Kehidupan
tiap orang memang berbeda beda namun Aku memang cukup beruntung karena
berasal dari keluarga yang cukup berada karena ayahku merupakan
seorang pengusaha furniture kayu jati yang sebagian besar hasil produksinya di
ekspor keluar negeri sedangkan ibuku bekerja disebuah instansi pemerintah yang
ada didesaku.
Walaupun tinggal didesa namun ayahku sangat memperhatikan
pendidikan anaknya sehingga ketika aku selesai SMU kemudian ayahku meyuruhku
untuk melanjutkan kuliah ke luar negri. Wajar saja kalau aku selalu dimanjakan
karena aku memang anak mereka satu satunya.
Setelah dipertimbangkan akhirnya aku dikuliahkan di sebuah kota yang
cukup besar di amerika. Di sana aku
tinggal di sebuah apartemen milik saudara jauhku, di sana aku
tinggal bersama seorang sepupuku juga, jadi biaya tinggal bisa dibagi dua
supaya irit.
Aku jadian
dengannya sudah cukup lama dan mulai berhubungan badan sejak di sini. Dia
seorang yang berparas cantik dan rambutnya sangat indah. berkulit putih bersih,
tingginya sekitar 165 cm, badan langsing dan padat, rambutnya lurus panjang
sebahu.
Kami melewati
hari-hari kuliah dan kehidupan muda-mudi di sana dengan
gembira sampai akhir tahun. Saat itu di sana sudah
mulai suasana musim dingin, teman-temanku banyak yang sudah pulang termasuk
roomate-ku, aku dan Marina pun
sudah bersiap-siap akan pulang liburan juga. Tapi karena kehabisan tiket
pesawat. kami berdua terpaksa menunggu seminggu kemudian. Roomate-ku pulang
paling awal karena kebetulan ibunya sakit. Setelah dia pergi sambil menunggu
tanggal kepulangan kami, Marina sering
ke apartemenku bahkan menginap di sini, saat itu temannya juga sudah pulang.
Beberapa hari
sebelum pulang. Aku dan Marina pulang
dari taman hiburan pada larut malam, kami sampai di apartemenku kira-kira jam
10 malam. Saat itu daerah di sekitar sana sudah
sepi, aku masuk dan membuka pintu. Kami begitu terkejut ketika kulihat ruang
tamu sudah berantakan seperti habis ada pencuri, dan kudengar suara gaduh di
kamarku. Segera aku ke sana dengan
membawa pisau dapur untuk memeriksanya. Pintu kamar kudobrak tapi belum sempat
aku mengetahui apa-apa kepalaku sudah dipukul dari belakang sampai pingsan.
Aku tidak tahu
apa-apa selanjutnya sampai aku merasa tubuhku digoncang-goncang seseorang, aku
tersadar dan menemukan diriku sudah dalam keadaan terikat di sebuah kursi dan
mulutku disumpal kain sehingga tidak bisa bersuara. Aku melihat seorang pria
negro di depanku yang menyuruhku bangun, orangnya berbadan tinggi besar dan
kepalanya plontos dan kemudian kuketahui kalau ia bernama billy.
Dan satu orang lagi
juga negro berbadan agak gemuk yang bernama george. Yang membuatku panas adalah
si negro gendut itu sedang duduk di pinggir ranjangku sambil memangku Marina yang
saat itu tinggal memakai BH dan celana dalamnya saja.
“Diam, jangan
macam-macam atau kupatahkan lehermu, nurut saja kalau mau selamat!”. Dan si
botak berkata kepadaku,
“Hei, sudah bangun
ya, pacarmu boleh juga, kami pinjam dia sebentar ya, baru pergi”, dia berkata
begitu sambil menepuk-nepuk pipiku, aku mau berontak tapi tak bisa apa-apa.
Lalu dia mendekati Marina dan
berkata,
“Ok, sayang, ini
waktunya pesta, ayo kita bersenang-senang!”
Dia menyuruh Marina berlutut
di depannya dan menyuruhnya membukakan celananya lalu mengulum batang
kemaluannya.
Sambil menangis Marina memohon
belas kasih,
“Jangan.. tolong
jangan perkosa saya, ambil saja semua barang di sini!” belum selesai berkata
tiba-tiba, “Pllaakk..” si botak menampar pipinya dan menjambak rambutnya,
dengan paksa Marina dibuat
berlutut di depannya,
“Masukkan ke dalam
mulut kamu, hisap atau saya bunuh kamu!”
Terpaksa dengan
putus asa Marina membuka celananya dan begitu dia menurunkan celana dalamnya
tampaklah benda hitam panjang berwarna hitam, tanpa buang waktu si botak segera
memasukkan benda itu ke mulut Marina, batang kemaluannya tidak dapat sepenuhnya
masuk karena terlalu besar, dengan kasar dia memaju-mundurkan kepala Marina.
Temannya yang
gendut juga tidak tinggal diam, setelah dia melepas semua pakaiannya dia
berdiri di samping Marina, menyuruh Marina mengocokkan batang kemaluannya
dengan tangan, batang kemaluan si gendut tidak sebesar temannya, tapi
diameternya cukup lebar sesuai dengan tubuhnya. Sekarang Marina dalam posisi
berlutut dengan mulut dijejali kemaluan si botak dan tangan kanannya mengocok
batang kemaluan si gendut.
“Emmhh..
benar-benar enak emutan gadis Asia ,
lain dari yang lain”, kata si botak.
“Iya, kocokannya
juga enak banget, tangannya halus nih”, timpal yang gendut.
Si botak akhirnya
ejakulasi di mulut Marina ,
cairan putih kental memenuhi mulut Marina menetes
di pinggir bibirnya seperti vampire baru menghisap darah, dan Marina terpaksa
meminum semuanya karena takut ancaman mereka. Setelah itu mereka melepas BH dan
CD Marina sehingga dia benar-benar telanjang bulat sekarang, tampaklah payudara
34B-nya dan bulu-bulu kemaluannya yang lebat.
Kali ini si gendut
duduk di pinggir ranjang dan menyuruh Marina berjongkok
di depannya sambil memijati batang kemaluan dengan payudaranya. Marina terpaksa
menggesek-gesekkan payudaranya di kemaluan itu sambil menjilati ujung batang
kemaluannya sehingga si gendut mendengus keenakan. Sementara itu si botak
berbaring di bawah kemaluan Marina dan
menjilati liang kemaluannya sambil sesekali menusuk-nusukkan jarinya ke liang
kemaluan itu.
sekitar 10 menit
dikocok, si gendut memuncratkan maninya dan membasahi wajah serta payudara Marina .
Kali ini dia sudah tak tahan dengan rasa cairan itu, sehingga dia
memuntahkannya. Melihat itu si gendut jadi gusar, dia lalu menjambak rambut Marina dan
menampar pipinya sampai dia jatuh ke ranjang, “Pelacur, kurang ajar,
berani-beraninya membuang air maniku.. kalo sekali lagi begitu kurontokkan
gigimu, dengar itu!” bentaknya.
Kemarahanku bangkit
karena pacarku diperlakukan begitu, aku meronta-ronta di kursiku tapi ikatannya
terlalu kencang sehingga hanya dapat membuat kursi itu bergoyang-goyang.
Melihat reaksiku si gendut berkata, “Kenapa? Kamu tidak terima ya pacarmu kami
pinjam, tapi sayang sekarang kamu nggak bisa ngapa-ngapain, jadi jangan
macem-macem ya, ha.. ha.. ha..!”
Mereka kembali
menggerayangi tubuh Marina ,
kali ini si gendut membuka lebar pahanya dan memasukkan batang kejantanannya ke
liang kemaluan Marina .
Batang kemaluan yang ukurannya besar itu dimasukkannya dengan paksa ke liang
kemaluan Marina yang
masih sempit, sehingga dari wajah Marina terlihat
dia menahan sakit yang amat sangat. Sementara itu si botak dengan ganasnya beradu
lidah dengan Marina sambil
tangannya turut bekerja memilin-milin putingnya.
Si gendut
memaju-mundurkan pantatnya dengan cepat. Selama beberapa menit digenjot
akhirnya badan Marina menegang
sampai secara refleks dia memeluk si botak yang sedang menjilati payudaranya,
dia mengalami orgasme sampai akhirnya melemas kembali.
“He.. he.. he..
Baru kali ini kan loe
ngerasain pria Negro, gimana rasanya enak tidak, jawaabb..!” bentak si gendut
sambil menarik rambutnya.
Karena takut mereka
semakin gila, terpaksa dengan berlinang air mata dia menjawab, “E.. e.. enak,
enak sekali!”
“Jawab lebih keras
supaya pacar loe dengar pengakuan loe!” kata si botak.
“Iya, saya suka
sekali bercinta dengan kalian”, jawabnya dengan lebih keras.
“Tuh, kamu dengar kan ,
apa kata pacarmu, dia suka pada kami, ha.. ha.. ha..!” ejek mereka padaku.
Hatiku benar-benar
serasa mau meledak tapi aku tidak bisa apa-apa. Kemudian si botak membuat
posisi badan Marina gaya posisi anjing, dia memasukkan kejantanannya yang
berukuran 20 cm lebih itu ke pantatnya hingga terbenam seluruhnya, lalu dia
menariknya lagi dan dengan tiba-tiba sepenuh tenaga dihujamkannya benda panjang
itu di pantat Marina hingga membuatnya tersentak kaget dan kesakitan sampai
matanya membelakak disertai teriakan panjang,
“Aaahh..! Stoop,
kumohon jangan!” Mereka berdua malah tertawa-tawa menyaksikan hal itu. Si
gendut menimpali, “Sstt, tenang sayang, jangan terlalu ribut, kalo ada orang
masuk kalian berdua celaka nanti!” Sekarang Marina sedang menghisap kemaluan si
gendut sementara si botak menggenjotnya dari belakang.
Payudaranya yang
bergantung itu juga dimainkan oleh mereka berdua. Tidak lama si botak ejakulasi
karena terlalu sempit. Dari mulut Marina yang
dipenuhi batang kemaluan yang besar itu hanya terdengar, “Emhh.. emhh.. emmhh!”
Mereka berganti posisi lagi, kali ini si botak memangku Marina dengan
membelakanginya dan menancapkan batang kemaluannya ke liang kemaluan Marina .
Dia menggerakkan pantatnya naik turun, dan Marina pun
tanpa terasa, turut mengikuti irama gerak si gendut.
Si botak mengambil
sekaleng bir dari kulkas dan menyiramkannya ke tubuh Marina lalu
menjilat-jilat tubuh mulus itu. Si gendut juga sambil bergoyang menjilati leher
jenjang Marina ,
lidah si botak lalu bermain dalam mulutnya sementara tangannya meremas-remas
payudara kenyal padat itu. Marina yang
sudah tidak berdaya itu hanya bisa menangis sambil menatap padaku dengan
ekspresi menyedihkan dan sesekali mengeluarkan suara, “Ahh.. emmhh.. ahh..”
Setelah si gendut
selesai dengan gaya pangkuannya,
tampaknya si botak belum puas. Dia memiringkan tubuh Marina lalu
mengangkat kaki kanan Marina ke
bahunya dan mulai melancarkan tusukan-tusukan mautnya di liang kemaluan Marina .
Dia menahan sakit bercampur nikmat itu dengan menggigit kain bantal, wajahnya
yang sudah penuh air mata dan memar bekas tamparan itu tidak membuat iba kedua
bajingan itu, si botak tanpa kenal ampun berkali-kali menghujamkan senjatanya
dengan sepenuh tenaga. Temannya yang gendut itu juga menjilati payudara Marina ,
lidahnya bermain-main di ujung putingnya.
Akhirnya Marina
pingsan karena kehabisan tenaga. Mereka membuang mani mereka di tubuh mulus itu
dan meratakannya hingga mengkilap. Yang lebih kejam lagi si botak malah
mengencingi tubuh yang sudah tidak berdaya lagi. Sesudah beres-beres mereka
berkata padaku, “Hei, kami kembalikan tuh pacarmu, dia cantik tapi sayang
terlalu lemah, baru segitu saja sudah pingsan, tapi kami cukup puas juga kok
sama servisnya, thank you man, bye..” Mereka pun menghilang di kegelapan malam
bersama hasil jarahannya. Kasihan sekali nasib Marina sejak
malam jahanam itu, dia sering termenung dan menangis sendirian.
Sepulangnya ke Jakarta dia
juga tidak mau kembali lagi ke New
York .
Terpaksa kuliahnya dilanjutkan di sini saja. Memang melalui terapi intensif,
dia mulai bisa kembali bergaul seperti biasa. Tapi dia masih trauma pada orang
negro, melihat negro di film pun dia kadang merasa agak kaget.
Untung aku dan
keluarganya terus memperhatikan dan masih mau menerima dia apa adanya. Yang
disayangkan adalah pelakunya belum tertangkap, dan sejak itupun aku pindah
apartemen agar tidak terlalu terpikir pada peristiwa nahas itu. Dan memang
kabarnya daerah itu memang tidak begitu aman karena lokasinya tidak jauh dari
tempat mangkalnya geng-geng dan pengangguran. Aku hanya berharap suatu hari
kedua
bajingan itu
tertangkap dan mendapat hukuman seberat-beratnya.
Komentar
Posting Komentar