mantap sekali. Aku
jadi bengong, dan, “Plaaakkk..!” sebuah tamparan mendarat di pipi kananku.
“Heiii, apa yg Kamu lihat..? Ayo kini serahkan
surat-suratmu mu cepaattt..!” bentaknya.
Aku jadi kaget dan segera kuambil dompet dari saku
celanaku, kemudian kuambil SIM dan STNK, kemudian kuserahkan padanya. Sementara
ia melihat suratku, saya pandangi lagi ia ohh.., betapa anggun polwan ini.
Aku perkirakan umurnya paling masih sekitar 25 tahun.
Samar-samar di dlm kendaraan beroda empat ada polisi cewek satu lagi, ia seumur
denganya tetapi pangkatnya lebih rendah, jikalau tdk salah sersan dua.
Kakinya putih tetapi tdk semulus polwan yg tadi. Lalu
tanpa kusadari, Letnan Ana mengambil sesuatu dari dlm mobil, ia berjalan menuju
hidung mobil, kemudian ia membungkukkan badannya untuk menulis sesuatu. Pada
posisi nungging, saya lihat lagi body-nya yg waaaooowwww selangit deh… Tanpa
kusadari burungku mengeras perlahan.
Setelah itu ia tegakkan badannya, terus berkata,
“Eee.. saudara Indra, Anda Kami tilang karena Anda tdk
menggunakan helm. Sidang akan dilaksanakan besok lusa. Jangan lupa Anda harus
hadir di persidangan besok. Oke..?”
“Tp Bu, besok Sy tdk bisa hadir, soalnya pada hari itu Sy
harus mengantar pacar yg akan diwisuda.
Makara Sy minta tolong sama Ibu, bagaimana dech baiknya
semoga duduk kasus ini selesai..?” Lalu ia bilang,
“Do you have some money..?”
“Aduh, maaf sekali Bu, Sy sama sekali tdk membawa uang
sepeser pun.” jawabku.
“Baiklah, jikalau begitu SIM-mu Aku tahan dulu, tp nanti
malam Kamu harus pergi ke rumah Sy. Dan ingat..! Kamu harus tiba sendiri.
Oke..? Ini alamatku. Jangan lupa lho, Aku tunggu jam 7 malam.” Dia pergi sambil
mengerdipkan matanya kepadaku.
Aku terkejut, tetapi juga seneng banget, pokoknya seneng
dech. Aku hingga di rumahnya sekitar jam 7 dan eksklusif mengetuk pintu
pagarnya yg sudah terkunci. Tak usang kemudian, Ibu Ana muncul dari dlm dan
sudah tahu saya akan tiba malam itu.
“Ayo Ndra.., masuk. Aku sudah lama nunggu lho hingga
berair pantatku duduk terus dari tadi. sapanya.
“Aaahhhh.. Ibu bisa aja…” jawabku.
“Maaf.., pintunya sudah digembok, soalnya Aku tinggal
sendiri, jadi harus hati-hati.” sambutnya.
“Oh.., jadi Ibu belum menikah too..? Sayang lho..! Wanita
secantik Ibu ini belum menikah..” kataku merayu.
“Aaaa.. Kamu ngerayu ya..?” tanyanya.
“Enggak kok Bu, Sy berkata begitu karena memang
kenyataannya begitu. Coba Ibu pikir, Ibu sudah mapan hidupnya, anggun luar-dlm,
dan sebagainya dech…” jelasku.
“Ehh.. Aku anggun luar-dalam, apa maksud Kamu..?”
tanyanya lagi.
“Haduuhh.., gimana ya, aib Aku jadinya..?” jawabku.
“Kamu nggak perlu malu-malu mengatakannya, Kamu ingin SIM
Kamu kembali nggak..?” ancamnya.
”Hmmm.. gini aja deh. Kamu udah punya pacar kan ?
Sekarang Aku tanya kenapa kamu memilih dia untuk jadi pacar Kamu ? tanyanya
lagi.
“Eee.. jujur aja Bu, ia itu orangnya cantik, baik, setia
dan cinta sama aku.
“Kalau seumpama Kamu disuruh milih antara aku dan pacar
Kamu. Maka kamu pilih aku atau pacar Kamu sekarang ? Bandingkan aja dari segi
fisik, Oke.. Sy atau Dia..? tanyanya memojokkanku.
“Eeee… Anu.. anu… eee..,” saya jadi serba salah.
“Ayo.. jawab aja..! Kalau Kamu tdk jawab, SIM Kamu tdk
kukembalikan lho..!” ancamnya lagi.
“Waduhhh.., gimana ya..? Ehmmm.., baiklah, Sy akan jawab
sejujurnya. aku tetap akan memilih pacarku sekarang.” jawabku.
“Wow.., jikalau begitu ia lebih anggun dan semok dong
dari aku ? jawabnya lirih.
“Eeee bukan begitu
Bu, Aku memilih pacarku walaupun dia sebenarnya kalah anggun dari Ibu, dan
segalanya dech..! jawabku.
“Ahh… yg benar, jadi Aku lebih anggun dan semok dari Dia
? tanyanya lagi.
“Jujur saja.., ya.. ya.. ya..” jawabku mantap.
“Ohhh… Aku jadi tersanjung dan terpikat dgn jawabanmu
tadi.. katanya girang,
“Wah.. jadi lupa Aku, Kamu nonton TV aja dulu di ruang
tengah, Aku mau ambil SIM Kamu di kamar. pintanya.
Lalu saya menuju ke ruang tengah, kuputar TV. Secara tdk sengaja,
saya melihat tumpukan DVD. Aku tertarik, kemudian kulihat tumpukan DVD itu,
lalu, ohhh astaga, ternyata tumpukan DVD itu semuanya film “XXX”, saya terkejut
sekali melihat tumpukan film “XXX” itu.
Sebelum saya melihat satu-persatu, terdengar bunyi pintu
dibuka. Lalu, ohhh, saya terkejut lagi, Ibu Ana keluar dari kamarnya hanya
menggenakan daster pink transparan, di balik dasternya itu, bentuk buah dadanya
terlihat jelas, terlebih lagi putting susunya yg menyembul seperti gunung
Semeru. Begitu ia keluar, mataku nyaris copot karena melotot, melihat tubuh Ibu
Ana. Dia membiarkan rambut panjangnya tergerai bebas.
“Kenapa..? Ayo duduk dulu..! Ini SIM Kamu.. Aku
kembalikan..” katanya.
Wajahku memerah karena malu, karena Ibu Ana tersenyum
ketika pandanganku terarah ke buah dadanya.
“SIM Kamu, Aku kembalikan, tp Kamu harus menolong Sy..!”
Ibu Ana merapatkan duduknya di karpet ke tubuhku, saya jadi panas masbodoh
dibuatnya.
“Ndraa..?” tegurnya ditengah-tengah keheninganku.
“Ada apa Bu..?” tubuhku bergetar ketika tangan Ibu Ana
merangkulku, sementara tangannya yg lain mengusap-usap tempat “XXX”-ku.
“Tolong Ibu Ana ya..? Dan janji, Kamu harus kesepakatan
untuk merahasiakan hal ini, jikalau tdk saya DOR Kamu..!” pintanya manja.
“Tp… Sy.., anu.., eee..”
“Kenapa..? Ooooo.. Kamu takut sama pacar Kamu ya..?”
katanya manja.
Wajahku eksklusif saja merah mendengar perkataan Ibu Ana,
“Iya Bu…” kataku lagi.
“Sekarang Kamu pilih disidang atau pacar Kamu..?”
ancamnya.
Dia kemudian duduk di pangkuanku. Bibir kami berdua
kemudian saling berpagutan. Ibu Ana yg garang karena haus akan kehangatan dan
saya yg berdasarkan saja, eksklusif bereaksi ketika tubuh hangat Ibu Ana
menekan ke dadaku.
Aku bisa merasakan puting susu Ibu Ana yg mengeras.
Lidah Ibu Ana menjelajahi mulutku, mencari lidahku untuk
kemudian saling berpagutan bagai ular. Setelah puas, Ibu Ana kemudian berdiri
di depanku yg dari tadi masih melongo, karena tdk percaya pada apa yg sedang
terjadi.
Satu demi satu pakaiannya berjatuhan ke lantai. Tubuhnya
yg polos tanpa sehelai bnenangpun seakan akan menantang untuk diberi kehangatan
olehku.
“Lepaskan pakaiannmu Ndraaa..!”
Ibu Ana berkata sambil merebahkan dirinya di karpet.
Rambut panjangnya tergerai bagai sutera ditindihi tubuhnya.
“Ayooo.. cepat dong..! Aku udah nggak tahan nich.. ohhh..”
Ibu Ana mendesah tdk sabar.
Aku kemudian berlutut di sampingnya. Aku gundah dan tdk
tahu apa yg harus dilakukan, karena malu.
“Ndraaaa.. letakkan tanganmu di dadaku, ayo ohhh..!”
pintanya lagi.
Dgn gemetar saya meletakkan tanganku di dada Ibu Ana yg
turun naik. Tanganku kemudian dibimbing untuk meremas-remas buah dada Ibu Ana
yg super montok itu.
“Oohhh… enakk.., ohhh… remas pelan- pelan, rasakan putingnya
menegang..” desahnya.
Dgn semangat saya melaksanakan apa yg ia katakan. Lama-lama
saya jadi tdk tahan, lalu,
“Ibu.. boleh Sy hisap susu Ibu..?” Ibu Ana tersenyum
mendengar pertanyaanku, ia berkata sambil menunduk,
“Boleh Sayang… lakukan apa yg Kamu suka..” Tubuh Ana
menegang ketika merasakan jilatan dan hisapan mulutku yg kini mulai garang itu
di susunya.
“Oohhh… jilat terus Ndraaaa..! Ohhh…” desah Ibu Ana
sambil tangannya mendekap erat kepalaku ke buah dadanya.
Aku lama-lama semakin buas menjilati puting buah dadanya,
mulutnya tanpa kusadari menjadikan bunyi yg nyaring. Hisapanku semakin keras,
bahkan tanpa kusadari, saya menggigit-gigit ringan putingnya yg ohhh.
“Emmm… bandel Kamu…” Ibu Ana tersenyum merasakan
tingkahku yg semakin “Jozzz” itu. Lalu saya duduk di antara kedua kaki Ibu Ana
yg telah terbuka lebar, tampaknya sudah siap tempur.
Ibu Ana kemudian menyandarkan punggungnya pada dinding di
belakangya.
“Ayo, kini Kamu rasakan meqi ku..!” ia membimbing
telunjukku memasuki liang senggamanya.
“Hangat, lembab, sempit sekali Bu…” kataku sambil
mengucek kedalaman lubang kemaluanya.
“Sekarang jilat ‘k0ntol kecil’-ku..!” katanya.
Perlahan-lahan lidahku mulai menjilat klitoris yg mulai
menyembul tinggi sekali itu.
“Terus.. ooohhh.. ya.. jilat.. jilat. Terus.. ohhh…” Ibu
Ana menggerinjal-gerinjal keenakan ketika klitorisnya dijilat oleh mulutku yg
mulai asyik dgn tugasnya.
“Gimana.., enak ya Bu..?” saya tersenyum sambil terus
menjilat.
“Oohh.. Ndraaaa…” tubuh Ibu Ana telah berair oleh peluh,
pikirannya serasa di awang-awang, sementara bibirnya merintih-rintih keenakan.
Lidahku semakin berani mempermainkan klitoris Ibu Ana yg
makin bergelora dirangsang birahi. Nafasnya yg semakin memburu mengambarkan
pertahanannya akan segera jebol. Dan saya akan unggul 1-0, ee… emangnya main
bola. Lalu,
“Oooaaahhh… Ndraaaa..!” Tangan Ibu Ana mencengkeram
pundakku yg kokoh bagaikan tembok raksasa di China, sementara tubuhnya menegang
dan otot- otot kewanitaannya mulai menegang, dan muncratlah ‘lahar’Ibu Ana di
mulutku.
Matanya terpejam sesaat, menikmati kenikmatan yg telah
kuberikan.
Hmmm… Kamu sungguh lihai Ndraaaa… Sekarang coba gantian
Kamu yg berbaring…” katanya. Aku berdasarkan saja. Batang kejantananku segera
menegang ketika merasakan tangan lembut Ibu Ana yg mulai mempermainkan senjata
keperkasaanku.
“Wah.. wahh… besar sekali. Oh my god… Ohhh…” tangan Ibu
Ana segera mengusap-usap batang keperkasaanku yg telah mengeras tersebut.
Segera saja benda besar dan panjang itu mulai
berdenyut-denyut dan dimasukkan ke lisan Ibu Ana. Dia segera menjilati batang
kemaluanku itu dgn penuh semangat. Kepala kejantananku itu dihisapnya
keras-keras hingga saya jadi merintih keenakan.
“Ahhh… enakkeee.. rekkk..!” saya tanpa sadar menyodokkan
pinggulku untuk semakin menekan senjata keperkasaanku semoga makin ke dlm lisan
Ibu Ana yg telah penuh oleh batang kejantananku.
Gerakanku makin cepat seiring semakin kerasnya hisapan
Ibu Ana.
“Ooohhh Bu.. oohhh.. lisan Ibu memang sakti.. ohhh.. I?m
coming… ohhh…” Muncratlah laharku di dlm lisan Ibu Ana yg segera menjilati
cairan itu hingga tuntas.. tas.. tas.. plass.
“Hmmmm… agak asin rasanya Ndra punyamu.., tp enak kok…”
Ibu Ana masih tetap menjilati kemaluanku yg masih tegak bagaikan tugu Monas di
Jakarta, menara Piza di Italy, menara Eiffel di Paris.
“Sebentar ya.., Aku mau minum dulu..” katanya sehabis
jawaban menjilati batang kejantananku.
Ketika Ibu Ana sedang membelakangiku sambil menenggak air
putih dari kulkas. Aku melihat body yg wuih dan itu ohhh, pantat yg bulat. Aku
memang suka pantat yg bundar dan menantang. Aku tdk tahan cuma melihat dari
jauh, kemudian saya berdiri dan berjalan menghampirinya, kemudian mendekapnya
dari belakang.
“Ndraaaa.. jangan bandel dong, biar Ibu minum dulu..!”
katanya manja.
“Aku tdk tahan melihat pantat ibu yg menantang itu.”
kataku tak sabaran.
“Kamu suka pantatku, jikalau gitu Kamu tentu mau jikalau
nanti pantatku mendapat giliran untuk Kamu obok-obok, bagaimana Ndra..? Mau
ngobok- ngobok pantat Ibu..?” tanyanya. Aku terima tantangannya.
“Ohhh.., memang benar- benar mantaapppp…” saya berkata
sambil mengelus-elus pantat Ibu Ana.
Lalu saya jongkok semoga sanggup terperinci melihat,
kusentuh lembut pantat itu dgn tanganku. Terus kucium, kuelus lagi, kucium lagi
terus kujilat, kemudian kubuka belahan pantat itu. Ohhh.., terhampar
pemandangan indah dgn wangi yg khas, lubang yg sempit, lebih sempit dari yg di
depan dan sekitarnya ditumbuhi bulu-bulu yg tidak mengecewakan lebat. Lalu
kujulurkan jari telunjukku ke lubang yg sempit itu.
Waktu saya coba memasukkan jariku ke lubang itu, terdengar
jeritan kecil Ibu Ana.
“Ndra.., jangan keras-keras ya, nanti sakit.. lho…” Lalu
saya mulai memasukkan step by step.
Waktu jariku menembus lubang itu tampaknya tanganku mau
disedot masuk ke dlm.
“Lubang Ibu bandel juga ya, masa jariku mau dimakan
juga..?”
“Akhhh… Kamu bandel dech.., ohhh Ndra.. coba kini Kamu
jilat ya..?” pintanya.
Lalu kutarik jariku dari dlm lubang itu, kemudian saya
mulai menjilati lubang itu ehhmm.., tidak mengecewakan juga rasanya, asin-asin
gurih. Sementara itu, Ibu Ana terdengar merintih keenakan. Lama-lama saya tdk
sabar, dan terus kuberdiri dan tanpa basa-basi, saya eksklusif membalikkan
badannya. Terus kulahap gundukan-gundukan daging di dada Ibu Ana dgn nikmat.
Sementara itu, Ibu Ana mulai mendesah-desah dan
menggelinjang. Kepalanya mendongak ke atas dan matanya terpejam. Goyangan-
goyangan lidahku yg terus menjilati puting susu Ibu Ana yg tinggi dan lancip
begitu bertubi-tubi tanpa henti. Ibu Ana menggerinjal-gerinjal dgn keras.
“Aaaaggghhhh… oooohhh… ooooohhh…” desahan- desahan
kenikmatan semakin banyak bermunculan dari lisan Ibu Ana.
Geliat- geliatan tubuhnya semakin menjadi-jadi karena
merasa sensasi yg luar biasa tanggapan sentuhan-sentuhan lisan dan lidahku pada
ujung syaraf sensitif di buah dadanya. Urat-urat membiru pun mulai menghiasi
dgn terperinci seluruh permukaan buah dada yg super montok itu.
Masih dgn mulutku yg tetap berpetualang di dada Ibu Ana
yg juga masih menggelinjang, saya membopong Ibu Ana ke kamar. Kujatuhkan tubuh
Ibu Ana di atas kasur spring bed yg sangat empuk.
Saking keras jatuhnya, tubuhnya yg aduhai itu sempat
terlontar-lontar sedikit sebelum kesudahannya tergolek pasrah di atas ranjang
itu. Setelah itu, Ibu Ana tetelentang di kasur dgn kaki-kakinya yg jenjang
terjulur ke lantai.
Tubuh bugilnya yg putih dan mulus beserta buah dada yg
montok dgn puting susu nan tinggi yg teronggok kokoh di dadanya, memang sebuah
pemandangan yg amat menawan hati.
Lalu saya berlutut di lantai menghadap selangkangan Ibu
Ana. Kurenggangkan kedua kakinya yg menjejak di lantai.
Dgn begitu saya sanggup memandang eksklusif ke arah
selangkangannya itu. Bulu-bulu kemaluan yg tumbuh di padang rumput tipis yg
menghiasi wilayah sensitif itu begitu menggelora nafsu birahiku.
Aromanya yg segar dan harum menciptakan nafsuku itu kian
meninggi.Kudekatkan mulutku ke bibir kemaluannya dan kujulurkan lidahku untuk
merasakan lezatnya lubang itu. Tubuh Ibu Ana terlonjak keras ketika kucucukkan
lidahku ke dlm liang senggamanya.
Kukorek-korek seluruh permukaan lorong yg gelap itu.
Begitu mahir rangsangan yg kubuat pada dinding lorong kenikmatan tersebut
hingga cairan cintanya sedikit keluar.
“Aaaagghhhhhh… oooooohhh… aaahhh…” terdengar rintihan Ibu
Ana dari mulutnya yg megap-megap setengah membuka.
Kemudian saya berdiri dengan tangan bertumpu ke atas
kasur, kucoba mengarahkan ujung batangku kelubang kemaluannya yang terasa sempit
dan licin.
Perlahan-lahan kuhujamkan batang kemaluanku ke dlm liang
senggama itu. Tubuh Ibu Ana berkejat- kejat dibuatnya merasakan nikmat
penetrasi yg sedang kulakukan ketika ini.
“Oooohhhh… uuuuccchhh…” tak ayal jeritan- jeritan
mengalir dari mulutnya.
Akhirnya batang keperkasaanku amblas semua ke dlm liang
gelap yg berdenyut-denyut milik Ibu Ana diiringi dgn jeritannya. Kenikmatan ini
kian bertambah menjadi- jadi sehabis saya melaksanakan penetrasi lebih dlm dan
intensif lagi. Gerakan memompa dari batang kejantananku di dlm kemaluan Ibu Ana
semakin kupercepat.
Terdengar bunyi kecipak-kecipak dan lenguhan kami berdua
karena terlalu asyiknya kami bersenggama. Seiring dgn tangan yg kembali
meremas- remas perbukitan indah yg menjulang tinggi di dada Ibu Ana, batang
kejantananku terus melaksanakan serangan- serangan yg tanpa henti di dlm lubang
senggamanya yg bertambah kencang denyutan-denyutannya.
Kemaluannya yg terus berdenyut-denyut dan amat licin
terasa menjepit batang kejantananku.
Demikian sempitnya ruang gerak batangku di dlm lorong
gelap itu, mengakibatkan gesekan-gesekan yg terjadi begitu mengasyikkan. Ini
merupakan sensasi sendiri bagiku yg merasakan batang keperkasaanku menyerupai
merasa diurut-urut oleh seluruh permukaan dinding kemaluanya.
Mulutku pun tak henti-hentinya menyuarakan
desahan-desahan kenikmatan tanpa bisa dihalangi lagi.
“Oouuugghhhhh… Ndraaaa… mmmpphhhh…” Ibu Ana
mengerang-ngerang tdk karuan, sementara tubuhnya juga melonjak-lonjak dgn
keras.
Sekuat tenaga kuhujam-hujam K0ntolku dgn lebih ganas lagi
ke dlm liang senggamanya. Rasanya hampir habis tenaga dan nafasku dibuatnya.
Tetapi nafsu birahi yg begitu menggelora tampaknya
membuatku lupa pada kelelahanku itu. Ini dibuktikan dgn sodokan kejantananku yg
berusaha menusuk sedalam-dalamnya. Bahkan berkali-kali ujung batang
kejantananku hingga menyentuh pangkal liang tersebut, menciptakan Ibu Ana
menjerit keenakan.
“Ndraaaa… Ndraaaa… Aku… mau… keluar…” Ibu Ana melenguh
kencang.
Ia merasakan sudah tdk bisa menahan klimaksnya lagi. Akan
tetapi, saya belum merasakan titik puncak sedikit pun. Langsung kutambah
kecepatan genjotan-genjotan batang kejantananku di dlm liang senggamanya.
Begitu buasnya sodokan-sodokanku itu, menciptakan tubuh
Ibu Ana bergoyang-goyang hebat, ia merintih… merintih… dan merintih.
Akhirnya ketika yg dibutuhkan itu tercapai. Aku melenguh
panjang merasakan spermaku muncrat, menyusul Ibu Ana yg sudah terlebih dahulu
memperoleh orgasmenya.
Begitu nikmatnya orgasme yg kurasakan itu sehingga
menciptakan laharku bagaikan air bah menerjang masuk ke dlm liang senggama Ibu
Ana.
Kami berdua mengejang kencang ketika titik-titik puncak
itu tercapai. Tp kenapa batang kejantananku tdk mau istirahat, dan masih
terlihat perkasa.
Dgn segera saya berlutut di atas ranjang. Kuminta Ibu Ana
untuk berlutut juga membelakangiku dgn tangan bertumpu di kasur, jadi dlm
posisi doggy style.
Kemudian Ana kudorong sedikit ke depan, sehingga
pantatnya agak naik ke atas, yg lebih memudahkan batang kejantananku untuk
melaksanakan penetrasi ke dlm lubang senggamanya.
Setelah itu eksklusif kusodok kemaluan yg kini sudah
terlihat agak merekah itu dgn batang keperkasaanku dari belakang.
Tubuh Ibu Ana terhenyak hingga hampir terjungkal ke depan
tanggapan kerasnya sodokanku itu, sementara mulutnya menjerit keenakan. Dlm
sekejap, senjata-ku itu seluruhnya ditelan oleh meqi itu dan eksklusif
menjepitnya.
Jepitan meqi Ibu Ana yg berdenyut-denyut menambah gairah
birahiku yg memang sudah menggelora.
Dgn cepat, kutarik kejantananku hingga hampir keluar dari
dlm liang senggamanya, kemudian kutusukkan kembali dgn cepat. Kemudian kutarik
dan kusodok lagi, seterusnya berulang- ulang tanpa henti.
Doronganku yg keras ditambah dgn sensasi kenikmatan yg
luar biasa menciptakan Ibu Ana beberapa kali nyaris terjerembab.
Namun itu tdk menjadi duduk kasus sama sekali. Bahkan
sebaliknya, menciptakan permainan kami berdua menjadi kian panas. Lalu,
“Ooocchh… uh… uh… uh…” nafasku terengah-engah.
Kurasakan sekujur tubuhku mulai kehabisan tenaga.
Tenagaku sudah begitu terkuras, tetapi saya belum mau berputus asa.
Kucoba mengeluarkan sisa-sisa tenaga yg masih ada
semampuku. Dgn sedikit mengejang, kugenjot batang kejantananku kembali ke dlm
luabng kenikmatannya sekuat-kuatnya. Ibu Ana pun tdk mau kalah, ia maju-mundurkan
tubuhnya dgn ganasnya.
Akhirnya, Ibu Ana melenguh panjang, muncratlah lahar-nya,
disusul beberapa detik kemudian oleh kemaluanku.
Lalu secepat kilat kukeluarkan K0ntolku dari dlm lubang
kenikmatan Ibu Ana dan eksklusif jatuh terkapar di kasur.
Lalu, Ibu Ana eksklusif meraih batang kejantananku itu
dan dimasukkan ke dlm mulutnya. Ibu Ana mengocok k0ntolku itu di dlm mulutnya
yg memang agak kecil.
Namun Ibu Ana berhasil melumat batang keperkasaanku dgn
nikmatnya. Gesekan-gesekan yg terjadi antara kulit kemaluanku yg sensitif dgn
lisan Ibu Ana yg berair dan licin ditambah dgn gigitan-gigitan kecil yg
dilakukan oleh giginya yg putih karena pakai “Smile-Up Man”, menciptakan saya
tdk sanggup menahan diri lagi.
Muncratan-muncratan lahar kenikmatan yg keluar begitu
banyaknya dari batang keperkasaanku eksklusif ditelan seluruhnya, hampir tanpa
sisa oleh Ibu Ana. Sebagian meleleh keluar dari mulutnya dan jatuh membasahi
kasur.
Belum puas hingga disitu, ia masih menjilati sekujur
batang kejantananku hingga higienis total menyerupai sediakala.
Bukan main! Lalu kami berdua tergeltak di atas tempat
tidur dgn tubuh telanjang yg dibasahi oleh keringat dan lahar kami. Kemudian
saya tertidur. Tiba-tiba,
“Aaauuuwww..,” kepalaku sakit sekali, terus saya
terbangun tetapi kurang terang saya melihat tiga orang sudah berada di
sekelilingku.
Semuanya menggunakan seragam putih-putih. Satu perjaka
dan dua cewek. Setelah itu penglihatanku mulai jelas, dan benar dugaanku, saya
kini berada di rumah sakit. Tp bagaimana bisa..? Terus apa yg kulakukan tadi
itu gimana..?
Komentar
Posting Komentar