Hampir semua orang
mempunyai pengalaman buruk dalam hidupnya. Hal ini juga terjadi pada diriku
yang pernah mengalami sebuah perstiwa kelam yang menghancurkan kehidupanku. Aku
memang terlahir dari keluarga yang sederhana dan apa adanya, itulah aku. Namaku
Putri usiaku 16 Tahun dan aku masih duduk dibangku SMU. Aku adalah anak pertama
dari tiga bersaudara sementara kedua adikku yang laki-laki masih duduk di bangku SD dan SMP. Aku merupakan
seorang gadis yang akan beranjak dewasa dengan bentuk tubuhku yang cukup tinggi
dan agak berisi. Kalau orang bilang aku itu semok alias tidak terlalu gendut
dan tidak terlalu kurus.
Keseharianku bersekolah
setelah itu membantu ibu jualan di warung depan rumah. Sebentar lagi memang akan
ada ujian sekolah yang akan menentukan kelulusanku namun pada dasarnya aku
memang tak berniat melanjutkan kuliah karena terbentur masalah biaya.Aku juga
tidak memaksa orangtuaku untuk menguliahkan aku. Aku ingin bekerja saja
membantu orang tuaku yang hanya penjual gorengan dan kopi. Guru-guruku sangat
menyayangkan hal ini karena aku berprestasi di sekolah.
Sebenarnya dapat
beasiswa untuk masuk ke perguruan tinggi namunaku enggan. Dapat beasiswa tetapi
uang untuk ongkos kesan kemari kalau jauh dari rumah harus kos.Aku berfikir dua
kali. Kasihan orangtuaku, kedua adikku masih membutuhkan biaya untuk sekolah.
Setidaknya aku sudah lulus hingga SMA, udah dapat ijazah untuk mencari
pekerjaan. Bekerja membantu ibu untuk membiayai adik-adikku yang masih kecil.
Ayahku sakit-sakitan jadi di rumah hanya terbaring di tempat tidurnya.
Pagi menjelang aku
berangkat sekolah, sebelumnya aku mengantar gorengan pesanan di SD dekat rumah.
Kalau berangkat sekolah aku ngojek mang Ujang di pengkolan. Karena jarak rumah
dengan jalan raya sangat jauh. Mang Ujang mengantarku sampai di pangkalan
angkot.
Hidupku tidak terlalu
banyak tingkah seperti teman-temanku, aku apa adanya benar-benar hidup
prihatin. Karena aku tau orang tua ku tidak sekaya orangtua mereka. Aku tau
persis sangat susah mencari uang. Sampai di sekolah aku terlambat karenatadi
angkotnya lama banget. Untung aja tryout belum dimulai, ini hari terakhir
tryout minggu depan sudah ujian nasional.
Waktu mengerjakan soal matematika 120 menit, aku selesai pertama hanya 90 menit. Semua yang aku pelajari malam hari keluar semua jadi aku bisa cepat mengerjakan soal itu. Setelah tryout semua siswa diperbolehkan pulang, da nada pemberitahuan bahwa pada hari minggu ada tirakatan di sekolah. Sepulang sekolah teman-teman mengajakku pergi untuk main.
Tetapi aku menolak lebih
baik aku pulang saja membantu ibu. Aku bergegas pulang ke rumah naik angkot
yang sudah berjajar di depan sekolah. Kemudian aku turun di pasar dekat
pangkalan untuk membelikan ibu sayuran. Setelah itu aku pulang ke rumah dengan
Mang Ujang. Singkat cerita, aku ingin bercerita pengalamanku sex pesdihku
ketika diperkosa oleh tukang ojek baru.
Aku yang masih perawan, layaknya gadis yang mulai beranjak dewasa. Postur tubuhku yang bohay, payudaraku yang montok kencang parasku yang ayu membuat teman pria sering menggodaku. Namun aku selalu tahan dengan godaan, aku tidak ingin pacaran. Aku berkembang dewasa di masa pergaulan yang bebas, aku harus bisa jaga diri.
Ibuku selalu memberikan
pesan untukku agar selalu berhati-hati dalam memilih teman bergaul. Jangan
salah melangkah, karena seusiaku ini adalah target seks bebas. Teman sekolahku
sudah berani berciuman bibir di sekolah, berpelukan bahkan berpacaran
ditempat-tempat yang sepi. Lingkungan sekolah dan pergaulan disini memang
mengerikan.
Seks sudah jadi hal yang
biasa dilakukan para muda mudi. Namun kisah yang aku alami ini memilukan, aku
sudah berhati-hatipun masih saja terjerumus dalam pergaulan yang salah. Waktu
itu sekolahku mengadakan tirakatan untuk siswa kelas 3 biar diberikan
kelancaran dalam mengerjakan ujian nasional. Hari itu hari Minggu, jam7 pagi sudah
harus berangkat dari rumah.
Aku yang biasa diantar oleh
mang Ujang ternyata dia libur. Digantikan keponakannya, aku baru tau kalau mang
Ujang punya keponakan. Biasanya kalau libur aku mencari ojekan yang mangkal di
pengkolan. Minggu pagi tepat jam setengah 7 tukang ojek itu sudah menunggu di
depan rumahku. Aku terkejut karena aku belum menelfon atau mencari tukang ojek
lain,
“ Siapa ya mas... ?, ”
tanyaku sambil kebinggungan.
“ Saya Rudi mbak, keponakan
mang Ujang mau antar mbak ke pangkalan angkot... , ”
“ Ohhhh... keponakan Mang
Ujang ya... ? ya tunggu sebentar ya mas saya masih siap-siap, ”
Keponakan mang Ujang itu masih muda paling umurnya masih 23 an. Berpakaian rapi, juga terlihat ganteng. Aku masih terheran-heran sama pemuda itu, tapi yasudahlah yang penting aku diantar sampai ke pangklan. Aku dan mas Rudi berangkat menuju pangkalan angkot, sesampainya disana angkot penuh semua. Aku binggung karena udah siang takut terlambat.
Mas Rudi memustuskan untuk
mengantarku ke sekolah, aku tanpa menolak langsung diantarnya. Daripada aku
terlambat, gerbang juga ditutup ntar bikin ribet. Kira-kira 25 menit sampailah
di sekolah,
“ Makasih ya mas sudah mengantar
sampai sekolah... , ”
“ Iya mbak sama-sama... , ”
Anehnya mas Rudi setiap
menatap aku dis tersenyum-senyum sendiri aku jadi takut. Aku bergegas masuk ke
dalam dan mas Rudi pulang ke rumah. Tirakatan itu berjalan lancar sampai jam 5
sore. Padahal jam segitu angkot sering saja penuh karena bebarengan dengan
karyawan pabrik yang pulang.
Aku berjalan menuju gerbang
sekolah, tampak motor bebek supra mas Rudi sudah di depan sekolah. Benar-benar
aneh rasanya, mang Ujang aja nggak pernah jemput sekolah. Aku ngerasa ada yang
beda, aku mendekati mas Rudi,
“ Mas kok jemput Putri
?biasanya mang Ujang nggak pernah jemput nanti dia menunggu di pangkalan aja...
, ” tanyaku.
“ Nggak papa mbak udah
santai aja... , ” ucapku.
Aku langsung naik di motor
mas Rudi, perasaanku nggak enak. Aku merasa sangat tidak nyaman, takut karena
aku baru kenal dengan mas Rudi. Takut kalau diapa-apain di jalan, pikiran
negative selalu muncul. Sepanjang perjalanan aku terus beharap semoga aku
baik-baik saja.
Saat itu hari semakin gelap
dengan jalanan yang macet, mas Rudi mengajakku lewat kampung agar lebih cepat.
Aku nurut saja yang penting aku sampai rumah dengan selamat. Tapi kok aneh ini
kan kampung yang lebih jauh dari rumah,
“ Mas bukannya sini lebih
jauh ya dari jalan raya, mending lewat jalan raya aja kalau gitu, ” usulku.
“ Tenang aja mbak, nanti
juga sampai rumah, ”ucapnya meyakinkanku.
Jawaban Mas Rudi saat itu
terasa agak sedikit memaksa, aku takut banget saat itu, dalam hatiku berkata
aku mau dibawa kemana. Setelah berputar-putar selama satu jam, mau dibawa
kemana aku. Pikiranku nggak tenang, handphone aku tertinggal di rumah.
Semakin sepi saja jalanan,
aku semakin gelisah. Tiba-tiba mas Rudi berhenti di sawah-sawah luas tidak ada
pemukiman. Hanya da gubug kecil dipinggir, mau ngapain coba malam-malam gini.
Terus gelisah dan takut rasanya pengen lari dari tempat ini,
“ Mbak aku lupa kalau
bensin aku habis, ”
Aduh, gimana sih mas,ini udah jam 7 malam
soalnya, aku takut kalau ibu mencari ku... , ”ucapku dengan sedikit kesal.
“ Sabar dulu ya mbak,
tunggu aja sebentar pasti nanti ada orang lewat . ucapnya.
Tepat sepi kayak gini nggak
mungkin ada orang lewat, hatiku resah. Mas Rudi mengajakku ke gubuk itu, karena
gerimis. Aku menolak tetapi hujan turun semakin deras, aku dan Mas Rudi berlari
menuju gubuk itu. Mas Rudi mencoba memberikan jaketnya karena aku tampak
kedinginan tapi aku menolak.
Mas Rudi memandangiku, aku
merasa tidak nyaman dengan pandangan aneh itu. Tiba-tiba dia memeluk tubuhku
dan berkata,
“ Aku butuh kehangatan Put,
aku ingin memelukmu malam ini. ucapnya dengan wajah mesum.
“ Apa-apan kamu mas, kamu
jangan coba-coba kurang ajar yah. teriakku dengan keras.
Pelukan itu snagat erat,
aku tidak bisa melepaskannya. Mas Rud mendekapku dengan sekuat tenaga, setelah
itu melepaskan aku. Akumencoba berlari namun tidak bisa aku didorong dengan
keras mengenai bilik bambu gubukan itu. Aku meneteskan air mata, ternyata
firasatku benar. Mas Rudi mendekati aku, tangannya memegang wajahku.
Bibirnya mngecup bibirku, aku
menolak tidak membuka mulut,
“ Buka mulutmu atau mau aku
paksa kamu... , ” ucapnya mengancamku.
Aku takut dia memaksa aku
pasti sakit, aku membuka bibirku perlahan. Dia menciumi aku dengan penuh nafsu.
Tangannya meremas payudaraku yang sedang tumbuh besar itu, aku melepaskan tangannya.
Namun tetap saja dia memaksaku, dia meremas-remas payudaraku. Aku tak kuasa,
aku pun hanya diam dan meneteskan air mata.
Entah apa yang aku rasakan
saat itu awalnya aku menolak mas Rudi yang mencoba memperkosa aku. Lama-lama
mas Rudi membuatku bergairah. Membuka kancing bajuku hingga terbuka, dan aku
hanya memakai bra saja. Tampak wajah mas Rudi sangat bersemangat setelah melihat
payudaraku itu, aku takut.
Menciumi payudaraku hingga
aku lemas tak berdaya. Sinyal-sinyal nafsu itu datang dari tubuhku, terasa aku
sudah dikuasai birahi. Bra ku dibuka oleh mas Rudi, tampak mas Rudi juga
melepas pakaiannya, dia telanjang hanya memakai celana dalam. Aku terkejut
melihat penis mas Rudi tegak berdiri walaupun tertutup celana dalam.
Mengulum putting susuku kembali
sambil meremasnya. Aku tak kuasa menahan kenikmatan itu,
“ Ahhh... Mas... jangan mas...
.ahhhh... , ” desahku.
Aku terus mendesah dan
mencoba menghentikan mas Rudi, namun tetap saja dia bermain sesuka hatinya. Dia
mulai menikmati tubuhku yang masih mulus dan perawank. Dia memainkan di
bagian-bagian yang membuat aku horny. Dia Mengulum putingku, aku tak kuat.
Lidahnya terus bergoyang emutari putting susuku, tangannya meremas payudara
kananku,
“ Ahhhhh... masssss... ahhhhh...
maas... .ahhhhhhh... , ”
Semakin aku mendesah dia
semakin keras memainkan lidah dan tangannya. Setelah itu dia melepaskan
payudaraku , putingku sangat menonjol karena dikulum sangat lama. Mas Rudi
melepaskan rokku, celana dalam ku dilepas hingga aku tak berbusana. Namun aku
masih mengenakan hijab, sungguh waktu itu aku sudah tak sadarkan diri.
Mas Rudi menggesek-gesekkan
penisnya di kemaluan-ku yang mulus tanpa rambut itu. Tampak mas Rudi memerah
wajahnya, aku merasakan kenikmatan dan ketakutan. Rasanya sudah nggak bisa aku
ceritakan sangat nikmat, kedua tanganku digenggam mas Rudi erat. Dia terus
menggesekkan, membangkitkan gairahku agar lebih merespon dia. Karena sesekali
aku masih menolaknya,
“ Ahhhhhh... Ahhhhh mass...
jangan... Masss.., ” desahku namun aku masih mencoba menolak.
Penis yang besar itu
mengenai kemaluan-ku, rasanya sudah diubun-ubun tidak ingin lepas. Seperti ada
magnet yang membuat enggan lepas dati gesekan penis mas Rudi. Mas Rudi
menciumku dari atas hingga bawah, sampai lah dikemaluan-ku. Tangannya berkelana
meraba-raba kemaluan-ku yang mulus itu tanpa rambut sedikitpun.
Tangannya meraba naik turun
dibagian-bagian yang membuat tubuhku menggeliat manja,
“ Ahhhhh... mass... Shhhhh...
masss... Oughhhh... , ”
Selakanganku dijilat dengan
lidahnya, aku terus menggeliat. Sesekali tangannya meraba payudaraku
memutar-mutar putingku,
“ Ouhhh Mas… Sssssssshhh…
Akkhhhh... Akhhhhh... , ”
Mas Rudi membelai bagian
lipatan kemaluan-ku, dia buka satu persatu dengan jemarinya. Kedua jarinya
menemukan lubang kenikmatan, menciumiujung bibir kemaluan-ku. Aku semakin nggak
kuat,
“ Massss... Ouhhhhhhhhh...
.massssssss... , ” desahku semakin menjadi.
Dia tidak menghiraukan
desahanku, aku dikuasa nafsu yang sangat tinggi. Kemaluan-ku basah entah itu
cairan apa yang keluar dari kemaluan-ku. Terasa nikmat pas keluar cairan itu,
mas Rudi memainkan ujung penisnya di lubang kemaluan-ku,Mencoba terus
memasukkan penisnya, dia mau merasakan kenikmatan lubang kemaluan-ku,
“ Akkkhhhhhh... .jangan
mas... jangann mas... jangann... Ouhhhh... , ”
Mas Rudi terus berusaha,
ujung penisnya masuk ke dalam yang amsih sempit itu. Saat itu aku meneteskan
air mata sambil menatap wajah mas Rudi. Dia putar-putarkan penisnya perlahan,
hingga pada akhirnya,
“ Blessssssssssssss, ”
“ Ahhhhhhhhhh…. Sakit Mas….
Aowwww…, ”desahku kesakitan.
Saat itu mataku meneteskan
air mata karena kesakitan, namun disisi lain aku juga merasakan kenikmatan
juga. Tanganku berusaha mendorong dada mas Rudi agar melepaskan aku. Tapi masih
aja tetap bermain di dalam lubang kenikmatan itu. Maju mundur gerakan itu
terasa sakit banget. Keluar darah dari kemaluan-ku aku menangis lagi karena aku
sudah tidak perawan lagi.
Baru masuk ujungnya aku
sudah kesakitan, karena lubang kemaluan-ku masih sempit dan harus dipaksa mas
Rudi,
“ Sakittt mas... Uhhhhh...
sakit mas... ahhhh... , ” ucapku masih tetap kesakitan.
Sakit dan nikmat bercampur
jadi satu hingga aku tak kuasa. Penis Mas Rudi sudah berhasil masuk ke kemaluan-ku,
terasa sangat mentok masuk ke dalam. Tangannku digenggam erat dengan sekuat
tenaga dia menggoyang-goyangkan tubuhnya. Penisnya yang besar berkelana di
dalam kemaluan-ku. Gerakan yang sangat keras, terasa aku pun dikuasi nafsu
birahi yang tinggi,
“ Ahhhhh... Ahhhhh...
Ahhhhh... mas, mas Rudi... ahhhh... , ” desahku mulai merasa mikmat.
Dia mengayunkan penisnya
maju mundur sesuka hatinya, keringat mas Rudi bercucuran membasahi tubuhku.
gerakan semakin cepat dan keras. Aku tak kuasa menahan gerakan mas Rudi yang
membabi buta. Terasa sangat licin kemaluan-ku karena keluar cairan lagi. Tidak
terasa percintaan kami sudah berlangsung selama menit. Tidak lama setelah itu
keluarlah sperma mas Rudi,
“ Croooooottttt... Crrrrooooooottttt...
Crooootttt... , ”
Ouhhhhhhhhh…. Ssssshhhh… Ahhhhhhhhhhhhhh... ,
” desahan panjang Mas Rudi terlihat lega dan puas setelah merenggut
keperawananku malam itu.
Dia mengarahkan penisnya di
bibirku hingga ke payudaraku, sperma yang sangat banyak dan kental itu
membasahi tubuhku. Di payudara menempel sangat banyak terasa sangat lengket.
Mas Rudi mencoba membersihakn dengan lidahnya, menjilati spermanya sendiri. Aku
menangis air mata tak henti-hentinya jatuh membasahi pipiku. Aku mengenakan
pakaian ku kembali, dan bersiap pulang.
Dan ternyata mas Rudi
membohongiku bensin motornya masih, dia hanya ingin memeperkosa aku. Sepanjang
perjalanan pulang mas Rudi meminta maaf tetapi aku tidak menanggapinya. Karena
aku sangat kecewa dia memaksaku untuk melayani gairahnya. Aku harus kehilangan
perawanku yang selama ini aku jaga. Sesampainya di rumah aku turun dari motor
bergegas masuk ke rumah.
Saat itu Ibu sempat bertanya
kepadaku namun aku pun tidak menjawabnya. Dengan perasaan gundah lalu Aku masuk
kedalam kamar dan menguncinya.
Saat itu aku terus terbayang-bayang
kejadian yang baru saja terjadi dimana Kelakuan mas Rudi yang sudah tega
merenggut keperawananku. Itulah kisahku diperkosa oleh tukang ojek di gubuk
persawahan pada malam hari.
Komentar
Posting Komentar