Aku
adalah wanita berumur 29 tahun, sekarang aku tinggal sendirian di rumahku yang
terletak di salah satu komplek yang disebut sebagian orang sebagai komplek
orang berduit di wilayah Jakarta. Walau Aku telah lama menikah hingga kini aku
belum memiliki anak. Rumah yang kutempati ini adalah hadiah perkawinan untukku,
suamiku membeli rumah ini atas namaku. “Sebagai bukti ketulusan sayangku
padamu” katanya.
Rumah-rumah di komplekku terbilang saling berjauhan karena
masing-masing rumah memiliki pekarangan yang luas. Hidup di Jakarta menyebabkan
aku juga tidak begitu mengenal tetanggaku. Kami masing-masing memiliki
kehidupan sendiri-sendiri.
Malam itu aku pulang agak larut karena baru pulang dari bertemu
salah seorang teman yang baru kukenal dari dunia maya. Setelah mengunci pintu
depan aku mencari-cari kontak lampu karena suasana rumahku masih gelap. Begitu
lampu menyala, aku langsung menuju kamarku untuk mengganti baju yang kotor.
Aku
melepaskan seluruh pakaianku lalu menyimpan baju kotorku di keranjang yang
memang kusediakan di kamar untuk pakaian kotor. Sungguh aku sekarang telanjang
bulat. Aku merasa sendiri di rumahku sehingga aku merasa bebas walaupun ke
ruang tengah atau ke dapur dalam keadaan telanjang.
Aku masuk ke kamar mandi untuk membersihkan badanku. Selesai mandi
rasanya badanku terasa segar. Kemudian duduk santai menonton TV di ruang tengah
sambil minum susu hangat. Aku hanya melilitkan handuk pada badanku, sambil
mengeringkan rambutku dengan kipas angin aku buka channel TV sana-sini.
Acaranya tidak ada yang menarik hatiku.
Deisy |
Iseng-iseng aku menonton
film BF koleksiku yang baru saja aku download. Melihat adegan difilm aku
menjadi sedikit terangsang melihat adegan itu, “Aaah.. seandainya ada seorang
pria disampingku saat ini”,pikirku.
Aku melepaskan handuk yang
melilit badanku, lalu mengelus-elus payudaraku sendiri dengan lembut.
Payudaraku memang cukup besar ukuran 34 B, tadi saja saat bertemu dengan
temanku pertama kalinya dia memuji bentuk payudaraku “Montok” ujarnya. Untuk
urusan mengurus badan, aku memang agak telaten. Karena bagiku kecantikan wanita
dan kemulusan badan itu adalah harga mati. Aku tidak menyadari sama sekali
kalau ada sepasang mata yang memperhatikan kegiatanku
Kuelus-elus buah dadaku
dengan lembut hingga terus terang menimbulkan rangsangan tersendiri bagiku.
Libidoku tiba-tiba datang dan hasratku jadi memuncak, rasanya aku ingin
berlama-lama, matakupun tak terasa mulai sayu merem melek merasakan rangsangan.
Kali ini bukan lagi belaian
yang kulakukan, tapi aku sudah mulai melakukan remasan ke buah dadaku.
Kupilin-pilin puting susuku dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjukku.
Nikmat sekali rasanya. Tanganku perlahan-lahan turun mengelus-elus
selangkanganku. Saat jari-jariku mengenai bibir-bibir vaginaku, aku pun
merasakan darah yang mengalir di tubuhku seakan mengalir lebih cepat daripada
biasanya.
Aku terangsang sekali,
liang vaginaku sudah dibanjiri oleh lendir yang keluar membasahi bibir
vaginaku. Lalu jari-jariku kuarahkan ke klitorisku. Kutempelkan dan
kugesek-gesek klitorisku dengan jariku sendiri hingga aku pun tak kuasa
membendung gejolak dan hasratku yang semakin menggebu. Badanku melengkung
merasakan kenikmatan, kukangkangkan pahaku semakin lebar. Jari tengah dan
telunjuk tangan kiriku kupakai untuk menyibak bibir vaginaku sambil
menggesek-geseknya. Sementara jari tengah dan telunjuk tangan kananku aktif
menggosok-gosok klitorisku.
Kualihkan jari tangan
kananku ke arah lipatan vaginaku. Ujung jariku mengarah ke pintu masuk liang
kenikmatanku, kusorongkan sedikit masuk ke dalam. Liang vaginaku sudah
benar-benar basah oleh lendir yang licin hingga dengan mudahnya menyeruak masuk
ke dalam liang vaginaku. Kini jari tangan kiriku sudah tidak perlu lagi
menyingkap bibir kemaluanku lagi hingga kualihkan tugasnya untuk
menggesek-gesek klitorisku.
Kukocokkan jari tangan
kananku keluar masuk liang vaginaku. Jari-jariku menyentuh dan menggesek-gesek
dinding vaginaku bagian dalam, ujung-ujung jariku menyentuh G-spot, punggung
dan kepalaku jadi tersandar kuat pada sofa di ruang tengah, seakan-akan tubuhku
melayang-layang dengan kenikmatan tiada tara.
Aku sudah benar-banar
mencapai puncaknya untuk menuju klimaks saat ada sesuatu yang rasanya akan
meledak keluar dari dalam rahimku, ini pertanda aku akan segera mencapai
orgasme. Gesekan jari tangan kiri di klitorisku makin kupercepat lagi, demikian
pula kocokan jari tangan kanan dalam vaginaku pun makin kupercepat pula. Untuk
menyongsong orgasmeku yang segera tiba, kurasakan kedutan bibir vaginaku yang
tiba-tiba mengencang menjepit jari-jariku yang masih berada di dalam liang
senggamaku.
Bersamaan dengan itu aku
merasakan sesekali ada semburan dari dalam yang keluar membasahi dinding
vaginaku. Aku serasa sedang kencing namun yang mengalir keluar lebih kental
berlendir, itulah cairan maniku yang mengalir deras.
“AHH……..” aku terpekik,
lalu tubuhku bergetar hebat. Setelah beberapa detik baru terasa badanku seperti
lemas sekali.
Mataku terpejam sambil
menikmati rasa indah yang menjalar di sekujur badanku, tiba-tiba tersa ada
benda dingin menempel di leherku. Mataku sedikit terbuka, lalu…..
“ Diam atau lehermu akan
terluka.” Suara seorang laki-laki terdengar mengejutkanku. Jantungku rasanya
hampir berhenti menyadari ada pria yang menempelkan pisau ke leherku, dan aku
dalam keadaan telanjang……..
Aku terdiam tak berdaya
ketika dia berusaha mengikat tanganku. Aku takut kalau dia merasa terancam,
maka dia akan membunuhku. Matanya jelalatan melihat tubuhku yang tidak tertutup
sehelai kain. Terbersit penyesalan dalam hatiku, kenapa aku sangat gegabah.
Bagaimana dia masuk ke dalam rumah ini, dan apa yang akan mereka lakukan.
Segala macam perasaan dalam diriku saat itu.
“He.. he.. he… cantik,
ijinkan aku untuk membantumu menyelesaikan hasrat terpendam dalam dirimu.”
lelaki itu duduk disampingku.
“Nah cantik…. Sekarang aku
akan memuaskanmu.” Ternyata Laki-laki itu adalah laki-laki yang aku kenal , “Ryan,
apa maksud semua ini”, teriakku. Ryan adalah teman dunia maya yang siang tadi
sempat bertemu denganku. Tidak kusangka dia mengikutiku hingga ke rumah tempat
tinggalku. Ryan hanya diam mendengar pertanyaanku kemudian dengan kalemnya dia
raih tangan dan pinggangku untuk memelukku. Antara takut dan marah, aku masih
berontak dan berusaha melawan. Kutendangkan kakiku ke tubuhnya sekenanya,
tetapi.. Ya ampuunn.. Dia tidak bergeming sama sekali terhadap hal itu.
Ryan lalu menyeretku menuju
ke kamar tidurku. Aku setengah dibantingkannya ke ranjang. Dan aku benar-benar
terbanting. Dia ikat tanganku ke backdrop ranjang itu. Aku meraung, menangis
dan berteriak sejadi-jadinya, tapi hanya terdengar gumaman dari mulutku karena
mereka membekap mulutku. hingga akhirnya, sehingga aku menyadari tidak ada
gunanya lagi berontak maupun berteriak. Sesudah itu dia tarik tungkai kakiku
mengarah ke dirinya. Dia nampak berusaha menenangkan aku, dengan cara menekan
mentalku, seakan meniupi telingaku. Dia berbisik dalam desahnya,
“Ayolah Deisy, jangan lagi
memberontak. Percuma khan, jarak antar rumah di komplek ini cukup berjauhan.
Lagian kalaupun ada yang tahu mereka tidak akan berani menggangu”.
Aku berpikir cepat
menyadari kata-katanya itu dan menjadi sangat khawatir. Ryan seakan-akan
sengaja memperhitungkan keadaan. Kemudian dengan tersenyum dia benamkan
wajahnya ke ketiakku. Dia menciumi, mengecup dan menjilati lembah-lembah
ketiakku. Dari sebelah kanan kemudian pindah ke kiri. Menimbulkan rasa geli
sekaligus membangkitkan gairah.
Tangan-tangannya menjamah dan menelusup
kemudian mengelusi pinggulku, punggungku, dadaku. Tangannya juga meremas-remas
susuku. Dengan jari-jarinya dia memilin puting-puting susuku. Disini dia
melakukannya mulai dengan lembut dan demikian penuh perasaan. Bajingan! Dia
pikir bisa menundukkan aku dengan caranya yang demikian itu. Aku terus berontak
dalam geliat.. Tetapi aku bagaikan mangsa yang siap diterkam.
Aku sesenggukan
melampiaskan tangisku dalam sepi. Tak ada suara dari mulutku yang tersumpal.
Yang ada hanya air mataku yang meleleh deras. Aku memandang ke-langit-langit
kamar. Aku merasa sakit atas ketidak adilan yang sedang kulakoni. Kini Ryan
menatapku. Aku menghindari tatapan matanya. Dia menciumi pipiku dan menjilat
air mataku,
“Deisy Kamu cantik banget …..
” dia berusaha menenangkanku.
Dia juga menciumi tepian
bibirku yang tersumpal. Tangannya meraba pahaku dan mulai meraba-raba kulitku
yang sangat halus karena tak pernah kulewatkan merawatnya. Ryan tahu kehalusan
kulitku. Dia merabanya dengan pelan dan mengelusinya semakin lembut. Betapa aku
dilanda perasaan malu yang amat sangat. Hanya suamiku yang melihat auratku
selama ini, tiba-tiba ada seorang laki-laki asing yang baru saja aku kenal
demikian saja merabaiku dan menyingkap segala kerahasiaanku.
Aku merasakan betisku,
pahaku kemudian gumpalan bokongku dirambati tangan-tangannya. Pemberontakanku
sia-sia. Wajahnya semakin turun mendekat hingga kurasakan nafasnya yang
meniupkan angin ke selangkanganku. Ryan mulai menenggelamkan wajahnya ke
selangkanganku.
“ Ah…..” Bukan main. Aku
mendesiz . Aku tak kuasa menolak semua ini. Segala berontakku kandas. Kemudian
aku merasakan lidahnya menyapu pori-pori selangkanganku.
Lidah itu sangat pelan
menyapu dan sangat lembut. Darahku berdesir. Duniaku seakan-akan berputar dan
aku tergiring pada tepian samudra yang sangat mungkin akan menelan dan
menenggelamkan aku. Aku mungkin sedang terseret dalam sebuah arus yang sangat
tak mampu kulawan. Aku merasakan lidah-lidah Ryan seakan menjadi seribu lidah.
Seribu lidah Ryan menjalari semua bagian-bagian rahasiaku. Seribu lidah Ryan
inilah yang menyeretku ke tepian samudra kemudian menyeret aku untuk tertelan
dan tenggelam. Aku tak bisa pungkiri. Aku sedang jatuh dalam lembah nikmat yang
sangat dalam.. Aku sedang terseret dan tenggelam dalam samudra nafsu birahiku.
Aku sedang tertelan oleh gelombang nikmat syahwatku sendiri.
Dan saat kombinasi lidah
yang menjilati selangkanganku dan sesekali dan jari-jari tangannya yang
mengelusi paha di wilayah puncak-puncaknya rahasiaku, aku semakin tak mampu
menyembunyikan rasa nikmatku. Isak tangisku terdiam, berganti dengan desahan
dari balik kain yang menyumpal mulutku. Dan saat kombinasi olahan bibir dan
lidah dipadukan dengan bukan lagi sentuhan tetapi remasan pada kemaluanku,
desahanku berganti dengan rintihan yang penuh derita nikmat birahi.
Ryan tiba-tiba mrenggut
sumpal mulutku.Dia begitu yakin bahwa aku telah tertelan dalam syahwatku.
“Ayolah, sayang..
mendesahlah.. merintihlah.. Puaskan aku….. bukankah itu yang kamu inginkan, aku
akan merealisasikan semua fantasimu yang selama ini terpendam”
Mendengar itu rasa takut
hilang aku mendesah dan merintih sangat histeris. Kulepaskan dengan liar derita
nikmat yang melandaku. Aku kembali menangis dan mengucurkan air mata. Aku
kembali berteriak histeris. Tetapi kini aku menangis, mengucurkan air mata dan
berteriak histeris beserta gelinjang syahwatku. Aku meronta menjemput nikmat.
Aku menggoyang-goyangkan pinggul dan pantatku dalam irama nafsu birahi yang
menerjangku.
Aku tak mampu mengendalikan
diriku lagi. Aku bergoncang-goncang mengangkat pantatku untuk mendorong dan
menjemputi bibirnya karena kegatalan yang amat sangat pada kemaluanku dilanda
nafsu birahi. Dan kurasakan betapa kecupan dan gigitan lidah Ryan ini membuatku
seakan-akan menggigil dan gemetar lupa diri.
“Masukin… Ryan.. auh… aku
gak tahan…..siksa aku lecehkan aku..aah.. jadikan aku budak seksmu” aku
mendesah tidak karuan. Akhirnya karena tak mampu aku menahannya lagi aku
merintih.
Mendengar desahan ku Ryan
terlihat tersenyum, dan “Cuihh” dia meludahiku. Tapi entah kenapa aku semakin
bergairah. “Aahh ludahi aku, lecehkan aku, perkosa aku” rintihku tanpa bisa
menahan nafsuku yang sudah lama kupendam.
“Hahaha Deisy.. Deisy..
dasar lonte kamu, maunya cuma dientotinl aja kan” Ryan berkata setelah seolah
hendak menghinaku. Tapi perasaan apa ini aku malah menikmatinya. Ingin lebih
lagi dihina dan dilecehkan seperti ini.
“Tetek mu bagus Deisy” puji
Ryan terhadap payudara ku, tapi Plak..plak,.. tiba-tiba Ryan menampar
payudaraku dengan sangat kasar. “Ahhh..” aku melenguh kesakitan namun juga
merasakan nikmat yang sangat sulit dibayangkan. Ryan sepertinya mempraktekkan
semua hal yang dulu pernah kami bicarakan didalam chating.
“Kamu suka kan teteknya
ditampar seperti ini, benarkan ayo jawab LONTE” Ryan mulai berkata kasar
kepadaku tapi ini adalah fantasiku yang sudah lama ingin aku dapatkan. “Lagi
hina aku lebih kasar lagi”, bathinku meminta.
“Ayo berdiri kamu lonte
cepat jilatin kontol sama anus ku” perintahnya, aah awalnya aku merasa jijik
tapi entah kenapa aku begitu menikmati ini, Serr... dari lubang kencing kontol
Ryan keluar air saat aku sedang mengulumi kontolnya.
“Uhukk... uhukk...”, aku
tersedak karena kaget. Melihat itu Ryan memerintahkan aku untuk meminum air
kencingnya.
“Ayoo minum .. lonte
hauskan?? minum yang banyak!!” teriaknya. Sambil menampar Pipiku “Plak..
Plaaak...” memaksa agar mau membuka mulutku. Rambutnya ditarik olehnya hingga
aku jatuh terjerembab. Namun ryan bukannya berhenti malah dia semakin
mengencingi aku dengan air seninya. “Gimana bukannya Kamu suka dikencingin
seperti ini haaah” Aku yang memang sudah tidak bisa lagi menaha diri langsung
membuka mulutnya dan meminum kecing yang jatuh.
Aku mulau mendesah seperti
orang kesurupan “oouuwhh,, Ryan sayanggg, ooohhhh”
“Iyaa Ryan,, mandiin
lontemu dengan kencing,, ooohhhh”
“Berdiri”, perintah Ryan
denga menarik rambutku dan dia kemudian menyuruhku untuk menungging. Plaak..
Plak... Ryan menampar pantatku “Hahaha pantat ini dah dianal sama siapa ja
haah..plak..plak..ayo bilang” Ryan mulai kembali menghinaku dengan kata-katanya
“oohh, ampuun ryan, aahh,,
anusku baru sama suami saya saja,, oouuwwhhh” lenguh ku saat Ryan berkali-kali
menampar pantatku.
Kemudian aku merasakan Ryan
mulai membuka pahaku dan terlihatlah Memek ku yang merona dan merekah. “Plaak...
Plaak” kali ini giliran memekku yang ditamparnya. “Aaahh” aku mendesis
merasakan kenikmatan saat dia melakukannya.
“oohh,, mmmmmm,, enaak
Ryan,, mksihh Ryan, aahhh,, tampar memek lontemu Ryan,, kerasss,, uuhhh”
“ooouuhh tampr keras,, sini
jarimuu,, masukin ryan tusuk yg cepatt n kasarr,, oohhhhh,,” aku semakin
meracau dan kehilangan kesadaran
“Ahhhh..,” aku akhirnya
mengalami orgasme kembali namun kali ini terasa begitu nikmat. Sudah sejak lama
aku mengidam-idamkan hal ini.
Rintihan itu membuat Ryan
itu mendekatkan wajahnya ke wajahku hingga bisa kuraih bibirnya. Aku rakus
menyedotinya. Aku berpagut dengan pemerkosaku. Aku melumat mulutnya. Aku
benar-benar dikejar badai birahiku. Aku benar-benar dilanda gelombang
syahwatku.
Aku betul-betul tidak sabar
menunggu dia melepas pakaiannya. Aku masih berkelojotan diranjang. Dan kini aku
benar-benar menunggu Ryan itu memasukkan kontolnya ke kemaluanku pula. Aku
benar-benar berharap karena sudah tidak tahan merasakan badai birahiku yang
demikian melanda seluruh organ-organ peka birahi di tubuhku. Tiba-tiba aku
merasakan sesuatu yang sama sekali diluar dugaanku. Aku sama sekali tak
menduga, karena memang aku tak pernah punya dugaan sebelumnya. Kemaluan Ryan
ini demikian gedenya.
Rasanya ingin tanganku
meraihnya, namun belum lepas dari ikatan dasi di backdrop ranjang ini. Yang
akhirnya kulakukan adalah sedikit mengangkat kepalaku dan berusaha melihat
kemaluan itu. Ampuunn.. Sungguh mengerikan. Rasanya ada pisang ambon gede dan
panjang yang sedang dipaksakan untuk menembusi memekku. Aku menjerit tertahan.
Tak lagi aku sempat memandangnya.
Ryan ini sudah langsung
menerkam kembali bibirku. Dia kini berusaha menjulurkan lidahnya di rongga
mulutku sambil menekankan kontolnya untuk menguak bibir vaginaku. Kini aku
dihadapkan kenyataan betapa besar kontol di gerbang kemaluanku saat ini. Aku
sendiri sudah demikian dilanda birahi dan tanpa malu lagi mencoba merangsekkan
lubang kemaluanku.Cairan-cairan kewanitaanku membantu kontol itu memasuki
kemaluanku.
“Hahaha sini nungging aku
mau masukin kontol ke memeknya” perintahnya kepada ku.
Ryan memasukan dengan cepet
ke batangnya dan jrebbb, seketika kontolnya amblas kedalam kemaluanku.
“Blesek……..Blesek………. Ohh……
Kenapa sangat nikmat begini…….. Oh aku sangat merindukan kenikmatan ini…..” Aku
semakin meracau.
“Plak. Plakk..” beberapa
tanparan diberikan kepada pantatku. “Ayo goyang pantatnya Lonte” teriak Ryan.
“Ahh iyaa Ryan,, mmmm,,
aahhhh, oouuwwhh,, maki, hinaa Deisy yang bnyaakk,ooohhhhh”
“hahaha kamu memang
murahan!! memek loh yang sudaah dientot oleh kontol orang haah” kata-kata Ryan
semakin membuat ku bergairah
“teruuss Ryan ahhhhh,,”
“hahaha kamu maniak seks
ternyata des.. pecun sialan”
“plak... cepat goyang”
semakin aku meracau semakin sering Ryan menampar pantatku seakan dia sedang
memacu seekor kuda.
“oohh iyaa Ryan lontemuu
goyng yg cepaat,, uuhh, mmmm,"mm,, oohh cd Ryan mana,, lontemu mau gigit,,
ooohhh” aku sudah mulai berani meminta hal yang sedikit gila aku sudah
menikmati kejadiaan ini.
“hahaha ini makan cdnya
masukan kedalam mulut kamuaah cepat lonte goyang yang cepat Ryan mau keluar kan
pejunya cepat kamu juga” Ryan terlihat senang dengan aksi yang aku lakukan “plak..plak..aaahrhh
ayo percepat goyangnya”
“oohh, iyaa Ryan deisyy
goyang,, keluarinn yg bnykk,, aahhh,, tampar deisy tuaann,, aahhhh”
“hahaha kamu suka ya..
plak..plak..ayo cepat pplak..”
“Ryan keluarin didalam Ryan
hamili aku”
“Kamu mau dihamilin haah??
Sini akan aku hamilin kamu”jawab ryan mendengar ocehanku
“iyaa Ryan,, uuhh, uuhh,?
mmm,, aaahhhh”
“iyaa Ryan, hamilin Deisy
ooohh,, ,, oouuwwhh enaakkk Ryan,,mmm”
“mmmmm,, mmmm,, Deisy
sukaaa, aahhhh”
“suka apa haah...
plakkkk..plakkkk..plakkkk..bilang yang jelas” Ryan menghardiku
“ouuwwhh,, sukaa di
kontolin Ryan,, aahhh,,”
“siapa yang suka
??plakkkk..plakkkk..plakkkk..”
“aahh, deisy lontenya
Ryan,,uuuhh”
Sensasi cengkeraman
kemaluanku pada bulatan keras batang besar kontol Ryan ini sungguh menyuguhkan
fantasy terbesar dalam seluruh hidupku selama ini. Aku rasanya terlempar
melayang kelangit tujuh. Aku meliuk-liukkan tubuhku, menggeliat-liat, meracau
dan mendesah dan merintih dan mengerang dan.. Aku bergoncang dan bergoyang tak
karuan…. Orgasmeku dengan cepat menghampiri dan menyambarku.
Aku kelenger dalam kenikmatan tak terhingga.. Aku masih kelenger saat dia mengangkat salah satu tungkai kakiku untuk kemudian dengan semakin dalam dan cepat menggenjoti hingga akhirnya muntah dan memuntahkan cairan panas dalam rongga kemaluanku.
Aku kelenger dalam kenikmatan tak terhingga.. Aku masih kelenger saat dia mengangkat salah satu tungkai kakiku untuk kemudian dengan semakin dalam dan cepat menggenjoti hingga akhirnya muntah dan memuntahkan cairan panas dalam rongga kemaluanku.
“aah deisy.. Ryan sampai..
crott.. crot...memeknya enak.. memek lontenya Ryan”teriak Ryan ketika orgasme
“Auh………. AHH…… “ aku
menjerit merasakan gelombang-gelombang listrik kenikmatan menjalar di sekujur
tubuhku.
“ooohhhh,, mmmmmm,,
hhuuuu,, makasihh Ryan,, oohhh”tanpa sadar aku malah berterimakasih kepadanya.
Aku lupa kalau sebenarnya aku tengah diperkosa.
Kami langsung roboh. Hening
sesaat. Aneh, aku tak merasa menyesal, tak merasa khawatir, tak merasa takut.
Ada rasa kelapangan dan kelegaan yang sangat longgar. Aku merasakan seakan
menerima sesuatu yang sangat aku rindukan selama ini. Apakah aku memang
hipersex atau memang karena Ryan ini memang tangguh dan pandai bercinta. Ah aku
tidak mau berfikir lagi.. Akupun tertidur kelelahan.
Komentar
Posting Komentar