Cerita pengalaman pribadiku ini dimulai
ketika aku masih duduk dibangku SMU. Kedua orangtuaku memang sudah resmi
bercerai setahun yang lalu dan kini aku tinggal bersama dengan ayahku dan ibuku
pulang ke rumah neneku dikampung. Rupanya ayahku merasa kesepian dan akhirnya
ia pun menikahi salah seorang janda yang sudah memiliki dua orang anak.
Awalanya aku tak menyetujui perihal rencana
ayahku tsb namun setelah diajak berkenalan dengan calon ibu tiriku akhirnya aku
pun mengijinkannya untuk menikah kembali.
waktu itu aku baru tiga bulan tinggal
bersama ibu tiriku. Kata orang kalau ibu tiri itu sangat kejam namun ternyata
ibu tiriku nampak begitu ramah dan baik kepadaku. ayahku menikah dengannya karena
tidak tahan hidup menduda lama-lama. Yang aku tidak sangka-sangka ternyata ibu
tiriku punya 2 anak cewek yang keren dan seksi habis yang satu sekolahnya sama
denganku bernama Mery dan yang satunya lagi sudah kuliah, namanya Lia.
Merry |
Si Mery cocok sekali kalau dijadikan
bintang iklan obat pembentuk tubuh, nah kalau si Lia paling cocok untuk iklan
BH sama suplemen payudara. Sejak pertama aku tinggal, aku selalu berangan-angan
bahwa dapat memiliki mereka, tapi angan-angan itu selalu buyar oleh berbagai
hal. Dan siang ini kebetulan tidak ada orang di rumah selain aku dengan Mery,
ini juga aku sedang kecapaian karena baru pulang sekolah.
“Mer, entar kalau ada perlu sama aku, aku
ada di kamar,” teriakku dari kamar.
Aku mulai menyalakan komputerku dan karena
aku sedang suntuk, aku mulai dech surfing ke situs-situs porno kesayanganku,
tapi enggak lama kemudian Mery masuk ke kamar sambil bawa buku, kelihatannya
dia mau tanya pelajaran.
“Ki, kemaren kamu udah nyatet Biologi
belom, aku pinjem dong!” katanya dengan suara manja.
Tanpa memperdulikan komputerku yang sedang
memutar film BF via internet, aku mengambilkan dia buku di rak bukuku yang
jaraknya lumayan jauh dengan komputerku.
“Mer..! nich bukunya, kemarenan aku udah
nyatet,” kataku.
Mery tidak memperhatikanku tapi malah
memperhatikan film BF yang sedang di komputerku.
“Mer.. kamu Kigong aja!” kataku pura-pura
tidak tahu.
“Eh.. iya, Roky kamu nyetel apa tuh! aku
bilangin bonyok loh!” kata Mery.
“Eeh.. kamu barusan kan
juga liat, aku tau kamu suka juga kan,”
balas aku.
“Mending kita nonton sama-sama, tenang aja
aku tutup mulut kok,” ajakku berusaha mencari peluang.
“bener nich, kamu kagak bilang?” katanya
ragu.
“Suwer dech!” kataku sambil mengambilkan
dia kursi.
Mery mulai serius menonton tiap adegan,
sedangkan aku serius untuk terus menatap tubuhnya.
“Mer, sebelum ini kamu pernah nonton bokep
kagak?” tanyaku.
“Pernah, noh aku punya CD-nya,” jawabnya.
Wah gila juga nich cewek, diam-diam nakal
juga.
“Kalau ML?” tanyaku lagi.
“Belom,” katanya, “Tapi.. kalo sendiri sich
sering.
Wah makin berani saja aku, yang ada dalam
pikiranku sekarang cuma ML sama dia.
Bagaimana caranya si “Roki Junior” bisa
puas, tidak peduli saudara tiri, yang penting nafsuku hilang.Melihat dadanya
yang naik-turun karena terangsang, aku jadi semakin terangsang, dan batang
kemaluanku pun makin tambah tegang.
“Mer, kamu terangsang yach, ampe napsu gitu
nontonnya,” tanyaku memancing.
“Iya nic Rok, Kitar yach aku ke kamar mandi
dulu,” katanya.
“Eh.. ngapain ke kamar mandi, nih liat!”
kataku menunjuk ke arah celanaku.
“Kasihanilah si Roki kecil,” kataku.
“Pikiran kamu jangan yang tidak-tidak
dech,” katanya sambil meninggalkan kamarku.
“Tenang aja, rumah kan lagi sepi, aku tutup mulut dech,” kataku
memancing.
Dan ternyata tidak ia gubris, bahkan terus
berjalan ke kamar mandi sambil tangan kanannya meremas-remas buah dadanya dan
tangan kirinya menggosok-gosok kemaluannya, dan hal inilah yang membuatku tidak
menyerah. Kukejar terus dia, dan sesaat sebelum masuk kamar mandi, kutarik
tangannya, kupegang kepalanya lalu kemudian langsung kucium bibirnya.
Sesaat ia menolak tapi kemudian ia pasrah,
bahkan menikmati setiap permainan lidahku. “Kau akan aku berikan pengalaman
yang paling memuaskan,” kataku, kemudian kembali melanjutkan menciumnya.
Tangannya membuka baju sekolah yang masih kami kenakan dan juga ia membuka
BH-nya dan meletakkan tanganku di atas dadanya, kekenyalan dadanya sangat
berbeda dengan gadis lain yang pernah kusentuh.Perlahan ia membuka roknya,
celanaku dan celana dalamnya.
“Kita ke dalam kamar yuk!” ajaknya setelah
kami berdua sama-sama bugil,
“Terserah kaulah,” kataku,“Yang penting kau
akan kupuaskan.”
Tak kusangka ia berani menarik penisku
sambil berciuman dan perlahan-lahan kami berjalan menuju kamarnya.
“Ki, kamu tiduran dech, kita pake ’69′ mau
tidak?” katanya sambil mendorongku ke kasurnya.
Ia mulai menindihku, didekatkan vaginanya
ke mukaku sementara penisku diemutnya, aku mulai mencium-cium vaginanya yang
sudah basah itu, dan aroma kewanitaannya membuatku semakin bersemangat untuk
langsung memainkan klitorisnya.Tak lama setelah kumasukkan lidahku, kutemukan
klitorisnya lalu aku menghisap, menjilat dan kadang kumainkan dengan lidahku,
sementara tanganku bermain di dadanya. Tak lama kemudian ia melepaskan
emutannya.
“Jangan hentikan Ki.. Ach.. percepat Ki,
aku mau keluar nich! ach.. ach.. aachh.. Ki.. aku ke.. luar,” katanya
berbarengan dengan menyemprotnya cairan kental dari vaginanya.
Dan kemudian dia lemas dan tiduran di
sebelahku.
“Mer, sekali lagi yah, aku belum keluar
nich,” pintaku.
“Kita istrirahat dulu yach, aku lagi capek
nich,” jelasnya.
Aku tidak peduli kata-katanya kemudian aku
mulai mendekati vaginanya.
“Mer, aku masukkin sekarang yach,” kataku
sambil memasukkan penisku perlahan-lahan.
Kelihatannya Mery sedang tidak sadarkan
diri, dia hanya terpejam coba untuk beristirahat. Vagina Mery masih sempit
sekali, penisku dibuat cuma diam mematung di pintunya. Perlahan kubuka dengan
tangan dan terus kucoba untuk memasukkannya, dan akhirnya berhasil penisku
masuk setengahnya, kira-kira 7 cm.
“Jangan Ki.. entar aku hamil!” katanya
tanpa berontak.
“Kamu udah mens belom?” tanyaku.
“Udah, baru kemaren, emang kenapa?”
katanya.
Sambil aku masukkan penisku yang setengah,
aku jawab pertanyaannya,
“Kalau gitu kamu kagak bakal hamil.”
“Ach.. ach.. ahh..! sakit Ki, a.. ach..
ahh, pelan-pelan, aa.. aach.. aachh..!” katanya berteriak nikmat.
“Tenang aja cuma sebentar kok, Mer mending
doggy style dech!” kataku tanpa melepaskan penis dan berusaha memutar tubuhnya.
Ia menuruti kata-kataku lalu mulai
kukeluar-masukkan penisku dalam vaginanya dan kurasa ia pun mulai terangsang
kembali, karena sekarang ia merespon gerakan keluar-masukku dengan
menaik-turunkan pinggulnya.
“Ach.. a.. aa ach..” teriaknya.“Sakit lagi Ki..
a.. aa.. ach..”
“Tahan aja, cuma seKitar kok,” kataku
sambil terus bergoyang dan meremas-remas buah dadanya.
“Ki,. ach pengen.. ach.. a.. keluar lagi
Ki..” katanya.
“Tunggu seKitar yach, aku juga pengen
nich,” balasku.
“Cepetan Ki, enggak tahan nich,” katanya
semakin menegang.
“A.. ach.. aachh..! yach kan keluar.”
“Aku juga Say..” kataku semakin kencang
menggenjot dan akhirnya setidaknya enam tembakan spermaku di dalam vaginanya.
Kucabut penisku dan aku melihat seprei,
apakah ada darahnya atau tidak? tapi tenyata tidak.“Mer kamu enggak perawan
yach,” tanyaku.
“Iya Ki, dulu waktu lagi masturbasi
nyodoknya kedaleman jadinya pecah dech,” jelasnya.
“Roky ingat loh, jangan bilang siapa-siapa,
ini rahasia kita aja.”
”Oh tenang aja aku bisa dipercaya kok, asal
lain kali kamu mau lagi.”
“Siapa sih yang bisa nolak ‘Kii Junior’,”
katanya mesra.
Setelah saat itu setidaknya seminggu sekali
aku selalu melakukan ML dengan Mery, terkadang aku yang memang sedang ingin
atau terkadang juga Mery yang sering ketagihan, yang asyik sampai saat ini kami
selalu bermain di rumah tanpa ada seorang pun yang tahu, kadang tengah malam
aku ke kamar Mery atau sebaliknya,
kadang juga saat siang pulang sekolah kalau
tidak ada orang di rumah.Kali ini kelihatannya Mery lagi ingin, sejak di
sekolah ia terus menggodaku, bahkan ia sempat membisikkan kemauannya untuk ML
siang ini di rumah, tapi malangnya siang ini ayah dan ibu sedang ada di rumah
sehingga kami tak jadi melakukan ini. Aku menjanjikan nanti malam akan main ke
kamarnya, dan ia mengiyakan saja, katanya asal bisa ML denganku hari ini ia
menurut saja kemauanku.
Ternyata sampai malam ayahku belum tidur
juga, kelihatannya sedang asyik menonton pertandingan bola di TV, dan aku pun
tidur-tiduran sambil menunggu ayahku tertidur, tapi malang malah aku yang tertidur duluan. Dalam
mimpiku, aku sedang dikelitiki sesuatu dan berusaha aku tahan, tapi kemudian
sesuatu menindihku hingga aku sesak napas dan kemudian terbangun.
“Mery! apa Ayah sudah tidur?” tanyaku
melihat ternyata Mery yang menindihiku dengan keadaan telanjang.
“kamu mulai nakal Ki, dari tadi aku tunggu
kamu, kamu tidak datang-datang juga. kamu tau, sekarang sudah jam dua, dan ayah
telah tidur sejak jam satu tadi,” katanya mesra sambil memegang penisku karena
ternyata celana pendekku dan CD-ku telah dibukanya.
“Yang nakal tuh kamu, Bukannya permisi atau
bangunin aku kek,” kataku.
“kamu tidak sadar yach, kamu kan udah bangun, tuh
liat udah siap kok,” katanya sambil memperlihatkan penisku.
“Aku emut yach.”Emutanya kali ini terasa berbeda,
terasa begitu menghisap dan kelaparan.
“Mer jangan cepet-cepet dong, kasian ‘Kii
Junior’ dong!”
“Aku udah kepengen berat Ki!” katanya lagi.
“Mending seperti biasa, kita pake posisi
’69′ dan kita sama-sama enak,” kataku sembil berputar tanpa melepaskan
emutannya kemudian sambil terus diemut.
Aku mulai menjilat-jilat vaginanya yang
telah basah sambil tanganku memencet-mencet payudaranya yang semakin keras,
terus kuhisap vaginanya dan mulai kumasukkan lidahku untuk mencari-cari
klitorisnya.“Aach.. achh..” desahnya ketika kutemukan klitorisnya.“Ki! kamu
pinter banget nemuin itilku, a.. achh.. ahh..”“kamu juga makin pinter ngulum
‘Kii’ kecil,” kataku lagi.“Ki, kali ini kita tidak usah banyak-banyak yach,
aa.. achh..” katanya sambil mendesah.“Cukup sekali aja nembaknya, taapi.. sa..
ma.. ss.. sa.. ma.. maa ac.. ach..” katanya sambil menikmati jilatanku.
“Tapi Rokyaku.. ma.. u.. keluar nich! Ach..
a.. aahh..” katanya sambil menegang kemudian mengeluarkan cairan dari
vaginanya..
“Kayaknya kamu harus dua kali dech!” kataku
sambil merubah posisi.
“Ya udah dech, tapi sekarang kamu masukin
yach,” katanya lagi.
“Bersiaplah akan aku masukkan ini
sekarang,” kataku sambil mengarahkan penisku ke vaginanya.
“Siap-siap yach!”
“Ayo dech,” katanya.“Ach.. a.. ahh..”
desahnya ketika kumasukkan penisku.
Lia |
“Pelan-pelan dong!”“Inikan udah pelan Mer,”
kataku sambil mulai bergoyang.
“Mer, kamu udah terangsang lagi belon?”
tanyaku.
“putar lagi Ki,” katanya mulai
menggoyangkan pantatnya untuk mengimbangiku, dan kemudian dia menarik kepalaku
dan memitaku untuk sambil menciumnya.
“Sambil bercumbu dong Ki!”
Tanpa disuruh dua kali aku langsung
mncumbunya, dan aku betul-betul menikmati permainan lidahnya yang semakin
mahir.“Mer kamu udah punya pacar belom?” tanyaku.”Aku udah tapi baru abis
putus,” katanya sambil mendesah.“Roky pacar aku itu enggak tau loh soal
Kiginian, cuma kamu loh yang beginian sama aku.”
“Ach yang Ki?” tanyaku lagi sambil
mempercepat goyangan.“Ach.. be.. ner.. kok Ki, a.. aa.. ach.. achh,” katanya
terputus-putus.“Tahan aja, atau kamu mau udahan?” kataku menggoda.“Jangan
udahan dong, aku baru kamu bikin terangsang lagi, kan kagak enak kalau udahan, achh.. aa..
ahh.. aku percepat yach Ki,” katanya.Kemudian mempercepat gerakan
pinggulnya.“Kamu udah ngerti gimana enaknya, sebentar lagi kayaknya aku bakal
keluar dech,” kataku menyadari bahwa sepermaku sudah mengumpul di ujung.“Achh..
ach.. Kitar lagi nih.”
“Tahan Ki!” katanya sambil mengeluarkan
penisku dari vaginanya dan kemudian menggulumnya sambil tanganya mamainkan
klitorisnya.“Aku juga Ki, bantu aku cari klitorisku dong!” katanya menarik
tanganku ke vaginanya.Sambil penisku terus dihisapnya kumainkan klitorisnya
dengan tanganku dan..“Achh.. a.. achh.. achh.. ahh..” desahku sambil
menembakkan spermaku dalam mulutnya.“Aku juga Ki..” katanya sambil menjepit
tanganku dalam vaginanya.
“Ach.. ah.. aa.. ach..” desahnya.“Aku tidur
di sini yach, nanti bangunin aku jam lima
sebelum ayah bagun,” katanya sambil menutup mata dan kemudian tertidur, di
sampingku.Tepat jam lima
pagi aku bangun dan membangunkanya, kemudian ia bergegas ke kamar madi dan
mempersiapkan diri untuk sekolah, begitu juga dengan aku. Yang aneh siang ini
tidak seperti biasanya Mery tidak pulang bersamaku karena ia ada les privat,
sedangkan di rumah cuma ada Mbak Lia,
dan anehnya siang-siang begini Mbak Lia di rumah memakai kaos ketat dan rok
mini seperti sedang menunggu sesuatu.“Siang Ki! baru pulang? Mery mana?”
tanyanya.“Mery lagi les, katanya bakal pulang sore,” kataku,
“Loh Mbak sendiri kapan pulang? katanya
dari Solo yach?”“Aku pulang tadi malem jam tigaan,” katanya.“Ki, tadi malam
kamu teriak sendirian di kamar ada apa?”Wah gawat sepertinya Mbak Lia dengar
desahannya Mery tadi malam.“Ach tidak kok, cuma ngigo,” kataku sambil berlalu
ke kamar.“Ki!” panggilnya, “Temenin Mbak nonton VCD dong, Mbak males nich
nonton sendirian,” katanya dari kamarnya.“sebentar!” kataku sambil berjalan
menuju kamarnya, “Ada
film apa Mbak?” tanyaku sesampai di kamarnya.“Liat aja, nanti juga tau,”
katanya lagi.“Mbak lagi nungguin seseorang yach?” tanyaku.
“Mbak, lagi nungguin kamu kok,” katanya
datar, “Tuh liat filmnya udah mulai.”“Loh inikan..?” kataku melihat film BF
yang diputarnya dan tanpa meneruskan kata-kataku karena melihat ia mendekatiku.
Kemudian ia mulai mencium bibirku.“Mbak tau kok yang semalam,” katanya, “Kamu
mau enggak ngelayanin aku, aku lebih pengalaman dech dari Mery.”Wah pucuk di
cinta ulam tiba, yang satu pergi datang yang lain.“Mbak, aku kan adik yang berbakti, masak nolak sich,”
godaku sambil tangan kananku mulai masuk ke dalam rok mininya menggosok-gosok
vaginanya, sedangkan tangan kiriku masuk ke kausnya dan memencet-mencet
payudaranya yang super besar.“Kamu pinter dech, tapi sayang kamu nakal, pinter
cari kesempatan,” katanya menghentikan ciumannya dan melepaskan tanganku dari
dada dan vaginanya.
“Mbak mau ngapain, kan lagi asyik?” tanyaku.”Kamu kagak sabaran
yach, Mbak buka baju dulu terus kau juga, biar asikkan?” katanya sambil membuka
bajunya.Aku juga tak mau ketinggalan, aku mulai membuka bajuku sampai pada
akhirnya kami berdua telanjang bulat.
“Tubuh Mbak bagus banget,” kataku
memperhatikan tubuhnya dari atas sampai ujung kaki, Kiar-Kiar tidak ada cacat,
putih muMer dan sekal.Ia langsung mencumbuku dan tangan kanannya memegang
penisku, dan mengarahkan ke vaginanya sambil berdiri.“Aku udah enggak tahan
Ki,” katanya.Kuhalangi penisku dengan tangan kananku lalu kumainkan vaginanya
dengan tangan kiriku.“Nanti dulu ach, beginikan lebih asik.”“Ach.. kamu nakal
Ki! pantes si Mery mau,” katanya mesra.
Ki..! Mbak..! lagi dimana kalian?”
terdengar suara Mery memanggil dari luar.“Hari ini guru lesnya tidak masuk jadi
aku dipulangin, kalian lagi dimana sich?” tanyanya sekali lagi.“Masuk aja Mer,
kita lagi pesta nich,” kata Mbak Lia.
“Mbak! Entar kalau Mery tau gimana?”
tanyaku.
“Roky jangan panggil Mbak, panggil aja
Lia,” katanya dan ketika itu aku melihat Mery di pintu kamar sedang membuka
baju.
“Lia, aku ikut yach!” pinta Mery sambil
memainkan vaginanya.
“Roky kamu kuat nggak?” tanya Lia.
“Tenang aja aku kuat kok, lagian kasian
tuch Mery udah terangsang,” kataku.
“Mer cepet sinih emut ‘Kii Junior’,”
ajakku.
Tanpa menolak Mery langsung datang mengemut
penisku.
“Mending kita tiduran, biar aku dapet
vaginamu,” kataku pada Lia.
“Ayo dech!” katanya kemudian mengambil
posisi.
Lia meletakkan vaginanya di atas kepalaku,
dan kepalanya menghadap vagina Mery yang sedang mengemut penisku.“Mer, aku
maenin vaginamu,” katanya.Tanpa menunggu jawaban dari Mery ia langsung bermain
di vaginanya.
Permainan ini berlangsung lama sampai
akhirnya Lia menegangkan pahanya, dan.. “Ach.. a.. aach.. aku keluar..” katanya
sambil menyemprotkan cairan di vaginanya.“Sekarang ganti Mery yach,”
kataku.Kemudian aku bangun dan mengarahkan penisku ke vaginanya dan masuk
perlahan-lahan.
“Ach.. aach..” desah Mery.
“Kamu curang, Mery kamu masukin, kok aku
tidak?” katanya.
“Abis kamu keluar duluan, tapi tenang aja,
nanti abis Mery keluar kamu aku masukin, yang penting kamu merangsang dirimu
sendiri,” kataku.
“Yang cepet dong goyangnya!” keluh Mery.
Kupercepat goyanganku, dan dia
mengimbanginya juga.
“Kak, ach.. entar lagi gant.. a.. ach..
gantian yach, aku.. mau keluar ach.. aa.. a.. ach..!” desahnya, kemudian lemas
dan tertidur tak berdaya.“Ayo Roky tunggu apa lagi!” kata Lia sambil
mengangkang mampersilakan penisku untuk mencoblosnya.
“Aku udah terangsang lagi.”Tanpa menunggu
lama aku langsung mencoblosnya dan mencumbunya.“Gimana enak penisku ini?”
tanyaku.“Penis kamu kepanjangan,” katanya, “tapi enak!”.“Kayaknya kau nggak
lama lagi dech,” kataku.“Sama, aku juga enggak lama lagi,” katanya, “Kita
keluarin sama-sama yach!” terangnya.“Di luar apa di dalem?” tanyaku lagi.
“Ach.. a.. aach.. di.. dalem.. aja..”
katanya tidak jelas karena sambil mendesah.
“Maksudku, ah.. ach.. di dalem aja.. aah..
ach.. Kitar lagi..”
“Aku.. keluar.. ach.. achh.. ahh..” desahku
sambil menembakkan spermaku.“Ach.. aach.. aku.. ach.. juga..” katanya sambil
menegang dan aku merasakan cairan membasahi penisku dalam vaginanya.
Akhirnya kami bertiga tertidur di lantai
dan kami bangun pada saat bersamaan.“Rokyaku mandi dulu yach, udah sore nich.”
“Aku juga ach,” kataku.“Ki,
“Mer, lain kali lagi yach,” pinta Lia.“Itu
bisa diatur, asal lagi kosong kayak gini, ya nggak Ki!” kata Mery.
“Kapan aja kalian mau aku siap,” kataku.
“Kalau gitu kalian jangan mandi dulu, kita
main lagi yuk!” kata Lia mulai memegang penisku.
Akhirnya kami main lagi sampai malam dan
kebetulan ayah dan ibu telepon dan mengatakan bahwa mereka pulangnya besok
pagi, jadi kami lebih bebas bermain, lagi dan lagi. Kemudian hari selanjutya
kami sering bermain saat situasi seperti ini, kadang tengah malam hanya dengan
Lia atau hanya Mery. Oh bapak tiri, ternyata selain harta banyak, kamu juga
punya dua anak yang siap menemaniku kapan saja, ohh nikmatnya hidup ini.
Komentar
Posting Komentar