Aku
adalah seorang pegawai sebuah perusahaan di surabaya. Aku sudah menikah sejak
tahun beberapa tahun yang lalu dengan seorang wanita bernama Wulan. Adik iparku
(adik kandung istriku) menikah dengan seorang wanita bernama Rini yang menjadi
teman selingkuh ku untuk beberapa waktu. Sedikit curhat, pernikahanku kali ini
di ujung tanduk. Yah kalau diliat dari biografi singkat yang kuceritakan di
atas, bisa diambil kesimpulan apa dan siapa penyebabnya. Yak, selingkuh dan aku
pelakunya. Untungnya, teman selingkuhku yang ketahuan kali ini bukan istri adik
iparku, melainkan “teman” dari aplikasi media sosial . Ruginya, ya banyak
banget.
Salah
satunya adik iparku sontak memusuhiku, sekaligus istrinya terpaksa ikut
perintah suaminya. Rini (Dalam suatu kesempatan, Rini bertemu dan langsung
memohon agar hubungan kami jangan disebarluaskan. Aku pegang tangannya dan
kupastikan bahwa aku bukan orang seperti itu. Sampai sekarang kami belum
berkomunikasi lagi)
Pertengkaran
dengan istriku tidak bisa dielakkan. Aku hanya mampu menyembunyikan bahwa aku
baru melakukannya sekali , dan memastikan itu hanya coba2 dan tidak akan pernah
terulang lagi. Tapi yang namanya emosi kadang tidak bisa dikendalikan, istri
mengamuk sejadinya dan membawa masalah ke ranah keluarga besar.
Akupun
terpaksa pindah ke tempat kos karena istri muak liat wajahku. Dalam keadaaan
terlunta2 mental dan tertekan seperti ini, aku pun berusaha mencari pelarian
dengan menginap di kantor dan merepotkan pegawai lainnya dengan sesekali nginap
di rumah mereka.
Adalah
rekan kerjaku sejak tahun kemarin, bernama Putri, seorang wanita kelahiran
medan berdarah batak. Putri ini seorang alpha-woman-type, artinya keras kepala
dan cenderung egois. Awal mula kehadirannya saja sudah langsung nyuruh2 orang
lain jelasin peraturan/SOP ke dia, padahal jelas orang lain itu (aku) jauh
lebih lama bekerja disini.
Soal
perawakan, Putri tidak didukung wajah yang menarik. 3-size-measurement? Minus
malah di bagian depan. Parahnya, putri lebih senang untuk tidak memakai make-up
bahkan dalam situasi formal sekalipun. Makanya di usia nya yang menginjak 30
tahun ini, aku paham kenapa pacarnya mutusin dia. Padahal kalau memakai make
up, Putri dapat kelihatan lebih menarik.
Kami
sudah setim hampir 2 tahun lamanya. Agen Poker Singa Baik profesional ataupun
urusan personal sudah sering kami bahas. Makanya ketika dia tahu aku bertengkar
dengan Wulan, dia langsung bertanya “Kau apain dia?” dengan gaya khas anak
bataknya.
Kalau
sudah pake gaya begini, mendingan dijawab dengan serius atau langsung cabut, sebelum
diajak debat yang ujungnya ngabisin energi. Akupun menerangkan secara garis
besar apa masalahnya. Kata2 bodat pun keluar dari mulutnya ditujukan padaku.
Aku
hanya bisa tersenyum meringis, membayangkan bahwa rekan kerja ku pun bakal
memusuhiku (aku mengerti kenapa, kan dia diputusin pacarnya .
Jadi
dimata dia, aku sama brengseknya dengan mantan co nya).
Hari
aku menceritakan kasusku, adalah hari dimana Putri sama sekali tidak
memperdulikanku. Untungnya kerjaan kami sedang tidak banyak dan mampu kuhandle
sendiri. Tapi aku bertekad baikan sama dia, karena urusan kantor memang tidak
boleh bercampur dengan urusan pribadi. Sangat mempengaruhi output dan kinerja.
Esoknya
kubeli sebatang chunky bar dan sebungkus chitato besar. Berhubung meja kami
sebelahan, gampang saja kutawarin dia makanan tersebut. Dengan pelototan dan
jawaban ketus, dijawabnya tidak. Aku langsung ketawa2. Kuhimbau pada nya untuk
tidak melarutkan masalahku ke profesionalisasi kami. Dia menatapku dan
menjulurkan tangannya ke bungkus chitato. Yah, setidaknya rekan kerjaku tidak
memusuhiku.
Untuk
meredakan bencinya, kubiarkan dia sepanjang pagi itu merepet dan memaki ku atas
tindakan ku kepada Wulan. Tidak sekalipun kusanggah, tidak sekalipun kutepis.
Suaranya sampai bergetar, air mata mulai memupuk di matanya. Aku hanya bisa
bilang maaf berulang kali. Siangnya, suasana sudah mulai berubah karena dia
mulai bertanya di mana aku tinggal.
“sesekali
di kantor” jawabku. “hah, tidur dimana kau?” tanya nya. “noh korsi2 itu kalo dijejer
bisa buat tempat tidur.
Yang
penting punggungku nyandar aja”. Dia geleng2 kepala dan bilang aku gila.
Padahal
dia ga tau kalo tinggal di kantor dengan air bersih, listrik gratis, serta wifi
dengan kuota gede itu menyenangkan <<< korupsi. Kami pun kembali fokus
ke kerjaan masing2.
Selepas
istirahat, darah batak yang mengalir di tubuhnya kembali menghangat. Tapi tidak
memanas, hanya interogasi kecil yang ingin dituntaskannya.
“Kok
bisa lah kau gituin dia rud? Kata Putri
“bah,
masih belum puas? jawabku
“bukan
loh, ga abis pikir aku soalnya. Kalian kek ga ada puas2nya. Ngebuang bunga demi
sampah di jalan. Sahut Putri
“Ini
mau digimanain lagi coba? Aku kan dah minta maaf juga. Penyesalan kan selalu
datang telat, kalo di awal kan namanya pendaftaran. kataku
Berkat
perkataan cuek ku, aku berhasil membuatnya tertawa. Mungkin, mungkin karena aku
belum “menyentuh” wanita selama 3 minggu terakhir, tawa dan ekspresi Putri
membuat nafsuku tidak stabil.
Wanita
rekan kerjaku selama ini yang kuliat biasa saja, bahkan cenderung tidak menarik
perhatianku, membuat insting lelaki ku aktif. Tanpa sadar, aku memegang kedua
tangannya yang bersila di paha nya. Kugenggam dan kutatap matanya sambil
tersenyum. Putri kaget dan langsung menarik tangannya. Aku kembali mengeluarkan
perkataan cuek.
“Lumayan
megang tangan cewek” sebelum dia berkata apa2. kataku
Putri
langsung merespon “segitu pengennya ya?”, yang langsung kujawab “udah hampir
sebulan loh. Bosen pake tangan sendiri”.
Putri
langsung melotot tajam “Jadi kau kira aku tempat pelampiasan?” dengan nada
meninggi.
Akupun
langsung berkilah “enggak loh put. Bukan pelampiasan, kau tempat aku
mencurahkan rinduku” disertai senyum seringaiku, berharap ini tidak jadi pembantaian
umum.
Putri
langsung menjawab “sama aja kampret” dan kembali menghadapi kerjaannya.
Dalam
artian lain, sebenarnya aku sudah di zona selamat karena berhasil mengalihkan pembicaraan
kasus ku ke mesumku. Namun, sekarang otakku dipenuhi pikiran mesumku. Aku ingin
bersetubuh. Tepatnya, aku ingin memasukkan alat kelaminku ke lubang kenikmatan
Putri. Kupandangi tubuhnya terutama di bagian payudara. Sadar aku memperhatikan
dirinya, Putri balas menatap tajam dan sedikit membentak “apa?”
Pikiranku
langsung cepat bereaksi. Putri adalah seorang alpha-type, dia ga akan segampang
itu peduli, meskipun kepada rekan kerjanya sendiri. Pikiranku berlanjut, Putri
sudah lama tidak pacaran. Ini berarti taruhan 50-50. Aku harus mencoba,batinku
berkata.
“Enggak.
Aku cuma mau pijet2 badanmu aja” sergahku sambil mengarahkan kursi ku ke
belakang nya dan sekaligus memegang bahu nya. Putri sedikit berteriak “apaan
seh?” sambil menepis tanganku dari bahu nya.
Langsung
sigap kutangkap tangannya. Putri langsung melotot tajam sambil berkata “Rud,
aku marah. Lepasin”. Taruhanku
sepertinya salah. Tapi otakku masih dipenuhi pikiran mesum. Dengan sedikit
tercekat, aku mengeluarkan kata2
“Put,
tolong aku put” sembari tidak menghiraukan perintahnya untuk melepaskan
tangannya.
Putri
menjawab tegas “ENGGAK. LEPASIN”. “Put, bantuin napa. Ga usah sampe “kesana”
deh. Bantuin aku “keluar” aja. Janji (janji? lol)” kataku dengan penuh harap sambil
tetap memegang tangannya.
Putri
terdiam sejenak. Disaat seperti ini, aku tidak membiarkannya berpikir. Aku
langsung menyambung perkataanku “Iya ga sampe ngapa2in.
Nanti
aku bantuin juga kau deh” sambil menurunkan tangan kami berdua ke arah paha
nya.
Aku
memanjangkan jari kelingkingku ke arah paha nya, sedikit membelai, berharap
semoga rangsangan ini sampai. Putri tidak berkata apa2. Putri diam, seperti
terpasrah. Aku celingak- celinguk liat keadaan, dan langsung menghambur ke
depan memeluk putri seraya berkata
“Makasih
ya put”. Aroma rambutnya menelusuk hidung, bercampur dengan nafsu yang ingin
segera kutuntaskan.
Putri
berbisik “jangan disini. dimana?”. Akupun berdiri, memberinya kode untuk mengikutiku
ke ruang kesehatan.
Ruang
kesehatan kantor kami terletak di ujung lantai 2. Ruang ini sederhana, hanya
ada tempat tidur rawat, meja dan kursi kerja dokter, kursi tunggu dan AC. Ruangan
ini serba praktis, sering dipakai untuk tempat istirahat ataupun tempat
kongkow. Dan seperti biasa, kunci ruangan ini selalu tertinggal di dalam. Mungkin
memang ada pegawai atau pejabat lain yang memakai nya seperti yang akan kulakukan.
Tapi itu bukan urusanku.
Putri
pun masuk. Aku langsung mengunci pintu dan mendekap dia dari belakang. Tangan
kananku langsung menggerayangi payudaranya, sedang tangan kiriku membelai area
wanita nya dari luar celana hitamnya. Kali ini putri tidak bisa terdiam. Suara
lirihan kecil mulai terdengar di telinga kiriku. Putri langsung membalikkan
badan dan menyambar mulutku dengan mulutnya.
Bibir
kami beradu, aku berusaha memasukkan lidahku ke mulutnya. Sedikit kuremas
payudaranya barulah lidahku bertemu dengan lidahnya.
Tangan
kiriku bergerilya masuk kedalam celananya. Gila ya put, pikirku dalam hati.
Kuyakin kau juga menginginkan hal ini.
Kau
juga merindukan diginiin. Buktinya dengan basahnya celana dalammu. Jari
tengahku menerobos masuk ke liang vaginanya. Ciuman Putri mulai tak teratur dan
terlepas. Desahan tertahan keluar dari mulutnya, yang memancing ku untuk meneruskan
foreplay ini lebih lanjut. Tangan kananku bergerak melolosi kancing kemejanya,
hingga Bh hitamnya terpampang dan tanganku bebas merabanya. Lidahku sekarang
bergerak di leher kiri Putri, tangan kananku memilin dan meremas apa yang dapat
di raihnya dibalik Bh hitam tersebut.
Tangan
kiriku tetap dinamis mengorek isi dalam lubang itu. Pikiranku dipenuhi dengan
nafsu. Aku yakin putri sudah lupa dengan janji ku (janji yang mana? hahaha) Kudorong
pelan Putri ke arah meja kerja dokter. Putri mengerti dan duduk diatas meja
tersebut. Kutanggalkan celana Putri, kulepaskan celana dalamnya sehingga liang
kenikmatan yang sudah basah itu terpampang di hadapanku.
Putri
terkangkang pasrah di hadapanku, hanya kemeja yang terbuka separuh dan Bh
hitamnya yang melekat di badannya saat ini. Kumajukan kepalaku untuk melekatkan
mulutku ke vagina Putri. Sepertinya Putri juga mengharapkan ini, terbukti
dengan dijambaknya rambutku ketika cairan vaginanya mulai kuisapi. Desisan
desisan nafsu ini semakin membangkitkan gairahku. Aku menurunkan celanaku. Kuhisap
kembali lidah Putri sambil melepaskan Bh hitamnya. Kupilin putingnya dan aku
berbisik di telinganya
“Enak
sayang?”. Putri menggigit pundakku sebagai jawaban. Kuciumi lehernya,
kupermainkan puting payudaranya, kutekan2 klitorisnya.
Sepertinya
Putri akan membantu ku keluar kali ini. Tangannya menggenggam batangku, naek
turun, dan mulai mengarahkannya ke vaginanya….tanpa kuminta. Aku harus membantu
Putri juga. Kudorong perlahan batangku, sekujur badanku dipenuhi kenikmatan
duniawi itu. Kudorong terus sampai melekat kelamin kami. Kutatap mata Putri,
kami kembali berciuman, dan Putri kembali menggigit pundakku.
Kami
saling menyangga dan mengkait ketika aku mulai menggerakkan batangku
maju-mundur. Setiap hentakan yang kulakukan dibalas dengan baik oleh goyangan
Putri. Aku sama sekali tidak peduli dengan apa yang terjadi apabila kami ketahuan.
Putri pun sepertinya sama. Bunyi meja berderit, desahanku, desahan Putri aku
rasa dapat menjelaskan keadaan kami pada orang yang mungkin sedang tepat ada di
luar ruangan.
Aku
tidak peduli. Putri sekarang terlentang di atas meja, kaki kiri nya kuangkat ke
pundakku yang barusan digigitnya. Kupacu kembali tempo tadi. Putri semakin
belingsatan. Tangan kiriku menekan klitorisnya. Gerakan putri semakin tidak
karuan.
Aku
tetap memaju-mundurkan batangku di dalam lubang yang semakin basah tersebut. Kenikmatan
ini ekstasi bagi kami. Putri sepertinya kelelahan setelah batangku dipijat
vaginanya beberapa kali. Kedua kakinya kuangkat, kucium betis nya seraya kembali
menghentakkan batangku.
Aku
hampir keluar. Kupercepat irama gerakan pinggulku sebisa yang aku mampu. Makin
cepat dan tak terkendali, Putri sudah seperti kehabisan napas, deritan meja
makin keras, aku mulai teriak, teriak kenikmatan yang kulepaskan seketika
cairanku mengisi dalam lubang vagina itu. Aku goyangkan terus, meresapi sisa2
kenikmatan yang masih ada. Putri bangkit duduk dan merangkul leher ku, mencium
ku, dan berkata “Enak sayang”. Aku pun tersenyum dan menjawab “Makasi ya
sayang. Benar2 nikmat abang rasa” (padahal kami seumuran.
Aku
memakai kata abang ke dia biar mesra soalnya. hahaha). Aku langsung mengambil
tisu dan mengelap baik kelaminku dan kelamin Putri. Putri sedikit merasa geli
ketika kusentuhkan tisu itu ke vaginanya. Padahal tadi niatnya cuma pake
tangan. Aku malah mau pake mulut. Ujung2 nya ngentot juga kita ya. Ujarnya
sambil tersenyum cemberut.
“Lain
kali di tempat tidur yok put. Mau?” . ujarku dan Putri hanya tersenyum
mengangguk.
Kami
berdua bergegas memakai pakaian kami dan meninggalkan ruangan tempat pengalaman
pertama kami dengan disertai rasa was was dan teliti agar tidak ada bukti yang
tertinggal.
Komentar
Posting Komentar