Aku
adalah seorang ayah dari 2 orang anak lelaki yang berusia 9 dan 4 tahun.
Isteriku bekerja sebagai Manager di suatu prusahaan swasta. Kehidupan rumah
tanggaku harmonis dan bahagia, kehidupan seks-ku dengan isteriku tidak ada
hambatan sama sekali. Kami memiliki seorang pembantu, Yuli namanya, berumur
kurang lebih 23 tahun, belum kawin dan masih lugu karena kami dapatkan langsung
dari desanya di Jawa Timur. Wajahnya biasa saja, tidak cantik juga tidak jelek,
kulitnya bersih dan putih terawat, badannya kecil, tinggi kira-kira 157 cm,
tidak gemuk tapi sangat ideal dengan postur tubuhnya, buah dadanya lumayan
besar
Cerita
ini terjadi beberapa tahun yang lalu, berawal ketika aku pulang kantor kurang
lebih pukul 14:00, jauh lebih cepat dari biasanya yang pukul 19:00. Anakku
biasanya pulang dengan ibunya pukul 18:30, dari rumah neneknya. Seperti
biasanya, aku langsung mengganti celanaku dengan sarung kegemaranku yang tipis
tapi adem, tanpa celana dalam. Pada saat aku keluar kamar, nampak Yuli sedang
menyiapkan minuman untukku, segelas besar es teh manis.
Pada
saat dia akan memberikan padaku, tiba-tiba dia tersandung karpet di depan sofa
di mana aku duduk sambil membaca koran, gelas terlempar ke tempatku, dan dia
terjerembab tepat di pangkuanku, kepalanya membentur keras kemaluanku yang
hanya bersarung tipis. Spontan aku meringis kesakitan dengan badan yang sudah
basah kuyup tersiram es teh manis, dia bangun membersihkan gelas yang jatuh
sambil memohon maaf yang tidak henti-hentinya.
![]() |
Yuli |
Semula aku akan marah, namun melihat
wajahnya yang lugu aku jadi kasihan, sambil aku memegangi kemaluanku aku
berkata, “Sudahlah nggak pa-pa, cuman iniku jadi pegel”, sambil menunjuk
kemaluanku.
“Yuli harus gimana Pak?” tanyanya lugu.
Aku berdiri sambil berganti kaos oblong,
menyahut sambil iseng, “Ini musti diurut nih!”
“Ya, Pak nanti saya urut, tapi Yuli bersihin
ini dulu Pak!” jawabnya.
Aku langsung masuk kamar, perasaanku saat
itu kaget bercampur senang, karena mendengar jawaban pembantuku yang tidak
disangka-sangka. Tidak lama kemudian dia mengetuk pintu, “Pak, Mana Pak yang
harus Yuli urut..” Aku langsung rebah dan membuka sarung tipisku, dengan
kemaluanku yang masih lemas menggelantung. Sum menghampiri pinggir tempat tidur
dan duduk.
“Pake, rhemason apa balsem Pak?” tanyanya.
“Jangan.. pake tangan aja, ntar bisa panas!”
jawabku.
Lalu dia meraih batang kemaluanku
perlahan-lahan, sekonyong-konyong kemaluanku bergerak tegang, ketika dia
menggenggamnya.
“Pak, kok jadi besar?” tanyanya kaget.
“Wah itu bengkaknya mesti cepet-cepet
diurut. Kasih ludahmu aja biar nggak seret”, kataku sedikit tegang.
Dengan tenang wajahnya mendekati kemaluanku,
diludahinya ujung kemaluanku.
“Ah.. kurang banyak”, bisikku bernafsu.
Kemudian kuangkat pantatku, sampai ujung
kemaluanku menyentuh bibirnya, “Dimasukin aja ke mulutmu, biar nggak cape
ngurut, dan cepet keluar yang bikin bengkak!” perintahku seenaknya.
Perlahan dia memasukkan kemaluanku,
kepalanya kutuntun naik turun, awalnya kemaluanku kena giginya terus, tapi
lama-lama mungkin dia terbiasa dengan irama dan tusukanku. Aku merasa nikmat
sekali. “Akh.. uh.. uh.. hah..” Kulumannya semakin nikmat, ketika aku mau
keluar aku bilang kepadanya, “Yul nanti kalau aku keluar, jangan dimuntahin ya,
telan aja, sebab itu obat buat kesehatan, bagus sekali buat kamu”, bisikku.
“Hepp.. ehm.. Hhm”, jawabnya sambil melirikku dan terus mengulum naik turun.
Akhirnya kumuncratkan semua air maniku.
“Akh.. akh.. akh.. Yul.. Yum.. enakhh..” Pada saat aku menyemprotkan air
maniku, dia diam tidak bergerak, wajahnya meringis merasakan cairan asing
membasahi kerongkongannya, hanya aku saja yang membimbing kepalanya agar tetap
tidak melepas kulumannya.
Setelah aku lemas baru dia melepaskan
kulumannya, “Udah Pak?, apa masih sakit Pak?” tanyanya lugu, dengan wajah yang
memelas, bibirnya yang basah memerah, dan sedikit berkeringat. Aku tertegun
memandang Yyl yang begitu menggairahkan saat itu, aku duduk menghampirinya,
“Yul kamu capek ya, apa kamu mau tahu kalau kamu diurut juga kamu bisa seger
kayak Bapak sekarang!”
“Nggak Pak, saya nggak capek, apa bener sih
Pak kalo diurut kayak tadi, bisa bikin seger? tanyanya semakin penasaran. Aku
hanya menjawab dengan anggukan dan sambil meraih pundaknya kucium keningnya,
lalu turun ke bibirnya yang basah dan merah, dia tidak meronta juga tidak
membalas. Aku merasakan keringat dinginnya mulai keluar, ketika aku mulai
membuka kancing bajunya satu persatu, sama sekali dia tidak berontak hingga
tinggal celana dalam dan Bh-nya saja.
Tiba-tiba dia berkata, “Pak, Yul malu Pak,
nanti kalo Ibu dateng gimana Pak?” tanyanya takut.
“Lho Ibu kan baru nanti jam enam, sekarang
baru jam tiga, jadi kita masih bisa bikin seger badan”, jawabku penuh nafsu.
Lalu semua kubuka tanpa penutup, begitu juga aku, kemaluanku sudah mulai
berdiri lagi. Dia kurebahkan di tepi tempat tidur, lalu aku berjongkok di depan
dengkulnya yang masih tertutup rapat, “Buka pelan-pelan ya, nggak pa-pa kok,
aku cuma mau urut punya kamu”, kataku meyakinkan, lalu dia mulai membuka
pangkal pahanya, putih, bersih dan sangat sedikit bulunya yang mengitari liang
kewanitaannya, cenderung botak.
Dengan ketidaksabaranku, aku langsung
menjilat bibir luar kewanitaannya pembantu lugu korban seks majikan, tanpa
ampun aku jilat, sesekali aku sodokkan lidahku ke dalam, “Akh.. Pak geli..
akh.. akuhhfh..” Klitorisnya basah mengkilat, berwarna merah jambu. Aku hisap,
hanya kira-kira 5 menit kulumat liang kewanitaannya, lalu dia berteriak sambil
menggeliat dan menjepit kepalaku dengan pahanya serta matanya terpejam. “Akh..
akh.. uahh..” teriakan panjang disertai mengalirnya cairan dari dalam liang
kewanitaannya yang langsung kujilati sampai bersih.
“Gimana Yul, enak?” tanyaku nakal. Dia
mengangguk sambil menggigit bibir, matanya basah kutahu dia masih takut. “Nah
sekarang, kalau kamu sudah ngerti enak, kita coba lagi ya, kamu nggak usah
takut!”. Kuhampiri bibirnya, kulumat bibirnya, dia mulai memberikan reaksi,
kuraba buah dadanya yang kecil, lalu kuhisap-hisap puting susunya, dia
menggelinjang, lama kucumbui dia, hingga dia merasa rileks dan mulai memberikan
reaksi untuk membalas cumbuanku, kemaluanku sudah tegang.
Kemudian kuraba liang kewanitaannya yang
ternyata sudah berlendir dan basah, kesempatan ini tidak kusia-siakan,
kutancapkan kemaluanku ke dalam liang kenikmatannya, dia berteriak kecil,
“Aauu.. sakit Pak!”.
Lalu dengan perlahan kutusukkan lagi, sempit memang,
“Akhh.. uuf sakit Pak..”. Melihat wajahnya yang hanya meringis dengan bibir
basah, kuteruskan tusukanku sambil berkata, “Ini nggak akan lama sakitnya,
nanti lebih enak dari yang tadi, sakitnya jangan dirasain..” tanpa menunggu
reaksinya kutancapkan kemaluanku, meskipun dia meronta kesakitan, pada saat
kemaluanku terbenam di dalam liang surganya kulihat matanya berair (mungkin
menangis) tapi aku sudah tidak memikirkannya lagi, aku mulai mengayunkan semua
nafsuku untuknya.
Hanya sekitar 7 menit dia tidak memberikan
reaksi, namun setelah itu aku merasakan denyutan di dalam liang kewanitaannya,
kehangatan cairan liang kewanitaannya dan erangan kecil dari bibirnya. Aku tahu
dia akan mencapai klimaks, ketika dia mulai menggoyangkan pantatnya, seolah membantu
kemaluanku memompa tubuhnya.
Tak lama kemudian, tangannya merangkul erat
leherku, kakinya menjepit pinggangku, pantatnya naik turun, matanya terpejam,
bibirnya digigit sambil mengerang, “Pak.. Pak terus.. Pak.. Yul.. Yull..Yul..
daapet enaakhh Pak.. ahh..” mendengar erangan seperti itu aku makin bernafsu,
kupompa dia lebih cepat dan.. “.. akh.. akh.. akh..” kusemprotkan semua
maniku dalam liang kewanitaannya, sambil kupandangi wajahnya yang lemas. Aku
lemas, dia pun lemas.
“Yul aku nikmat sekali, habis ini kamu mandi
ya, terus beresin tempat tidur ini ya!”, suruhku di tengah kenikmatan yang
kurasakan.
“Ya Pak”, jawabnya singkat sambil mengenakan
pakaiannya kembali.
Ketika dia mau keluar kamar untuk mandi dia
berbalik dan bertanya, “Pak.. kalo pulang siang kayak gini telpon dulu ya Pak,
biar Yul bisa mandi dulu terus bisa ngurutin Bapak lagi”, lalu ngeloyor keluar
kamar, aku masih tertegun dengan omongannya barusan, sambil menoleh ke sprei
yang terdapat bercak darah perawannya.
Saat ini Yuli masih bekerja di rumahku,
setiap 2 hari menjelang menstruasi (datang bulannya sangat teratur), aku pulang
lebih awal untuk berhubungan dengan pembantuku, namun hampir setiap hari di
pagi hari kurang lebih pukul 5, kemaluanku selalu dikulumnya saat dia mencuci di
ruang cuci, pada saat itu isteriku dan anak-anakku belum bangun.
Komentar
Posting Komentar