Sudah
sejak lama aku mempunyai keingintahuan dan hasrat yang kuat akan seks. Secara
sembunyi-sembunyi aku sering membaca majalah dewasa milik orang tuaku. Biasanya
hal itu kulakukan saat sebelum berangkat sekolah dan orang tuaku tidak di
rumah. Saat membaca majalah tersebut aku juga ber onani untuk memuaskan
hasratku.
Pada
saat usiaku 16 tahun, hasratku akan pemuasan seks semakin besar, maklum saat
itu adalah masa puber. Frekuensiku melakukan onani juga semakin sering, dalam
sehari bisa sampai 4 kali. Dan setiap hari minimal 1 kali pasti aku lakukan.
Pada
suatu sore ketika aku duduk di bangku SMU, saat itu tidak ada seorang pun di
rumah. Papa sedang bertugas keluar kota ,
sedangkan Mama dan adikku sedang mengikuti suatu kegiatan sejak pagi. Aku
gunakan kesempatan tersebut untuk menonton blue film milik orang tuaku. Sejak
pagi sudah 3 film aku putar dan sudah 4 kali aku melakukan onani. Namun
hasratku masih juga begitu besar.
Aku segera
menurunkan celanaku bersiap melakukan onani sambil menyaksikan adegan
favoritku. Di tengah-tengah kegiatanku dan film sedang hot-hotnya, tiba-tiba
terdengar suara pintu pagar dibuka. Saat itu menunjukkan pukul 20.00, ternyata
Mama dan adikku sudah pulang. Segera aku kenakan celanaku kembali dan
mengeluarkan video dari playernya kemudian meletakkannya kembali di tempatnya.
Lalu baru aku membukakan pintu untuk mereka.
“Eh Wan, tolong bantu masukkan
barang-barang dong”, Mama memintaku membantunya membawa barang-barang.
“Iya Ma.
“Shin, di sana ngapain aja? Koq sepertinya capek banget
sih?”, aku menyapa adikku Shinta.
“Wah, banyak. Pagi setelah aerobik terus
jalan lintas alam. Sampai di atas udah siang. Terus sorenya baru turun.
Pokoknya capek deh.”, Shinta menjelaskannya dengan bersemangat.
Setelah itu mereka mandi dan makan malam.
Sementara aku duduk di ruang keluarga sambil menonton acara TV. Setelah mereka
selesai makan malam, adikku langsung menuju ke kamarnya di atas. Mama ikut
bergabung denganku menonton TV.
“Wan, ada acara bagus apa aja?”, Mama
bertanya padaku.“Cuma ini yang mendingan, yang lainnya jelek”, aku memberi tahu
bahwa hanya acara yang sedang kutonton yang cukup bagus.
Saat itu acaranya adalah film action.
Setelah itu ada pembicaraan kecil antara aku dan Mama. Karena lelah, Mama
menonton sambil tiduran di atas karpet. Tidak lama sesudah itu Mama rupanya
terlelap. Aku tetap menonton. Pada suatu saat, dalam film tersebut ada jalan
cerita dimana teman wanita sang jagoan tertangkap dan diperkosa oleh boss
penjahat. Spontan saja penisku mengembang. Aku tetap meneruskan menonton.
Ketika film sedang seru-serunya, tanpa
sengaja aku menatap Mama yang sedang tertidur dengan posisi telentang dan kaki
yang terbentang. Baju tidurnya (daster) tersingkap, sehingga sedikit celana
dalamnya terlihat. Tubuhku langsung bergetar karena nafsuku yang tiba-tiba
meledak. Tidak pernah terpikir olehku melakukan persetubuhan dengan Mamaku
sendiri. Tapi pemandangan ini sungguh menggiurkan. Pada usia 33 tahun, Mama
masih terlihat sangat menarik. Dengan kulit kuning, tinggi badan 161 cm, berat
badan 60 kg, buah dada 36B ditambah bentuk pinggulnya yang aduhai, ternyata
selama ini aku tidak menyadari bahwa sebenarnya Mama sangat menggairahkan.
Selama ini aku benar-benar tidak pernah
punya pikiran aneh terhadap Mama. Sekarang sepertinya baru aku tersadar. Nafsu
mendorongku untuk menjamah Mama, namun sejenak aku ragu. Bagaimana kalau sampai
Mama terbangun. Namun dorongan nafsu memaksaku. Akhirnya aku memberanikan diri
setelah sebelumnya aku mengecilkan volume TV agar tidak membangunkan Mama. Aku
bergerak mendekati Mama dan mengambil posisi dari arah kaki kanannya. Untuk
memastikan agar Mama tidak sampai terbangun, kugerak-gerakkan tangan Mama dan
ternyata memang tidak ada reaksi.
Rupanya karena lelah seharian, ia jadi
tertidur dengan sangat lelap. Dasternya yang tersingkap, kucoba singkap lebih
tinggi lagi sampai perut dan tidak ada kesulitan. Tapi itu belum cukup, aku
singkap dasternya lebih tinggi lagi dengan terlebih dahulu aku pindahkan posisi
kedua tangannya ke atas. Sekarang kedua buah dadanya dapat terlihat dengan
jelas, karena ternyata Mama tidak mengenakan bra. Langsung aku sentuh buah dada
kanannya dengan telapak tangan terbuka dan dengan perlahan aku remas. Setelah
puas meremasnya, aku hisap bagian putingnya lalu seluruh bagian buah dadanya.
Tiba-tiba Mama mendesah. Aku kaget dan
merasa takut kalau-kalau sampai Mama terbangun. Tetapi setelah kutunggu
beberapa saat tidak ada reaksi lain darinya. Untuk memastikannya lagi aku
meremas buah dada Mama lebih keras dan tetap tidak ada reaksi. Walau masih
penasaran dengan bagian dadanya, namun aku takut jika tidak punya cukup waktu.
Sekarang sasaran aku arahkan ke vaginanya. Mama mengenakan CD tipis berwarna
kuning sehingga masih terlihat bulu kemaluannya.
Aku raba dan aku ciumi vagina Mama, tapi
aku tidak puas karena masih terhalang CD-nya. Jadi kuputuskan untuk menurunkan
CD-nya sampai seluruh vaginanya terlihat. Namun hal itu tidak dapat kulakukan
karena posisi kakinya yang terbentang menyulitkanku untuk menurunkannya. Jadi
terpaksa aku rapatkan kakinya sehingga aku bisa menurunkan CD-nya sampai lutut.
Tapi akibatnya aku jadi tidak bisa mengeksplorasi kemaluan Mama dengan leluasa
karena kakinya kini merapat. Apakah aku harus melepas semuanya? Tentu akan
lebih leluasa, tapi jika Mama sampai terbangun akan berbahaya karena aku tidak
akan bisa dengan cepat memakaikannya kembali.
Berhubung nafsuku sudah memburu, maka aku
putuskan untuk melepaskannya semua. Lalu aku rentangkan kakinya. Sekarang
vagina Mama dapat terlihat dengan jelas. Tidak tahan lagi, langsung aku cium
dan jilati vaginanya. Lebih jauh lagi, dengan kedua tangan kubuka bibir-bibir
vaginanya dan aku jilati bagian dalamnya. Aku benar-benar semakin bernafsu,
ingin rasanya aku telan vagina Mama. Tidak lama setelah aku jilati, vaginanya
menjadi basah. Setelah puas mencium dan menjilati bagian vaginanya, penisku
sudah tidak tahan untuk dimasukkan ke dalam vagina Mama. Aku kemudian berdiri
untuk melepas celanaku. Lalu aku duduk lagi di antara kedua kaki Mama dan aku
bentangkan kakinya lebih lebar.
Dengan mengambil posisi duduk dan kedua
kakiku dibentangkan untuk menahan kedua kaki Mama, aku arahkan penisku ke
lubang vaginanya. Tangan kananku membantu membuka lubang vagina Mama sementara
aku dorong penisku perlahan. Aku rasakan penisku memasuki daerah yang basah,
hangat dan menjepit. Tubuhku gemetar hebat karena nafsu yang mendesak. Setelah
beberapa saat akhirnya seluruh penisku sudah berhasil masuk ke dalam vagina
Mama dengan tidak terlalu sulit, mungkin karena Mama sudah melahirkan dua orang
anak.
Mulailah kugoyangkan pinggulku maju mundur
secara perlahan. Kurasakan kenikmatan dan sensasi yang luar biasa. Aku
memutuskan untuk memuaskan nafsuku, apa pun yang terjadi. Semakin lama
gerakanku semakin cepat. Dengan semakin bernafsu, aku peluk tubuh Mama dan
mengulum dadanya, sementara penisku terus bergerak cepat menggosok vagina Mama.
Aku sudah tidak peduli lagi apakah Mama akan terbangun atau tidak, biar pun
terbangun aku akan terus menggoyangnya sampai aku puas.
Sungguh nikmat. Bahkan lebih nikmat
daripada fantasiku selama ini. Setelah aku berjuang keras selama 6 menit,
akhirnya aku sudah tidak tahan lagi hingga aku benamkan penisku dalam-dalam ke
vagina Mama. Aku rasakan spermaku mengalir bersamaan dengan sensasi yang luar
biasa. Seakan melayang sampai-sampai terasa sakit kepala. Aku biarkan penisku
beberapa saat di dalam tubuh Mamaku.
Setelah cukup rileks, aku cabut penisku.
Aku puas. Aku tidak menyesal. Aku kenakan kembali celanaku. Sebelum aku kenakan
kembali CD-Mama, aku puaskan diri dengan meremas-remas vagina Mama. Setelah itu
aku rapikan kembali daster Mama. Aku matikan TV dan naik menuju kamarku di
atas. Aku langsung rebahan di atas kasurku. Walau aku merasa lelah tapi aku
tidak bisa tidur membayangkan pengalaman ternikmat yang baru saja aku rasakan.
Pengalaman seorang anak SMP yang baru saja melakukan hubungan seks dengan
Mamanya sendiri.
Membayangkan hal tersebut saja membuat
nafsuku bangkit kembali. Aku berpikir untuk kembali melakukannya dengan Mama.
Aku berjalan keluar kamar menuju ruang keluarga. Namun di depan kamar Shinta
adikku, entah apa yang mengubah pikiranku. Aku berpikir, kalau Mama saja tidur
sedemikian lelapnya maka tentu Shinta juga demikian. Apalagi selama ini Shinta
kalau sudah tidur sulit sekali untuk dibangunkan.
Perlahan aku buka kamarnya dan aku lihat
Shinta tertidur dengan menggunakan selimut. Aku masuk ke kamarnya dan aku tutup
lagi pintunya. Seperti yang sudah aku lakukan dengan Mama, aku juga sudah
bertekad akan menyetubuhi Shinta adikku sendiri. Walaupun ia bangun aku juga
tidak akan peduli.
Shinta |
Lalu aku singkap
selimutnya dan aku lepaskan dasternya serta tidak CD-nya. Sekarang Shinta sudah
benar-benar bugil. Karena Shinta belum memiliki buah dada, sasaranku langsung
ke vaginanya. Vaginanya sungguh mulus karena belum ditumbuhi rambut. Aku rentangkan
kakinya lalu aku cium dan jilati vaginanya. Sekali-kali aku gigit perlahan.
Lalu aku buka lebar-lebar bibir vaginanya dengan jariku dan kujilati bagian
dalamnya.Setelah puas menciumi vaginanya, aku bersiap untuk menghunjamkan
penisku ke dalam vagina Shinta yang masih mulus. Aku rentangkan kakinya dan aku
tempatkan melingkar di pinggangku. Aku ingin mengambil posisi yang
memungkinkanku dapat menyetubuhi Shinta dengan leluasa.
Lalu kuarahkan
penisku ke lubang vaginanya sementara kedua tanganku membantu membuka bibir
vaginanya. Aku dorong perlahan namun ternyata tidak semudah aku melakukannya
dengan Mama. Vagina Shinta begitu sempit, karena ia masih kecil (saat itu ia
baru berusia 14 tahun) dan tentu saja masih perawan. Tapi itu bukan halangan
bagiku. Aku terus mendorong penisku dan bagian kepala penisku akhirnya berhasil
masuk. Namun untuk lebih jauh sangat sulit.
Nafsuku sudah
memuncak tapi masih belum bisa masuk juga hingga membuatku kesal. Karena aku
sudah bertekad, maka aku paksakan untuk mendorongnya hingga aku berhasil. Namun
tiba-tiba saja Shinta merintih. Aku diam sejenak dan ternyata Shinta tidak
bereaksi lebih jauh. Walaupun aku tidak peduli apakah Shinta akan tahu atau
tidak, tetap saja akan lebih baik kalau Shinta tidak mengetahuinya.
Kemudian aku mulai
menggoyang pinggulku, tetapi gerakanku tidak bisa selancar saat melakukannya
dengan Mama, karena vagina Mama basah dan tidak terlalu sempit, sedangkan milik
Shinta kering dan sempit. Aku terus menggesekan penisku di dalam tubuh Shinta
semakin lama semakin cepat sambil memeluk tubuhnya. Ada perbedaan
kenikmatan tersendiri antara vagina Mama dan Shinta. Karena vagina Shinta lebih
sempit maka hanya dalam waktu 3 menit aku sudah mencapai orgasme.
Kubiarkan spermaku
mengalir di dalam vagina Shinta. Aku tidak perlu khawatir karena aku tahu
Shinta belum bisa hamil. Aku tekan penisku dalam-dalam dan aku peluk Shinta
dengan erat. Setelah puas aku kenakan lagi pakaian Shinta baru aku kenakan
pakaianku sendiri. Aku berjingkat kembali ke kamarku dan tertidur sampai
keesokan paginya.
Pada pagi harinya
aku agak khawatir jika ketahuan. Tapi sampai aku berangkat sekolah tidak ada
yang mencurigakan dari sikap Mama maupun Shinta. Sejak saat itu aku selalu
terbayang kenikmatan yang aku alami pada malam itu. Aku ingin mengulanginya.
Dengan Mama kemungkinannya bisa dilakukan jika Papa tidak di rumah. Jadi akan
lebih besar kesempatannya jika melakukannya dengan Shinta saja.
Walaupun pada saat
melakukannya, aku tidak peduli jika diketahui tetapi tetap akan lebih aman jika
mereka tidak mengetahuinya. Maka hampir setiap malam, aku selalu bergerilya ke
kamar Shinta. Namun aku hanya berhasil sampai tahap melucuti pakaiannya. Setiap
kali penisku mulai masuk, Shinta selalu terbangun.
Empat bulan sejak
pengalaman pertama, aku belum pernah lagi melakukan sex. Pada bulan kelima,
pada pelajaran biologi aku mengenal suatu bahan kimia praktikum yang digunakan
untuk membius. Saat itu aku langsung berpikir bahwa aku bisa menggunakannya
bersetubuh dengan Shinta lagi.
Setelah pelajaran
biologi, aku mengambil sebotol obat bius untuk dibawa ke rumah. Pada malam hari
setelah semuanya tertidur, aku masuk ke kamar Shinta. Sebuah sapu tangan yang
telah dilumuri obat bius aku tempatkan di hidung Shinta. Setelah beberapa saat,
aku angkat sapu tangan tersebut dan mulai melucuti pakaian Shinta. Dan setelah
aku melucuti seluruh pakaianku, aku naik ke ranjang Shinta dan duduk di antara
kedua kakinya.
Aku mengambil
posisi favoritku dengan menempatkan kedua kakinya melingkari pinggangku. Aku
masukkan penisku ke vaginanya dengan perlahan sampai keseluruhan penisku masuk.
Goyangan pinggulku mulai menggoyang tubuh Shinta. Aku memeluk tubuhnya dengan
erat dan penisku bergerak keluar masuk dengan cepat. Karena aku yakin Shinta
tidak akan terbangun maka aku bisa mengubah posisi sesukaku. Seperti
sebelumnya, saat pada puncaknya aku biarkan spermaku tertumpah di dalam
vaginanya.
Sejak saat itu
hampir setiap hari aku menyetubuhi adikku, Shinta. Sesekali jika Papa sedang di
luar kota ,
aku juga menyetubuhi Mama. Alangkah beruntungnya aku. Dengan ilmu pengetahuan,
suatu hambatan ternyata dapat diselesaikan dengan mudah.
Komentar
Posting Komentar