Aku menoleh ke arah Kak Zaki. Kakak iparku itu tampak terjepit dalam himpitan kedua paha putihku. Dia lantas tersenyum ke arahku, senyuman senang seperti senyuman yang menyindir. Serta-merta, aku mengambil bantal dan menutupkannya di wajahku. "Aku malu. Aku malu. Aku malu! Teriakku dalam hati. Rasanya malu sekali. Kak Zaki terdengar tertawa hingga berselang beberapa waktu kemudian dia menghampiriku. Perlahan, dia mengangkat bantal yang menutupi wajahku. "Haha. Kenapa? "Enak banget yaa?" Tanyanya menggodaku. Dengan sedikit tawa dan malu, aku berusaha tersenyum ke arahnya. "Loooh kok." "Kok malah nangiiis?" Kak Zaki bertanya dengan panik. "Haha." Aku berusaha tertawa sambil menutup wajahku dengan tanganku. "Enggak kok." Jawabku sambil menyeka air mataku, dan berusaha tetap tersenyum. "Kenapa ih? "Cerita, cerita." Pintanya, kemudian merebahkan tubuhnya di sampingku dan merangkul kepalaku...